Babak 2.1

1 1 0
                                    

"Tuh tuh, di depan ada tanah kosong, buru puter balik," tutur Calin, Langga tanpa berpikir dua kali melajukan mobilnya dan dengan keahliannya dapat dengan mudah memutar arah mobil. Tanpa ragu, Langga melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ketika dia berhasil putar arah. Segera, entah bagaimanapun caranya, dia merasa harus segera membawa teman temannya keluar dari hutan ini.

"ARRGH," jerit Calin tiba tiba membuat atensi seluruh temannya terarah padanya. "Rambut, rambut Vere tambah panjang," tunjuknya ketakutan pada rambut Vere. Dari yang awalnya sebahu, sekarang sudah sepunggung.

"Wah sumpah ga lucu," kata Vere, dia mengambil sejumput rambutnya lalu mencoba menariknya. Rambutnya benar benar memanjang. Bahkan sekarang rambutnya tampak lebih sehat.

"Jalannya kaya ga ada ujung anjir, apalagi kita ngalamin kejadian aneh kaya gini. Sumpah ini kita sebenernya kenapa sih?" keluh Langga, wajahnya terlihat sangat pucat. Tangannya mencengkeram stir erat, pertanda dia benar benar sedang menguatkan diri sendiri.

"Kita bakal aman kan?" tanya Calin, suaranya bergetar saking cemasnya. Sungguh, ini pengalaman paling mengerikan untuk Calin."

Ckiit

"Kenapa Lang?" tanya Rasya, Langga dan Dan serentak menunjuk ke depan. "Jalannya cuma satu kan tadi, tapi bukannya kita balik ke jalan raya kita malah kesasar kesini. Gua baru pertama kali liat rumah- eh bangunan semegah ini," kata Dan.

Dihadapan mereka sekarang, terdapat tembok tinggi. Yang dari tempat mereka sekarang, mereka dapat melihat sebagian mansion mewah yang tersembunyi di balik tembok tersebut. Sungguh, jalan yang mereka lewati tadi hanya satu, tapi bukannya kembali ke tempat semula mereka justru semakin tersesat.

"Balik, kita balik ke jalan tadi!" perintah Rasya. Namun, perintah itu ditolak Vere, "gak! Mending kita tanya mereka, yang punya bangunan itu. Ga menjamin kita balik ke jalan tadi kita bakal sampe rumah!"

"Masih waras? Yang disana juga belum tentu baik!" hardik Calin. Dan serta Langga segera menghentikan perdebatan itu sebelum suasana menjadi semakin buruk, "udah, baiknya kita kesana aja," kata Dan yang disetujui Langga. "Kita tanya tanya tentang daerah sini."

"Itu namanya cari mati! Gimana kalo yang ada di dalam sana kriminal?" kata Rasya. "Yaudahlah, daripada kita mati ditengah hutan. Gua udah capek nyetir, butuh tidur ditempat yang bener. Dan juga. Emang diantara kalian ada yang bersedia nyetir sekarang? Nggak kan? Kita berjudi aja sama keadaan kita kali ini." Langga melajukan mobilnya mendekati tembok tinggi itu. Dia memutari tembok itu hingga menemui gerbang berwarna hitam yang tak kalah menjulang tinggi.

"Berhenti!" teriak seseorang berpakaian prajurit yang berdiri disamping gerbang. Dia membawa tombak panjang dan terlihat menjaga gerbang tersebut. "Kalian tunggu sini, biar gua aja," kata Langga. Dia turun dari mobil dengan kedua tangan dia angkat ke atas.

"Siapa kamu?" tanya prajurit. "Kami datang untuk meminta bantuan," kata Langga menjawab. Prajurit itu berpikir sebentar, lalu memerintahkan temannya yang berdiri di balik gerbang untuk menanyakan pada tuan mereka. "Kamu, tunggulah. Jangan berbuat macam macam. Jika saja kamu berani melakukan tindakan buruk disini, sudah pasti kamu akan mati oleh tuan kami."

Sekitar 10 menit kemudian, prajurit yang tadinya berlari menyampaikan pesan pada tuan pemilik mansion itu akhirnya kembali, dia membisikkan sesuatu pada prajurit yang berjaga diluar gerbang.

"Kamu diizinkan masuk, bawa juga kendaraan anehmu itu masuk," kata prajurit itu, Langga pun dengan berani bertanya, "bagaimana dengan teman teman saya?"

"Teman?"

"Iya, teman saya ada dalam mobil itu." Langga menunjuk mobilnya.

"Sudahlah, bawa masuk saja. Asal kalian tidak macam macam." Langga mengangguk lalu kembali masuk ke mobilnya. Begitu gerbang dibuka, Langga langsung meng gas mobilnya hingga berada tepat di depan pintu mansion yang juga dijaga 2 prajurit.

CaravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang