🐶 🐰
B I O A U D ISudah dua hari Audi sakit. Sudah dua hari pula Bundanya meminta Audi untuk tidak berangkat bekerja. Tapi, lelaki Agustus itu selalu menolak. Karena tugas di kantornya sedang menumpuk mengingat sudah memasuki akhir tahun.
Kendati, hari ini kondisi tubuhnya benar-benar menurun. Pun, saat ia lihat obat antidepresan miliknya sudah habis. Dan, itu tandanya ia harus segera menghubungi psikiaternya untuk kembali meresepkan obat.
Seharusnya hari Rabu tidak ada rapat penting sehingga Audi bisa pulang lebih dulu. Namun, semesta sedang tidak berpihak padanya. Karena setelah makan siang, tiba-tiba diumumkan kantor mereka akan ada rapat bersama jajaran direksi.
"Kamu baik-baik saja, Audi?" Tanya Kartika. Perempuan yang sedang duduk di samping Audi.
"Baik, Mbak. Cuma sedikit pusing saja." Jawabnya. Walau tangannya sudah keringat dingin sekarang.
Ruangan yang semula sepi seketika saat satu per satu petinggi perusahaan memasuki ruang rapat. Audi menundukkan kepala seraya menahan sakit yang perlahan menyerang di ulu hatinya. Bagi yang duduk di dekatnya akan melihat betapa pucatnya wajah Audi sekarang.
Diam-diam, Bionzy sempat mencuri pandangan ke arah Audi. Ia menduga bahwa lelaki itu sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja. "Masih belum baikan?" Tanya Erza yang duduk di samping Bionzy.
Rapat itu berlangsung cukup lama, pembahasan rapat hari itu mengenai laporan akhir tahun dan rancangan mengenai kegiatan di tahun berikutnya. Mereka baru selesai saat waktu sudah mendekati pukul empat.
Audi sudah tidak bisa menyentuh laptopnya karena tangannya berkeringat dan bergetar hebat. Untung saja ia bisa menahan rasa sakitnya sampai rapat hari itu berakhir. Di saat orang-orang mulai meninggalkan ruang rapat, Audi, Murni dan Kartika masih berada di sana.
Kepala Audi berada di antara lipatan tangannya. Semua obat-obatannya ada di tas kerjanya yang tersimpan di ruangan sekretaris. Namun, sepertinya ia sudah tidak bisa kembali ke ruangan. Kepalanya pusing, badannya dingin dan tangannya gemetar.
"Ingin saya ambilkan teh hangat?" Tanya Murni. Kepala Audi sedikit terangkat, mengangguk kecil. "Tunggu sebentar, saya buatkan."
Tinggal Audi dan Kartika yang berada di ruangan itu. Di satu sisi Kartika harus menyelesaikan MoM rapat hari ini, tapi di sisi lain, ia tidak mungkin meninggalkan Audi sendiri.
"Bagaimana kalau kita panggil ambulance? Kamu tidak mungkin pulang dengan keadaan seperti ini, Di." Ujar Kartika. Namun, Audi menggeleng.
"Sebentar lagi juga reda sakitnya, Mbak."
Kartika tahu Audi berbohong. Bahkan, ketika nyeri kembali menyerang ulu hatinya, Audi benar-benar terlihat tak berdaya. Kepalanya menunduk dan kedua tangannya mengepal guna mengurangi rasa sakitnya. Seharusnya tadi ia meminta Murni untuk mengambilkan obatnya di tas.
Pintu ruangan terbuka, dan Audi dapat mendengar derap langkah yang tergesa-gesa. Sekejap, Audi merasa ada seseorang yang memegang bahunya. Ia tahu bahwa usapan itu bukan milik Murni atau Kartika. Melainkan seseorang yang sudah satu bulan ini menghindarinya.
Sesaat, Audi merasa bahwa sakitnya tidak hanya di ulu hati tapi juga di seluruh saraf dan tubuhnya. Terlebih, saat gemuruh hatinya hadir bersamaan dengan mendung di wajahnya.
"Audi..." Suara itu menggema di telinga Audi. Suara itu terdengar lembut, tidak seperti saat terakhir kali mereka bertemu. "Ke rumah sakit sama saya, ya?"
Lantas, Audi mengangkat pandangannya. Netranya berbinar. Tidak menyangka jika sosok yang sedang berlutut di sampingnya kini, ternyata masih peduli dengannya. Bahkan, Audi bisa melihat bayangan dirinya dari netra legam milik sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
#BIOAUDI | Jika Kita Bertemu Lebih Awal [NOMIN AU]
Fanfiction"Jika Kita Bertemu Lebih Awal" SERIES II : NOMIN AU #BIOAUDI - Bionzy dan Audi Kebanyakan orang menganggap bahwa hidup adalah perjuangan. Tapi bagi Bionzy-hidup hanyalah arena petualangan. Ia terus mencoba tanpa takut gagal. Karena hidup Bionzy jau...