Perjaka || END

1.7K 67 2
                                    

"Alyon~"

"Kenapa, hm?"

"Sini dulu! Bantu aku ...."

"Bantu apa? Bentar!"

"Cepetan!!"

✧Happy Reading All✧

"Mass??"

Mata itu mengerling ke samping kanan. Ia mengerjap tak percaya dengan penglihatannya. Diam memaku di tempat dengan pakaian lusuh, wajah tampan yang dihiasi jenggot tebal, tampak sangat tidak terurus. Masih tetap menatap seseorang yang memanggilnya dengan sebutan 'Mas'.

"Mas Alyon!" Ia menggoyangkan tubuh bongsor pria itu. Ekspresinya tak senada dengan parasnya yang cantik membahana.

"Adli ...?" ucap Arion masih tak percaya dengan penglihatannya sendiri. Ia kira matanya salah lihat karena sudah rabun akibat terus menatap matahari dan langit yang berubah-ubah di luar sana, mau itu siang atau pun malam.

Sudah empat tahun berlalu suami cantik kesayangan Arion itu pergi darinya untuk mengejar pendidikannya yang sempat tertunda karena hamil anak pertama. Kemudian saat akan kembali meneruskan pendidikan, ia malah hamil anak kedua membuat tunjangan waktunya menjadi lebih lama.

Sejak empat tahun berlalu, Arion tidak memiliki mental yang baik. Dirinya hanya diam, duduk di jendela kamar sembari menatap langit, kadang jika ada matahari ia akan terus menatapnya tanpa berkedip. Itu terjadi tanpa jeda selama empat tahun berlalu.

Kini Adli mendapatkan S1-nya, dan itu sudah cukup untuk Adli. Ia pulang dan menemui suaminya yang dikabarkan tidak mau makan selama ini. Lebih disayangkan karena Adli baru mengetahui hal ini saat ia berada di bandara menuju mansion.

Ia rengkuh tubuh bongsor yang kini mengurus itu. Menjatuhkan diri ke lantai marmer dengan Adli yang menangis menatap keadaan pria tersayangnya ini.

Adli boleh kuat sebagai pihak bawah yang bisa melahirkan, terlebih dirinya memang memiliki kelebihan dengan memiliki seni bela diri dalam jiwanya. Namun, Arion si mafia kejam tak akan pernah bisa jauh dengan kekuatannya--ia adalah Adli.

"Mas! Mas Yon, kenapa?? Kenapa bisa gini?" Isakan memenuhi ruang kamar. Ia memeluk erat suaminya itu.

"Mas sayang Adli. Mas sayang Adli." Ia terus menggumamkan kalimat itu sembari membalas pelukan suami cantiknya itu.

Tangan Adli mengusap punggung lebar itu yang turun, tak tegap seperti dulu. Hatinya sakit memeluk keadaan Arion saat ini. Pada akhirnya Adli memutuskan untuk menenangkan pikiran mereka dan perasaan rindu yang menggebu.

Beberapa menit terlewati. Keduanya berada di ranjang sambil clude manja.

Adli mengusap lembut kepala Arion yang merebahkan kepalanya berbantal paha Adli. "Mas. Bisa ceritakan semuanya? Kenapa Mas gak mau makan. Kenapa Mas ngunci diri di kamar. Kenapa? Mas sayang aku, 'kan? Kalo sayang aku, Mas harus sayang diri dulu. Aku gak mau tampannya aku kaya gini. Hatiku sakit, Mas," keluh Adli.

Arion membuka matanya, menubrukan tatapan pada manik kelabu kecoklatan itu. Sejenak mengangkat tangan guna membelai pipi Adli, menyikap rambut hitam itu yang memanjang ke daun telinga.

"Maaf, ya, udah bikin kamu khawatir. Aku baik-baik aja, kok. Aku gak papa," ujarnya sembari menampilkan senyum. Yang sangat jelas Adli pahami kalau senyum itu hanya untuk menenangkannya.

Ia menangkup wajah itu, ditatapnya lekat setiap inci lekukan wajah sempurna yang kini dihiasi kumis serta janggut yang tebal. Belum lagi rambut Arion yang acak-acakan seperti kena badai. Apalagi mata yang memerah dan kelopak mata yang bengkak seperti panda.

PERJAKA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang