it's hurt, didn't you know?

25.5K 1.1K 161
                                    

Udara dingin seoul membekukan pergerakan setiap orang malam itu. bergelung dalam selimut tebal yang hangat merupakan pilihan terbaik. tak ayal butiran salju penyambut musim dingin datang. menghantam penjuru kota yang terlelap damai.

Namun beda pada namja ringkih itu. Entah sudah berapa lama tubuh kurusnya terpaku diam di balkon kamarnya. Tanpa terganggu dengan suhu turun yang secara kasar menusuk kulit putih bersihnya. berbekal kaos tipis dengan lengan hingga siku dan celana tidur yang menutupi hingga mata kakinya, ia termenung dalam diam untuk beberapa jam berlalu.

Ia tak hanya diam.. ia sibuk menatapi benda sempurna yang ia puja di jari manisnya. benda kecil yang memancing rasa senangnya dan selalu meredam tangisnya hanya dengan sekali pandang. Hidupnya memang tak sempurna karena nyatanya kesempurnaannya sendiri sungguh memandang hina padanya. namun lewat benda bulat itu ia mampu menegaskan bahwa ia seorang yang sempurna dan sangat beruntung.

pandangannya memang kosong dan akan selalu kosong jika ia mulai menerawang soal kehidupannya.

benda itu... sesuatu berkilau di jari manisnya. Ia tersenyum hambar menatapi pantulan cahaya rembulan tepat di sisi permata kecil benda cantik itu. terlihat sangat pas dan cantik untuk ia kenakan.

Cincin.

Sudah 2bulan lebih lamanya cincin cantik itu tersemat nyaman di jari manisnya. bagaiman seorang Xi Luhan yang mampu terhanyut oleh kemilau kecil batu berlian itu. bukan... bukan soal harganya. ini soal arti benda itu sendiri bagi Luhan. arti jelas yang selalu membuatnya merasa lebih dan bangga dari yang lain.

Jari mungilnya bermain di pinggiran cincin berhias ornamen kilauan menangkan yang menciptakan kurva miris di bibir Luhan.

BRAKKK

ia menoleh tergesah pada sisi pintu kamarnya yang terbuka. ia sengaja tak menutupnya barusan. jadi bisa di pastikan bahwa bantingan pintu kasar itu berasal dari pintu masuk apartementnya.

langkah tergesah menapaki keheningan di ruangan luas itu. bagaiman siluet tubuh jangkung semakin nyata dalam pandangannya Luhan.

sepersekian detik berikutnya...

brukk

tubuh jangkung itu ambruk tanpa aba-aba. Luhan sendiri tak menunjukan ekspresi berarti, bukan sesuatu yang asing baginya. ia memandang datar namja tinggi itu dan dengan penuh perhatian nya ia memindahkan tubuh itu ke kasur. Tak lupa dengan telaten Luhan mengganti pakaian orang itu dan mulai mengelap tubuh atletis itu dengan handuk basah. Hidung bangir Luhan sangat peka terhadap bebauan, dan yang ia benci adalah bau Alkohol dan asap rokok.

wajah namja mungil itu tak menampilkan perubahan ekspresi yang banyak. ia hanya akan sesekali menarik nafas panjang dan membuangnya kasar.

berharap sebagian rongga di dalam tubuhnya yang menganga lebar bisa sedikit tertutupi dengan gumpalan oksigen yang menghimpit masuk.

merasa cukup... ia memakaian pakaian pada namja itu. satu stel piaya lengkap yang ia siapkan-sedari tadi-. tangannya telaten mengancing satu persatu pengait di baju tersebut, dan mencapai kaitan terakhir, Senyum mengasihani diri tiba tiba tercetak menyedihkan di bibirnya.

"lagi... kau melakukannya lagi"

jemarinya bergetar mengikuti setiap pola kemerahan di setiap sisi leher berurat namja itu.

ini bukan drama picisan hingga ia harus mengis untuk sesuatu yang konyol... yang bahkan tak mampu ia sentuh dan hanya dapat ia sedihkan. Bukan salah Luhan karena ini jalan yang ia pilih..

"selamat malam Sehun... Sehun-ssi"

...
...
...

Menyukai seseorang memang bukan sesuatu yang salah... bagaimanapun hukum bagi setiap orang adalah berhak jatuh cinta.

it's hurt, didn't you know? - HunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang