O2. Si Ribut dan Si Santai.

17 7 7
                                    

Mereka berdiri berjejer menatap rumah yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, dihimpit oleh dua rumah yang terbilang agak besar. Ngomong-ngomong kompleks ini terbilang cukup sepi eh tunggu bukan cukup sepi lagi tapi ini sudah sangat sepi, bahkan suara burung dari kejauhan saja terdengar.

"Sepi banget, kayak lagi uji nyali ya kita." Celetuk Dhira sambil mengusap lengannya merinding.

"Bener nggak Nay ini rumahnya? nanti kita salah rumah lagi, ih malu bangettt." Ucap Sky menyenggol lengan Naya yang berada tepat di sebelahnya.

"Bener kok, udah ayo masuk, kalo salah rumah tinggal keluar."

Lalu keempatnya berjalan menuju pintu dan Naya memasuki kunci untuk membuka pintu. Benar ini rumahnya. "Tuhkan bener, udah ayo masuk, anggap aja rumah aku."

Sky, Rumi, dan Dhira menoleh kompak, menatap dengan wajah malas. Naya sendiri hanya memamerkan giginya.

Ruang tamu terlihat, cukup luas untuk empat orang tinggal. Mereka menatap pintu putih di samping kanan, kemudian tidak ada sedetik empat orang itu terburu buru memasuki kamar.

"OMG! ini beneran kamar kita? kita di gabung?" Teriak Rumi heboh.

"Ya gapapa si, ini juga ada empat kasur, atas dua bawah dua." Sky memberi pendapat.

Mereka masih berdiri tegap di bibir pintu kamar, Rumi dan Dhira kompak saling tatap.

"GUA MAU DIATAS."

"APA SIH GUA DULUAN."

"NGGAK YA POKOKNYA GUA DULUAN."

"Woi gila, itu disampingnya kan juga ada, PINDAH."

Sky terkejut mendengar kata-kata terakhir Naya, bagaimana nggak kaget kalo ngomong tepat di samping telinganya, untung nggak budeg.

Dhira cemberut lalu mengalah berpindah ke sampingnya, "aku mah orang waras, jadi ngalah aja deh sama yang gila."

"APA MAKSUD LO? LO NGATAIN GUA GILA?"

"APA SIH NGGAK SEBUT NAMA LHO AKU, NGERASA YA!"

Naya memijat pelipisnya pusing, dia bingung sendiri misahi nya, anjing sama kucing emang susah akur.

---

Masa ribut berlalu, kini mereka kumpul di ruang tamu sambil menonton tv.

"Katanya kita masuk kuliah hari rabu jadi masih ada waktu tiga hari buat persiapan diri."

Semua mengangguk mendengar ucapan Sky, "Oh ya bahan dapur masih kosong, siapa nih yang mau beli?"

"ADUH GILA GUA NGGAK NYANGKA KOREA SEPANAS INI, MUSIM APA SIH SEKARANG?" lagi-lagi mulut Rumi berkumandang.

"Bacot! bilang aja nggak mau jalan." Dhira mendengus malas, "hehe tau aja adik manis ku."

Sky menatap Rumi tajam, "bergerak sekarang atau barang-barang lu gua buang keluar."

Ancaman Sky tentu tidak ada kata bercanda, jadi Rumi dengan gesit menarik tangan Dhira dan membawanya keluar bermaksud untuk menemaninya berbelanja.

"Kenapa gua sih Rum! males tau panas."

"Ya emang lu doang, gua juga tapi mau gimana lagi daripada Nyai Sky Kidul mengamuk."

Mereka berdua celingak-celinguk, menentukan jalan mana yang harus mereka lalui. Maklum kan baru pertama kali ke sini.

"Kesana aja lah Dhir."

"Jangan dar dir dar dir dong, berasa lendir gua."

Rumi tertawa lepas sambil berjalan, "maaf maaf cantik."

"Eh bentar Rum, itu bukannya jaketnya Haechan ya?"

Tetangga | Nct Dream.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang