2| Senja dan penyakitnya

8 1 0
                                    

⚠Typo Bertebaran⚠

⛤⛤⛤

Saat ini Garishta sedang nonton drakor dirumahnya sambil memakan kuaci, ya mumpung lagi libur ya kan? Saat sedang asyik-asyiknya tiba-tiba handphone-nya berdering pertanda ada yang meneleponnya. Setelah dilihat ternyata itu adalah telepon dari Hanin yang langsung diangkat oleh Garishta.

Garishta: Halo

Hanin: Halo Ta

Garishta: Ada apa nih?

Hanin: Ke rumah sakit sekarang!!

Garishta: Siapa yang sakit?

Hanin: Senja

Garishta: Kok bisa?

Hanin: Nanti gue ceritain, sekarang cepet ke rumah sakit punya Aksa, sekarangg, di ruang VVIP

Garishta: Oke oke

Garishta pun segera bersiap-siap lalu bergegas menghampiri bundanya yang sedang memasak didapur.

"Kamu mau kemana Ta?" Tanya bunda saat melihat gerak-gerik putrinya yang seperti buru-buru.

"Tata pamit ke rumah sakit ya bun!" Ucap Garishta dengan tergesa-gesa.

"Loh siapa yang sakit?" Tanya Bunda dengan nada khawatirnya.

"Senjaa" Balas Garishta sedikit berteriak karena ia sudah didepan pintu

⛤⛤⛤

Sesampainya di ruang rawat Senja, Garista  segera menghampiri beberapa orang yang ada disana. Terlihat ada Hanin, Naya, Aksa, Ziel, Rio, dan Elang yang semuanya memasang wajah khawatir.

"Gimana keadaan Senja?" Tanya Garishta tiba-tiba yang sukses mengejutkan semua orang yang ada disana.

"Lo dateng-dateng salam dulu kek." Ujar Ziel dengan nada sewot.

"Udah-udah." Lerai Elang sambil menatap tajam Ziel.

Garishta pun duduk disamping Hanin dan menatap Hanin sambil menatap penuh penasaran dan kekhawatiran.

"Senjanya masih ditangani dokter." Ujar Hanin dengan nada menahan tangis yang langsung ditenangkan oleh Elang.

"Kok bisa kayak gini sih?" Tanya Garishta menatap semua orang yang ada disana.

"Tadi gue ke rumah Senja, pas gue masuk kerumahnya gue udah liat Senja pingsan dan segera aja gue bawa dia kesini." Ujar Aksa tersirat wajahnya yang penuh kekhawatiran.

Rio berusaha menenangkan Aksa yang hanya bisa menunduk dalam karena bersedih. Garishta yang melihat itu pun ikut bersedih.

"Ini orang tuanya gak bakal dikasih tau?" Tanya Ziel menatap heran ke arah Garishta.

"Percuma, mereka juga gak bakal peduli." Bukan Garishta yang menjawab namun kini Aksa lah yang menjawabnya dengan nada kesal. Semuanya hanya bisa mengiyakan karena itu lah yang benar-benar terjadi.

Terjadi keheningan beberapa saat. Lalu tiba-tiba pintu terbuka lalu keluarlah seorang dokter dan 2 perawat yang membuat semuanya bergegas menghampiri dokter tersebut.

"Gimana keadaan sahabat saya dok?" Tanya Garishta tidak sabaran.

"Apakah ada orang tua atau wali dari pasien?" Tanya dokter itu dengan raut wajah serius. 

"Saya saja." Ucap Aksa dengan nada dinginnya. Tadinya dokter itu ingin protes namun saat menyadari bahwa ini adalah pemilik rumah sakit tempat ia bekerja dokter itu pun mempersilahkan Aksa untuk ke ruangannya.

Selang beberapa menit kemudian Aksa datang lagi dengan wajah yang tidak bisa dibilang baik-baik saja. Ia pun masuk kedalam ruangan Senja.

"Jadi Senja kenapa?" Tanya Naya sambil menatap  penasaran ke arah Aksa.

"Kata dokter Senja menderita kanker darah dan lebih bahayanya lagi ini udah stadium 4, dulu Senja pernah diperiksa kesini dan udah disaranin kemoterapi sama dokter. Dan karena dari dulunya Senja gak kemoterapi jadi sisa hidupnya-" Aksa tak sanggup lagi untuk melanjutkan omongannya.

"Berapa lama?" Tanya Garishta dengan tatapan kosongnya.

"2 bu-lan." Ucap Aksa dengan terbata-bata.

Semua yang ada diruangan sangat syok mendengar kabar yang sangat buruk itu.

"Jadi kita harus gimana?" Tanya Naya sambil menangis.

"Kita harus bilang sama orang tuanya gimanapun caranya." Ujar Garishta dengan tekad bulatnya.

"Udah gue bilang mereka gak bakal peduli." Ujar Aksa dengan nada sewotnya. Semuanya hanya bisa menerima dan bersedih mendengar kabar ini.

"Jadi sekarang?" Tanya Rio memecah keheningan mereka.

"Kita tunggu Senja sadar." Putus Aksa dengan wajah datar.

"Gue udah sadar daritadi kok." Ucap Senja tersenyum miris.

Semua yang ada diruangan itu sangat kaget. Mereka semua tak mampu berkata-kata lagi.

"I'am okey I'am fine gwencanaaa teng teng teng teng teng." Ucap Senja memaksakan senyumnya.

"Senjaaa, kenapa lo gak pernah cerita ke gue? Lo udah gak nganggep gue sahabat hah? Di hubungan persahabatan kita gak ada rahasia-rahasiaan.Masalah sebesar ini harusnya lo cerita. Gue merasa gak berguna." Ucap Garishta panjang lebar tersirat nada kekecewaan besar.

"Gue gak mau ngerepotin lo Taaa, selama ini gue sering ngerepotin lo dan orang tua lo. Kalau gue ada masalah pasti gue larinya ke lo terus. Gue juga merasa gue nyusahin banget." Ucap Senja dengan menatap kosong.

"Gue gak ngerasa lo nyusahin kok. Gue seneng setiap ada masalah lo selalu larinya ke gue. Lo bisa bagi-bagi masalah lo ke gue. Kita sahabatan bukan sebulan dua bulan yaa, jadi lo jangan ngerasa gak enak gitu lah." Ujar Garishta tak terima Senja mengatakan dirinya sendiri menyusahkan.

"Bener tuh, lo jangan malah gini." Ujar Naya tersirat nada sedih dan kecewa.

"Gue ngerti perasaan lo yang gamau nyusahin orang. Tapi harusnya lo cerita sama kita. Lo masih punya kita." Ucap Hanin berusaha tegar.

"Dan kenapa lo gak mau kemoterapi?" Tanya Rio keheranan bahkan yang lain pun ikut menyimak karena sangat penasaran.

"Percuma, ujung-ujungnya juga gue bakal mati kan? Berapa lama tadi? 2 Bulan lagi kan?" Tanya Senja dengan wajah biasa saja seolah penyakit ini bukan masalah besar.

"Tapi kan katanya lo udah stadium 4 ya? Kok rambut lo gak rontok sih?" Tanya Rio dengan polosnya yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari semua yang ada disana kecuali Senja yang hanya terkekeh miris.

"Lo salah." Ucap Senja  lalu menarik rambutnya yang membuat semua orang membulatkan matanya. Ya, ternyata selama ini Senja memakai rambut palsu.

"Senja?" Tanya Aksa yang sangat amat terkejut dan hanya dibalas senyuman dari Senja. 

"Gue gak nyangka banget." Ujar Ziel yang langsung diangguki oleh semua yang ada disana (-Senja)

He's mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang