ALZHEIMER 11: IBU KETUA
"Gorengan gue jangan dimakan!"
Gilang melotot galak ke arah Tenggara ketika melihat cowok itu yang hendak mencomot makanannya. Laki-laki itu buru-buru menjauhkan piring di depannya dan tidak membiarkan siapapun mengambil gorengannya lagi.
Bukan Gilang namanya jika tidak pelit, dan bukan Tenggara namanya jika tidak menjahili Gilang.
Kawasan kantin tengah saat ini sudah ramai di penuhi oleh beberapa inti dari Calvizord. Kedelapannya tengah duduk bersantai selagi menunggu bel pertama masuk.
"Pelit!" Tenggara mencibir sebal, tetapi tidak mengurungkan niatnya. Cowok itu tetap mengambil gorengan milik Gilang walaupun sempat di tatap tajam oleh sang empunya.
Sementara Gilang sudah bersiap ingin mengeluarkan kata-kata makiannya. "Jancok!" Begitulah ketika seruannya terdengar.
Jehan yang melihat perdebatan keduanya hanya bisa menggelengkan kepalanya saja. "Bocah stress."
"Pulang sekolah pada langsung ke markas?" Mars bertanya sambil meminum kopinya dan menunggu jawaban dari ketujuh temannya.
Gilang yang berada di dekatnya langsung menggeleng dengan cepat. "Gue mau ke bengkel, ada kerjaan."
"Kalo gue habis ini ada janji sama bokap, buat nemuin kliennya," kata Tenggara menimpali.
"Gue mau selesaikan kerjaan bentar di kafe," celetuk Zio.
"Lo Kean?" Mars menatap ke arah laki-laki dengan dasi yang terikat di lengan kirinya.
"Gue ada urusan," kata lelaki itu menyahutinya dengan singkat.
"Yang lain? Bisa?" tanya Mars lagi.
Arghaza menggidikkan bahunya, enggan menanggapi. Sementara Raden hanya diam dengan buku Biologinya dan Jehan berlagak seperti orang yang tidak mendengar.
"Bangsat lo semua!" umpat Mars kesal.
"Makanya jangan pengangguran. Cari kerjaan sono, biar ada kegiatan," sindir Jehan sekenanya.
"Bacot!" sentak Mars malas.
"Ini yang lain pada sibuk, lo malah leha-leha sambil ngabisin duit bokap." Jehan tertawa mengakak setelah menyelesaikan perkataannya. Terlebih, ia juga sangat puas dengan wajah lusuh yang Mars tampilkan saat ini.
"Senang banget lo bully gue."
... 🕊 ...
"Zia! Bangun, woy. Jangan tidur," desis Nala yang berada di sampingnya.
Gadis itu melirik waswas ke arah Bu Puti yang sedang menjelaskan materi. Takut-takut bila guru tersebut menatap ke mejanya dan melihat ke arah Zia yang tengah tertidur pulas di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGHAZA [ON GOING]
Teen Fiction⚠️ WARNING! - CERITA MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN - KATA-KATA KASAR DI DALAMNYA DAN - TERDAPAT KATA-KATA BERBAUR DEWASA (TOXIC) Alzheimer Arghaza Erlangga. Laki-laki sejuta masalah yang penuh dengan teka-teki di dalam kehidupannya. Laki-laki nakal yan...