Epilog

13.9K 765 98
                                    

Sehun

Ia sangat paham, kali ini Luhan tak main-main. Pemuda rusa itu menatapnya dengan tenang namun tak dapat menenangkan, justru sebaliknya. Sehun gelisah. Ia tak menyukai cara Luhan memandangnya. Karena detik itu juga Ia tak menemukan beban lagi pada sorot teduh pemuda itu, yang Ia lihat hanya bagaimana bola mata indah itu memantulkan sosok dirinya dengan jelas. Tak ada lagi keraguan. Dan Sehun mengerti, Luhan mungkin mencoba terlihat baik baik saja.

Bahkan Sehun tau ketika Luhan berjalan mundur perlahan, membiarkan keduanya terpisah oleh seonggok pintu yang terbuka lebar....

Kebahagiaan sekaligus penderitaannya benar-benar mencapai akhir.

"dan ketika pintu ini benar-benar tertutup-"

Genangan air mata Luhan pun mengering. Tak ada lagi jejak disana, malah terganti dengan senyum tulus yang sempat menghangatkan hati Sehun sesaat. Yeah, orang yang berdiri di depan Sehun saat ini adalah orang yang sama yang membuatnya kehilangan akal akhir-akhir ini.

Ia tertegun beberapa saat menatap senyum merekah itu, detik ini pun Sehun makin jatuh dan jatuh cinta lagi.

Namun tidak selanjutnya...

"-maka ini adalah terakhir kalinya kita bertatap muka. Pegang kata-kata ku, Sehun-ah"

BRAK.
.
.
.

Pintu tertutup

.

Semua berakhir.

.
.

Srakk.

Tubuhnya seketika menegang bersama dadanya yang naik turun. Sehun membuka kedua matanya, dan mendapati sekelilingnya berkunang, membuatnya mau tak mau hanya mampu mengerang pelan. Jari-jari kurusnya berayun menyisir sebagian surai kelamnya terbelah dua.

Bersama nafas putus-putusnya, Ia memundurkan punggungnya, bersandar pada headboard ranjang.

Mimpi itu lagi...

Sehun melemahkan otot lehernya, mengakibatkan kepalanya yang terhuyung kebelakang membentur pelan dinding di belakang. Ia terpejam kemudian.

Luhan...

Sekitar dua tahun lebih sejak terakhirnya kalinya Ia bertatapan dengan obsidian rusa itu, dan Sehun tetap merindukannya.

Tak ada yang lebih buruk dari ini. Ketika rasa sakit, bersalah, dan penyesalan perlahan namun pasti makin menyudutkannya.

Ia berfikir ini akan mudah jika keduanya memulai sesuatu seperti saat mereka belum mengenal satu sama lain. Membuat memori baru seolah keduanya memang tidak pernah bertemu.

Namun Sehun salah...

Salah besar.

Itu semua tak semudah yang dia harapkan. Sangat sulut malahan

Sehun tak pernah merasa seperti ini. Karena Sehun merasa berada di titik terbawahnya ketika Luhan memutuskan menghilang dari pandangannya.

...

November 2016

Ketika itu dua bulan sejak hari terakhir Sehun melihat Luhan di kelab malam milik Jongin. Sehun mulai merasa sesuatu makin menekannya. Sesuatu yang terus membesar dan meluas membuat hati Sehun lemah dan semakin lemah.

it's hurt, didn't you know? - HunhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang