04: Distrik Yuma

281 38 12
                                    

"Jul, bangun."

Reino menggoyangkan lengan Julian yang meringkuk di matras.

"Jul, diajak Pak Taka sarapan, lho."

Julian mengerang dengan suara serak. Kedua matanya mengerjap-ngerjap. "Pak Taka siapa...?" tanyanya setengah sadar.

"Kepala Distrik. Rumah beliau di sebelah gudang. Ayo, buruan."

Julian beranjak duduk. Diam beberapa detik selagi ia mengumpulkan nyawa. Rambut hitam legamnya yang kemarin di-pomade sudah acak-acakan. Sementara itu, Reino berdiri di sebelah matras, masih memakai baju yang sama.

"Rei, emang Kepala Distrik itu tau kalau aku di sini?" Julian bertanya lagi. Kelopak matanya sudah sempurna terbuka.

"Barusan kukasih tahu. Kata beliau nggak apa-apa. Ayo!" Reino menarik lengan Julian.

Pintu gudang digeser. Cahaya matahari langsung menyilaukan mata. Udara hangat segera menerobos masuk ke gudang yang sesak, membuat sirkulasi udara menjadi lebih segar. Hujan salju telah reda. Atap-atap melengkung milik rumah-rumah warga diselimuti salju setebal 5 centi.

Sepatu pantofel Julian sedikit melesak ke tanah begitu kakinya menginjak salju. Keduanya berjalan ke rumah bertingkat dua di kanan gudang. Rumah Kepala Distrik. Warna merah, putih, dan kuning mendominasi. Atapnya lebih besar dibanding rumah-rumah yang lain. Di Jendelanya terdapat ornamen cantik. Pintu gesernya bermotif kotak-kotak

Julian merapikan rambutnya dengan tangan. Dasi dan jas hitamnya dia tinggal di gudang. Sekarang Julian hanya memakai kemeja putih dan celana hitam.

"Selamat pagi, Pak Taka."

Seorang Pria sepantaran tinggi Reino muncul begitu pintu digeser dari dalam. Kimono abu-abu membalut tubuhnya. Kedua matanya sipit dengan ujung sedikit menukik ke bawah. Janggut tipis bertengger di dagunya.

Dia tersenyum lebar. "Selamat pagi, Reino, dan ... Julian? Silakan masuk, mari sarapan bersama."

Pak Taka menepuk-nepuk pundak Reino dan Julian. Menuntun kedua pemuda itu ke meja makan.

Di sana, dua orang wanita sedang meletakkan mangkuk-mangkuk kecil dan mangkuk besar berisi sup.

"Perkenalkan, namaku Nakhashima Hotaka. Kalian bisa memanggilku Taka. Aku Kepala Distrik Yuma. Ah, ini istriku, Hashimoto Kazumi."

Wanita paruh baya dengan rambut sebahu itu tersenyum. melambaikan tangan. "Selamat pagi. Siapa nama kalian?"

"Saya Arjuna Reino Mandala. Ibu Kazumi bisa panggil saya Reino." Reino tersenyum balik.

"Saya Julian Vincenzo. Biasa dipanggil Julian." Julian sedikit membungkukkan badannya di hadapan Kazumi.

"Reino dan Julian, ya. Nama yang keren. Eh, mari duduk!" Kazumi menunjuk dua kursi di seberangnya.

Reino dan Julian mengangguk. Menarik kursi yang ditunjuk Kazumi dan duduk bersebelahan.

Sementara itu, Pak Taka menarik kursi di tengah-tengah meja. Di antara Kazumi dan Reino.

"Lalu ini anakku, Nakashima Hanan." Pak Taka menunjuk gadis yang duduk berhadapan dengan Julian.

Tinggi gadis itu sepantaran Kazumi. Rambutnya sepinggang berwarna hitam. Bentuk matanya tajam seperti kucing. Kulit putih gadingnya tampak bersih dan terawat. Ia memakai kimono biru muda dengan motif awan.

"Selamat pagi ...." Hanan tersenyum sambil sedikit menundukkan kepala.

Julian dan Reino mengangguk, tersenyum balik.

Masih beberapa detik lagi Julian mempertahankan senyumnya. Bahkan kali ini---secara tidak sadar---senyumnya melebar. Ia menatap mata Hanan lamat-lamat. Mata kucingnya tadi ikut tersenyum ketika bibir Hanan tertarik ke atas. Manis sekali.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[i] GLORY || TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang