-Kalo bisa enam, kenapa harus dua?-
***
Azila baru saja datang ke dalam kelasnya, melihat Revan yang melambaikan tangan senang. Membalas senyuman teman sebangku, gadis itu berjalan lalu duduk disamping temannya.
"Abis dari mana?" tanya Reva.
"Itu, gue dipanggil ke kantor."
Reva mengangguk paham, melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah dua, waktunya pelajaran yang mungkin ia tak suka.
"Kenapa?" tanya Azila.
Revan menggeleng. "Enggak papa," gadis itu tiba-tiba terkekeh. "Sebenernya gue takut sama gue bahasa inggris."
"Hah?"
"Gue takut, karena nilai bahasa inggris gue nggak bagus. Jadi guru itu suka kasih gue pertanyaan yang susah," kata Reva dengan wajah tertekan.
"Sampe nggak mau nyebut nama?" sahut Azila mengeleng tak percaya.
Reva hanya menyengir kuda, ia terlalu kesal pada guru tersebut. Apa ia telah melakukan dosa karena sekesal itu pada guru yang sudah mengajarinya?
"Istirahat kedua, mau kemana?" tanya Reva.
Gadis itu sekarang sangat berani berbicara pada Azila, entah perasaan lega seperti apa? Tapi menurutnya berbicara dengan murid baru di sampingnya itu sangatlah membuat dirinya tenang.
Azila bergumam. "Maunya kemana?"
"Mau nonton anak-anak basket?" tawar Reva.
"Iyakah? Ada cowok yang gue suka nggak?" sahut Azila semangat.
Reva terkekeh, gadis itu mengangguk membuat senyuman Azila merekah dengan senang. Apa sesuka itu dia pada Azka? Dia seperti mengenal cowok leader darkness itu sejak lama.
"Lo bener-bener mau suka sama dia?" tanya Reva yang memastikan.
Azila menoleh. "Iya, kenapa emangnya? Apa jangan-jangan lo juga suka sama dia?"
Reva tersenyum malu, bukan. Bukan karena ia menyukai Azka, tapi bila nama cowok itu disebut, ia akan teringat pada seseorang yang berteman dengan Azka.
Revan menggeleng. "Enggak, cewek kayak gue nggak pantes suka sama siapa-siapa."
"Kok lo ngomong begitu? Kenapa? Apa lo juga suka sama seseorang diantara mereka?" kata Azila menggoda Reva.
Reva hanya terdiam, tapi terlihat bibirnya itu menahan senyuman karena terus terbayang akan cowok yang ia suka itu menyatakan cintanya pada dirinya.
"Iya, gue suka salah satu temen kak Azka." Reva tiba-tiba mengangguk malu.
Azila tertawa. "Serius? Wah, siapa kalo gue boleh tau?"
Reva menggeleng tegas, ia malu jika harus mengatakan siapa cowok yang ia suka dari anak-anak darkness. Bisa-bisa semua orang pasti akan mengolok-olok dirinya.
"Gue malu."
"Kenapa mesti malu? Ini rahasia kita, kok," bisik Azila yang membuat Reva menggeleng.
"Enggak, gue malu tau nggak?!" sahut Reva tersenyum.
Dua sahabat yang sudah bersama selama beberapa tahun itu menoleh kebelakang, melihat Azila dan Reva yang asik saling berbisik.
"Hayo! Ngomongin kita, yah?" sarkas Senja curiga.
Reva menggeleng cepat dengan kedua tangan yang digoyangkan.
"Enggak, kita cuman ngobrol-ngobrol biasa aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Azila Putri Maharani
Teen FictionIni tentang si manis, cantik dengan wajah ceria, gadis yang sangat menyukai segala jenis permen. Azila Putri Maharani, nama yang diberikan ayahnya saat dirinya datang kedalam dunia. Wajah cantik dan senyum manis itu mampu membuat semua orang tertipu...