Two

4 0 0
                                    

-Dua tiga ayam goreng, lanjut sendiri sama yang baca.-

***

Bandung 

13 Desember 2021

Pagi yang indah kembali terbit, suara ayah jantan terus berkokok lantang, beradu dengan suara dua orang yang saling beradu argument.

"Kamu ini gimana, sih mas?! Masa cuman karena masalah kayak gini kita bangkrut?!" marah Riana.

Jaya yang duduk dikursi meja makan mengusap kepala pening, ocehan istrinya yang tak terima akan bisnis mereka bangkrut karena penipuan.

"Aku juga nggak tau bisa gini, kamu seharusnya bantu. Bukan malah marah-marah!!" jawab Jaya tak kalah marah.

Riana memukul meja makan dengan kesal, semua yang mereka bangun akhirnya jatuh karena kecerobohan suaminya. Suami Riana itu terlalu percaya akan penawaran bisnis murah dan abal-abal.

"Gimana aku nggak marah? Kamu yang udah berbisnis bertahun-tahun, tiba-tiba kepincut sama penawaran yang abal-abal gini?"

Jaya hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam, semuanya hancur begitu saja. Tak ada yang menyisa, semua bisnis yang ia bangun di kota bandung hancur begitu saja.

"Sudah, mau bagaimana kita marah pun nggak ada gunanya. Sekarang aku harus berusaha lagi buat bisa ambil bisnis aku lagi," lerai Jaya yang mencoba menenangkan istrinya.

"Gimana? Orang bisnis kamu itu udah di ambil orang, gimana cara kita ambil balik? Kamu ini aneh-aneh."

"Terus mau ngapain?! Apa kita balik ke jakarta? Disana kita masih ada rumah sama tabungan!!" sahut kesal Jaya.

Riana mengerutkan keningnya. "Maksud kamu balik ke jakarta? Disini juga kita masih ada rumah."

"Sebenernya bisnis aku udah hilang sejak lama, mereka nipu aku. Jadi aku berusaha buat ambil balik, jadi aku pinjam dana ke bank."

Riana rasanya ingin menjerit, jadi ini bukan masalah baru? Kenapa suaminya itu bertindak tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengannya?

Riana duduk di kursi meja makan, kepalanya tiba-tiba berdengung. Apakah mereka harus kembali ke kota asal? Perjuangan mereka untuk membangun bisnis disini hancur begitu saja.

"Aku nggak tau lagi, mas."

Jaya menunduk, merasa bersalah karena sudah melakukan kecerobohan hanya karena menawarkan yang belum tentu benar.

"Apa kita harus usir Azila? Dia udah cukup dewasa, jadi kita suruh dia pergi aja."

Jaya yang mendengar saran istrinya itu mengeram marah, Azila belum dewasa. Dia hanya masih anak remaja dan masih butuh kasih sayang orang tua.

"Kamu gila? Dia masih sekolah." Jaya menggeleng tak setuju.

"Meski begitu dia juga udah bisa cari uang sendiri, kamu tau sendiri, 'kan? Dia bisa beli barang tanpa aku kasih uang."

Jaya terkejut, jadi apa yang Azila beli itu bukan dari uangnya?

"Maksud kamu?" tanya Jaya bingung.

"Mas, Azila udah bisa kerja. Dia kerja sambil sekolah," jawab Riana senang.

"Jadi kita bisa tinggalin dia sekarang."

Jaya tetap menggelengkan kepalanya, tak ingin meninggalkan putri satu-satunya itu hanya karena kesalahannya.

"Aku masih mampu buat kasih biaya sama kalian semua, jadi jangan usir dia dulu."

"Tapi kita udah bangkrut, apa yang kita arepin lagi?!" kesal Riana.

Azila Putri Maharani Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang