HUJAN.

41 6 0
                                    

 
  
   
"......" Aku melongo. Terduduk di kursi, sembari menunggu martabak pesanannya. Buat mama, katanya.

Tersadar, aku langsung menengok ke arahnya–yang rupanya sudah menatap diriku sedari tadi.

Kulihat dirinya tersenyum. Atau mungkin menyeringai?
"Ini namanya privilege."

Aku mengangkat satu alis, "Aku bahkan belum bilang apa-apa?" Protesku.

Dia mendengus, "Udah keliatan dari muka kamu." Memalingkan muka sebentar, kemudian menatapku kembali.

"Lagian PJ keamanan kerja rodi nya nanti pas pengukuhan." Lanjutnya, "Jadi santai aja." Lalu menepuk pucuk kepalaku.

---

"Terima kasih tumpangannya." Aku mengacungkan ibu jari, "Terima kasih juga martabaknya, Yang Mulia." Kemudian merendahkan kepalaku sedikit.

Dia terkekeh. "Terima kasih kembali, lady."

"Udah sana masuk. Jaketnya taruh di kamu dulu aja." Aku mengangguk.

"Hati-hati." Ujarku. Dia balas mengangguk.

Sebelum benar-benar pergi, dia berucap. "Yang Mulia ini minta maaf jika pakaian anda basah kuyup, lady." Aku hanya terkekeh mendengarnya.



𝐓𝐑𝐀𝐏𝐏𝐄𝐃. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang