54. Epilog ; Setiap Ada Pertemuan Pasti Ada Perpisahan

999 102 14
                                    

Hari terus berganti hari, ini adalah penghujung hari dimana mereka bener-bener akan menjalani hidup secara terpisah, mereka akan pulang ke rumah masing-masing dan entah kapan lagi mereka akan bertemu, kecuali Ali, Kenan, Ogi dan Nila yang masih tetap berada di Jakarta. Namun selain dari keempat orang itu akan berangkat esok hari.

Siang ini semua anak Famiglia berada di rumah namun tidak ada suasana bising seperti biasanya, entah kenapa mereka terlihat seperti orang-orang tak berdaya. Terlebih Ogi yang sedari kemarin terus saja menangis karena tidak mau di tinggal pergi oleh sahabat-sahabatnya, yang lain juga sedih hanya tidak di perlihatkan saja.

"Mau sampe kapan nangis terus Gi? mata Lo sampe sembab gitu"

Ogi hanya menatap dalam diam ketika Alena masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu ikut merasakan kesedihan Ogi, namun apa daya? mereka tidak mungkin tinggal bersama selamanya. Mereka punya cerita masing-masing untuk di jalani "Gue tau Lo sedih, gak cuma Lo doang Gi karena gue juga ngerasain hal yang sama"

Ogi menggeleng "Lo gak bakal tau Alena! gue gak punya sahabat selain kalian! kalo kalian pergi gue gimana?!"

"Kan ada Nil-"

"Nila juga bakalan sibuk sama kuliahnya!"

Alena menghela nafas kemudian duduk di sisi lain ranjang yang di tempati Ogi. Gadis itu memegang bahu Ogi agar menghadap ke arahnya "Liat gue!" Ogi menurut, gadis itu menatap Alena dengan pipi berderai air mata yang membuat Alena menjadi iba "Gak semua hal yang kita inginkan bisa terpenuhi, gue tau Lo gak mau kita pergi tapi please jangan gini gi! Lo gak kasian sama yang lain? mereka jadi berat ninggalin Lo kalo gini, mereka punya kehidupan sendiri mereka masih punya keluarga di rumah. Sebelum Lo, orangtua mereka lebih dulu ngerasain beratnya perpisahan! atau bisa jadi mereka lebih berat buat ngelepas anak-anaknya jauh dari mereka dan sekarang mereka berharap anak-anaknya kembali lagi di dekat mereka. Dan Lo yang baru tinggal sama mereka selama empat tahun mau ngehancurin harapan para orang tua itu? Lo tega?"

Ogi menggeleng lemah "T-tapi g-gue-" gadis itu tak mampu melanjutkan ucapannya. Alena akhirnya membawa gadis itu ke dalam dekapannya. Dengan perhatian Alena mengusap punggung Ogi yang bergetar hebat.

"Lo gak perlu khawatir, walaupun nantinya kita berjauhan kita tetep sahabat. Gue dan yang lain siap dengerin curhatan Lo kapanpun Gi. Dan gue juga yakin nanti Lo pasti bakalan dapet sahabat baru yang bakal ada selalu di deket Lo, kalo gak ada gue bakal cariin-"

"Gak! Sahabat gue cuma kalian!"

"Ck! Tuhkan gimana Lo mau punya sahabat kalo belum apa-apa dah begitu! gue kasih saran nih ya, gue tau Lo anak introvert tapi bukan berarti Lo nutup jalan buat orang lain jadi sahabat Lo Gi, Lo harus bisa bersosialisasi dengan lingkungan, Lo gak boleh diam di tempat! Lo baik Lo perhatian, pasti banyak yang mau jadi sahabat Lo"

"Tapi gimana kalo mereka cuma manfaatin gue doang?"

Alena merotasikan matanya "Emangnya gue sama yang lain begitu?" Ogi menggeleng kembali

"Ya itu! Lo tuh selalu berpikiran yang berlebihan! Coba Lo lebih terbuka! gak semua orang jahat Ogi! Arggghh! Frustasi gue!"

"Lo punya sahabat juga di Bandung?"

Alena menaikkan satu alisnya "Kenapa tiba-tiba tanya gitu?"

"Ya mau tau aja"

Alena ragu-ragu menggelengkan kepalanya "Ada sih tapi gue ragu buat di sebut temen"

Ogi merotasikan matanya "Ya itu artinya Lo juga gak punya! dasar ya emang! sok nasehatin padahal dirinya sendiri juga gitu!"

Alena tertawa "Kalo soal gue mah gausah khawatir, rumah gue sama Jojo gak jauh-jauh amat jadi kalo gue butuh temen tinggal cusss dikit sampe deh atau gue juga bisa tuh nongkrong bareng anak-anak motor di Bandung, kebetulan gue akrab sama ketuanya"

Famiglia Kos'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang