Hari Ke Sembilan Belas

6 0 0
                                    

Toko buku ialah satu-satunya hiburanku setelah pulang kerja. Minimal melihat buku tertata rapih di rak sudah bisa menghilangkan penat. Tapi terkadang aku memikirkan betapa jahatnya orang-orang yang melukai keluargaku. Hmm.... aku juga hampir mati dengan pernyataan "Anak Haram" yang masih terasa di batin sampai hari ini. Mungkin memang aku bukan ditakdirkan memiliki benang merah dengan orang lain.

Seperti biasa bertemu orang asing lagi di ruanganku yang ekslusif berisikan dua orang saja. Aku hampir hapal dengan kebiasaan orang asing disebelahku.

Datang kesiangan, menyeduh kopi, merokok, buang air berjam-jam, duduk disebelahku lagi seperti ancang-ancang orang yang mau mulai kerja di depan komputernya. Nyatanya bermain ponsel bervolume tinggi seperti bapak-bapak berumur.

Dibalik kebiasaan orang asing tanpa ku sadari aku selalu berusaha mengganggunya, aku suka respon spontan yang ia keluarkan tiap kali merasa jengkel ataupun terganggu. Setiap hari hampir mengalir tanpa arah dengan batasan rasa takutku.

Entah sejak kapan aku bisa berbuat jahil lagi setelah hampir bertahun-tahun tak pernah begitu. Respon dan sikapnya secara alami membuat tingkahku makin menjadi-jadi. Aku akan berhenti menjahilinya saat ia berpamitan pulang.

Kebiasaan berlanjut sampai ia kembali berpamitan untuk pulang dan menyadari ruangan berisik menjadi sunyi seketika. Aku juga tanpa sengaja masih ingin mendengar langkah kakinya benar-benar menjauh. Aku seperti anak kecil yang mencari teman bermain setiap sore. 

Sudah dibilang cukup akrab tapi sejauh ini hanya sebatas partner ruangan kan? bahkan rasa sepi saat dia sudah menjauh pulang bisa teralihkan seketika.

Dia cukup baik, aku masih suka respon spontan nya bisa membuatku tertawa. Tak seburuk yang ku bayangkan di awal. Di lain hal aku suka caranya berpakaian, ya memang patut rapih tapi tak semua orang bisa berpenampilan sesuai selera pikiranmu sendiri kan?

Nampaknya juga ia orang yang tau akan keputusannya sendiri. Aku sebetulnya bisa membaca bahwa sifat aslinya tidak seburuk yang ia tunjukkan. Aku hampir tak pernah merasa adanya ancaman ketika berada disekitarnya. Terlihat seperti dua orang kesepian yang butuh teman.

Dear My CaesarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang