23

85 9 0
                                    





Disinilah mereka, tengah berada dalam sebuah mall mewah, Joel yang tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya kesini merasa risih dan malu. Dia juga takut akan terlihat oleh kawan-kawan sekolahnya yang sedang berjalan dengan guru mereka yakni Hanenda. Sedangkan dilain pihak, Hanenda terlihat santai selayaknya hal itu biasa-biasa saja.



Mereka berdua sedang berada disebuah toko baju ternama kesukaan anak muda seperti Joel. Hanenda yang melihat Joel planga plongo itu tertawa kecil dan segera menggenggam tangan Joel, bagai anak kecil yang ditarik tangannya oleh orang tuanya.



Hanenda mulai memilih beberapa pakaian dan celana untuk Joel. Dipilihkannya sesuai dengan imajinasi dirinya apabila Joel memakai pakaian itu. Joel yang tidak tau menau hanya bisa mengkerutkan alisnya. Berpikir Hanenda orang kaya raya yang gabut. Belanja pakaian seperti belanja sayur dipasar. Langsung ambil saja. Joel yang melihat harganya pun terkaget-kaget. Sebuah baju kaos polosan seharga Rp 350.000, Joel pun meringis kenapa bisa baju polosan itu semahal itu.



Dipasar dekat rumahnya, dengan uang sebanyak itu bisa beli baju berlusin-lusin. Dasar orang kaya gila. Bahkan setelah melihat Hanenda membayar pakaian itu, dirinya makin kaget. Buset baju baju dan semuanya itu mencapai jutaan rupiah. Bagaimana bisa Hanenda secara enteng membayar semua itu. Joel tidak habis pikir.



Setelah itu mereka ke toko peralatan olah raga untuk membeli sepatu dan beberapa perlengakapan lainnya. Sepanjang berada ditoko itu Joel hanya bisa planga plongo untuk kesekian kali, melihat harga sepatu yang bisa mencapai jutaan rupiah. Hanya untuk diinjak kena kotoran bisa seharga 3 juta rupiah, ketika Joel menengok sepatu hitam bermerk tanda ceklis itu. Buru-buru Joel menyimpan kembali sepatu itu, dirinya takut sepatu itu nanti lecet dan berujung Joel akan menggantinya. Mana Joel mampu Tuhan.



Setelah Hanenda membayar barang-barang yang dia belinya itu, Joel yang dari tadi penasaran bertanya ke Hanenda. Terkejutlah dirinya bahwa semua pakaian, sepatu dan barang-barang itu ternyata untuk dirinya. Joel mau marah tapi dia masih tau diri karena sekarang mereka bukan diapartemen Hanenda melainkan ditempat umum.



Wajah Joel berubah cemberut. Alisnya mulai menukik, tangan yang menggenggam tas-tas belanjaan itu dipegangnya dengan erat sampai jari-jari Joel seakan memutih oleh amarahnya. Hanenda dilain pihak belum sadar akan kekesalan Joel. Hanenda masih sibuk berjalan disamping Joel yang saat ini mulai tidak bersuara.



Sekarang mereka sudah berada ditoko yang menjual telepon genggam mahal bermerk buah. Hanenda pun langsung menuju ke spg didalam toko itu.



"Ada yang bisa dibantu Pak". Kata spg tersebut sesaat melihat Hanenda menuju kepadanya.



"Tolong satu hapenya yang tipe ini dengan warna dan spesifikasi yang sama mbak"



Setelah barang tersebut datang, diperlihatkannya kotak tersebut ke Joel. Yang mana membuat Joel terkejut bertanya-tanya untuk apa Hanenda membeli yang baru sedangkan Hanenda sudah mempunyai barang tersebut. Dasar orang kaya.



"Kamu mau warna hitam yang mirip Aa'? Atau kamu ada warna yang disukai tidak Dek?"



"Hah? Warna apa? Jadi kita kesini Aa' mau belikan Adek? Maaf Aa' tidak usah. Hape Adek masih bagus meskipun sudah tua tapi masih bisa kok berfungsi. Udah A', g usah seperti ini. Adek g butuh."



"Adek, Aa' kasih ini buat Adek, hadiah karena nilai-nilai Adek yang Aa' liat kemarin sangat bagus untuk semester ini. Jadi ini sebagai hadiah. Mau kan Adek terima?"



"Mba, permisi, ini barangnya mba simpan aja, aku mau bicara dulu sama Aa' aku. Maaf yah mba'."



"A', bisa tidak kita bicarakan ini dulu dimana gitu. Maaf Adek g bisa nerima hadiah Aa'. Tolong A'."



Syama Artjuni [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang