BAGIAN DUA

1 0 0
                                    

Selamat membaca semuanya 😉

ada 1,9k kata ya🫰

***

“Banyak orang yang tidak bertindak karena takut gagal, padahal tidak bertindak adalah kegagalan yang jelas sudah terjadi.”

***

AURA bahagia terpancar pada diri seorang Dea Anindita. Rasanya bahagia karena sudah ada seseorang yang mengisi kekosongan hatinya setelah sekian lama tidak ada yang menempatinya. Hubungan mereka sudah terjalin satu bulan lamanya, banyak dari teman kerja mereka yang sudah mengetahui hubungan itu.

Sebenarnya Dea ingin diam-diam berpacaran dengan Arda, namun teman Arda yang bernama Raka–tidak bisa diajak bekerjasama dan akhirnya memberitahu hubungan mereka dengan yang lain. Karena sudah terlanjur, semua juga sudah mengetahui, Dea hanya bisa mengikuti yang sudah terjadi saja.

Siang ini Arda dan Dea tengah berada di sebuah supermarket. Arda mengajak Dea untuk membantu membeli kebutuhan pokok rumahnya yang sudah habis. Karena hari ini hari libur bekerja, jadi Dea mengiyakan ajakan Arda.

“Habis belanja kita masak di rumah aku, ya?” ajak Arda sembari mendorong troli menuju tempat sayur dan buah-buahan.

“Emangnya nggak dimarahi orangtua Mas Arda?” balas Dea, yang berjalan disamping laki-laki bertubuh jangkung itu.

“Ah iya, kamu belum tau, ya.” Arda berhenti tepat didepan bagian sayur dan buah-buahan, sambil memilih sayur dan buah ia menceritakan hal yang belum Dea ketahui tentang dirinya.

“Aku udah nggak sama orangtua,” ucap Arda.

Membuat Dea yang ikut memilih buah menjadi menoleh kearah Arda. “Kenapa?” tanyanya.

“Biasalah, ada problem sama mereka.”

“Jadi mas Arda tinggal dimana sekarang?”

“Tinggal di rumah yang nyokap kasih waktu aku ulang tahun yang ke-17 tahun,” beritahunya dan dibalas anggukan oleh Dea, juga dengan mulut yang membentuk huruf O.

Mereka kembali memilih semua yang Arda butuhkan untuk di rumahnya. Setelah selesai memilih dan membayar, mereka kini sudah berada di rumah sederhana namun minimalis milik Arda, yang membuat rumah satu lantai itu menjadi mewah.

“Rumah mas Arda bagus juga ya,” celetuk Dea sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan rumah Arda.

“Aku jarang bersihin,” kata Arda. “Ayo ke dapur,” ajak Arda. Dan mereka berdua yang sebelumnya berdiri di ruang tamu pun semakin berjalan masuk kedalam rumah itu.

Mereka akhirnya memasak beberapa menu yang menurut mereka berdua mudah untuk dilakukan. Setelah semuanya matang mereka pun langsung mencicipi masakan mereka diruang makan yang menyatu dengan dapur.

“Kita tukar masakan, yang masakannya enggak enak harus di hukum, gimana?” tanya Arda pada perempuan yang duduk disebelahnya.

“Boleh!” balas Dea antusias. Ia pun menggeser masakannya ke hadapan Arda, begitupun sang empu.

Mereka mulai mencicipi masakan itu, dan bersiap untuk saling menilai.

There is Love in Another HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang