.
.
"Kalau kamu tidak mau punya masalah dengan Yunan, menyingkirlah. Jangan dekati Raesha."
.
.
***
"Majelis hakim memasuki ruang sidang. Hadirin dimohon berdiri," panitera mengumumkan dengan mikrofon di meja, sebelum ia sendiri berdiri.
Semua orang berdiri. Di samping Elena, ada seorang pria bernama Rizal yang usianya lima tahun lebih tua dari Elena. Advokat senior yang turut mendampingi Elena. Di barisan yang berbeda, Theo didampingi oleh seorang advokat junior pria bernama Alvin.
Keluarga Danadyaksa berada di baris ke dua dari depan, di belakang barisan kuasa hukum mereka. Kecuali Raesha dan Yunan yang duduk tepat di samping Elena.
Tiga orang pria muncul dari pintu akses khusus, mengenakan toga hitam dengan simare merah dan dasi putih. Ketiganya paruh baya. Mereka kemudian duduk di depan. Yang tengah adalah hakim ketua, dan dua orang yang mengapit adalah hakim anggota.
"Hadirin dipersilakan untuk duduk kembali."
Semua orang kembali duduk.
Hakim ketua menyentuh mikrofon di depannya. "Dipersilakan kepada para wartawan untuk mengambil gambar. Lima menit. Setelah itu, sidang dapat diikuti melalui siaran langsung. Terima kasih."
Wartawan berlomba mengambil gambar sebanyak yang mereka bisa, dari berbagai sudut. Cahaya blitz saling bersahutan, selama lima menit.
"Sidang pengadilan negeri Jakarta Selatan, yang memeriksa perkara pidana nomor 1440 atas nama terdakwa Sobri Aditya Qosim pada hari Selasa tanggal 19 Desember, dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum."
Palu hakim diketok tiga kali.
"Saudara penuntut umum, apakah terdakwa siap untuk dihadirkan pada sidang hari ini?" tanya hakim ketua pada seorang pria yang di depannya tertulis pada sebilah papan, 'Jaksa Penuntut Umum'.
"Siap, Yang Mulia," jawab pria yang ditanya.
"Kepada terdakwa, dipersilakan memasuki ruang persidangan."
Sobri muncul, dikawal petugas keamanan. Sontak pria itu disoraki penonton sidang di bangku para hadirin. Separuh dari hadirin, adalah perwakilan dari jama'ahnya Ilyasa. Mereka agaknya emosi melihat Sobri berpenampilan layaknya orang majelis atau penuntut ilmu, atau ustaz. Baju koko lengan panjang, celana panjang serta peci serba putih.
"Kepada hadirin, dimohon tenang."
Sorakan itu mulai mereda, sebelum suasana kembali hening. Sobri dipersilakan duduk di kursi pemeriksaan.
"Apakah terdakwa dalam keadaan sehat dan siap mengikuti persidangan?" tanya hakim ketua pada Sobri.
"Sehat. Siap, Yang Mulia," jawab Sobri mengangguk.
"Nama lengkap anda, Sobri Aditya Qosim. Benar?"
"Benar."
"Umur 30 tahun. Alamat terakhir ... " Hakim terus menyebutkan data diri Sobri.
Yunan melirik ke samping. Dilihatnya Raesha gemetaran. Jemari Raesha meremas tas tangan mungil yang dipangkunya. Ternyata Raesha adalah yang paling trauma karena kejadian malam itu. Ismail dan Ishaq malah nampak lebih tegar. Kedua anak itu dititipkan pada Prama di rumah Adli. Raesha khawatir persidangan ini akan membuat mereka bersedih karena akan banyak membahas peristiwa pembunuhan terhadap bapak mereka. Jadi Ismail dan Ishaq baru akan menghadiri sidang nanti ketika kasus penyusupan Sobri ke rumah mereka mulai dibahas di sidang. Untuk saat ini, keterangan kedua anak itu belum diperlukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/354847763-288-k565687.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANXI EXTENDED 2
DuchoweSemua berubah semenjak Ilyasa wafat. Yunan jadi lebih dekat dengan Raesha, jandanya Ilyasa, sekaligus adik angkatnya sendiri. Plus, Yunan jadi lebih akrab dengan Ismail dan Ishaq, kedua putra Raesha. Arisa sebagai istri Yunan, dibuat galau dengan p...