Perjaka 02

6.5K 425 7
                                    

Hujan mendadak turun setelah ketiganya selesai mengenalkan diri masing-masing. Aris dan Kalvin pun mengajak Adli ke bawah, ke daerah perumahan kumuh yang menjadi rumah mereka. Ada banyak yang tinggal di tempat itu selain Aris dan Kalvin, dan si pemimpin yang menghadang Adli beberapa menit yang lalu juga tinggal di sana.

Tidak lama mereka berjalan. Adli menghentikan langkah mereka. "Bentar, deh."

Aris dan Kalvin pun berhenti, menatap bingung pada Adli yang menghentikan mereka.

"Kenapa, Dli? " tanya Aris dan Kalvin kompak.

"Gimana kalo nanti orang-orang di tempat kalian itu marah ke gue? Karena gue udah buat sebagian dari kawanan lo pada tadi meninggal. Terus juga gimana kalo si Lein itu bilang ke mereka sambil nyebarin gosip tentang gue?"

Mendadak Adli kini khawatir. Ia bukan bermaksud membunuh pemuda-pemuda tadi, itu hanya sebagai perlindungan dirinya. Apalagi ada nyawa yang harus ia lindungi selain nyawanya sendiri.

Anw, Lein itu adalah nama si pemimpin yang mencegat Adli sebelumnya. Adli diberitahu oleh Aris dan Kalvin, walau kata mereka si Lein itu sebenarnya juga anak buah dan mereka berdua di paksa untuk ikut mencegat mangsa yang lewat di gang itu.

Kalvin dan Aris saling melempar pandang satu sama lain sebelum akhirnya menjawab, "Em, Dli, gak perlu takut. Di sana orangnya gak ada yang baik, terus juga Bang Lein gak bakal bilang ke mereka semua karna dia udah ada pawangnya, dan pawangnya itu adalah orang yang menguasai wilayah kita ini," jelas Kalvin.

Bingung! Maksud dan kebenaran ini tidak bisa Adli respon. "Gak baik gimana maksud lo? Terus kenapa gue gak boleh takut, ntar kalo mereka rame-rame mau bacok gue gimana?" Adli benar-benar khawatir tentang ini, tapi kedua pemuda itu malah mempermainkannya.

"Terus juga, maksudnya pawang si Lein itu gimana? Dia udah punya pacar gitu?" lanjut Adli, masih tidak paham dengan semua ini.

"Iya," Kalvin mengangguk, "dan soal Adli takut sama warga di wilayah kita itu yang gak baik, itu artinya mereka gak bakal ngurusin urusan orang biar pun Bang Lein nyebarin gosip yang aneh-aneh tentang Adli," jawab Aris.

"Soal pawang Bang Lein. Kita juga gak tau maksud lebihnya gimana, soalnya kita juga tau itu dari rumor yang warga sini edarkan." Kalvin menambahkan.

'Oh, gitu. T-tapi, gue tetep gak mau ke sana. Kalo misal mereka mau bunuh gue gimana? 'Kan Dede aja belum lahir. Gue milih kabur dari keluarga karna gue mau nge-hidupin nyawa Dede, bukan kabur mau lenyapin Dede,' batin Adli. Membuat lelehan air mata tiba-tiba mengalir dengan isakan kecil.

Kerentanan dari orang-orang yang hamil, ya begini. Perasaannya mudah tersakiti dan sensitif sekali, bahkan bisa membuatnya berfikir negatif.

Kedua pemuda itu tersentak, gelagapan melihat Adli yang tiba-tiba saja menangis dengan isakan yang cukup meluluhkan hati mereka.

"Dli, Dliiii .... Adli kenapa?? Dli, gak papa??" Kalvin memeluk Adli, pemuda kecil itu hanya diam di peluk oleh Kalvin. Namun, isakan tak berhenti keluar.

"Pin. Kita ke rumah, ayok! Itu mau hujan lagi." Aris merasakan angin yang cukup besar menghantam mereka, seolah mengatakan kalau ia akan kembali tiba.

Kalvin hanya mengangguk, merangkul Adli yang masih terisak dengan Aris yang memimpin jalan.

***

Saat sampai di sebuah rumah kecil. Diyakini rumah tersebut adalah rumah kosong, tapi cukup bersih untuk dijadikan tempat tinggal.

PERJAKA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang