Pagi datang bersamaan dengan tarikan napas kaget seorang pemuda tampan yang terbangun dari tidurnya. Pada awalnya dia kebingungan mendapati sisi sebelah ranjang yang dia tempati kosong, matanya kemudian mencari ke seluruh penjuru kamar, dititik itu dia tersadar bahwa dia sendirian di kamar. Bintang pikir Angkasa sudah bangun dan sudah mandi terlebih dahulu.
Bintang kemudian mengubah posisinya menjadi duduk, mengusap wajahnya yang terasa berminyak dan lembab. Kondisi ini tidak terasa nyaman bagi Bintang, jadi dia segera bangun dan pergi ke kamar mandi. Awalnya dia hanya sekedar mencuci muka di wastafel namun entah kenapa detik berikutnya setelah dia mengelap wajahnya sambil mengaca di cermin wastafel, dia malah mendapati dirinya bengong di detik itu. Seolah pandangan matanya terkunci pada refleksi dirinya sendiri di cermin itu. Tak ada yang aneh pada penampilannya. Hanya saja entah mengapa Bintang merasa ada yang salah dengan pandangan mata di hadapanya. Yang berarti dia merasa ada yang salah pada matanya sendiri.
Detik berikutnya tubuh Bintang tersentak dan dia baru sadar bahwa dia sedang membuang waktu untuk mandi dan bersiap pergi ke sekolah. Bintang cepat-cepat menyelesaikan mandinya sambil terheran pada dirinya sendiri dan berpikir dia seperti orang tidak waras yang hanya membuang-buang waktu untuk menonton wajahnya sendiri di cermin.
Beberapa menit kemudian seorang pemuda tampan dengan pandangan teduh dalam balutan seragam rapi yang ia kenakan keluar kamar dan turun ke lantai dasar, menuju dapur yang mana Bintang lihat di sana sudah ada Angkasa yang tengah menyiapkan sarapan. Angkasa tampak sibuk dengan penggorengan dan belum menyadari kehadiran kakaknya. Bintang tersenyum memandangi adiknya yang lihai dengan alat masak, dan dapat Bintang tebak menu apa yang tengah disiapkan oleh adiknya itu. Dari baunya saja sudah dia tebak, itu adalah nasi goreng spesial buatan Angkasa. Mengapa disebut spesial? karena menurut Bintang, nasi goreng buatan Angkasa berbeda dengan nasi goreng lain yang dia pernah makan sebelumnya. Rasanya spesial. Ini sudah menjadi makanan favorit Bintang dari dulu.
"Berapa lama lagi kau menggorengnya?"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Bintang itu seketika membuat aktivitas Angkasa yang tengah menggoreng nasi terhenti. Kepala Angkasa menengok kebelakang, mendapati Kakaknya yang sudah berpakaian rapi tengah duduk di kursi meja makan dan dagunya bertumpu pada telapak tangannya.
Angkasa kemudian terkekeh mengejek dan berkata pada Bintang seraya melanjutkan kembali aktifitasnya. "Apa perutmu sangat lapar? Atau apakah kau tidak sabar memakan nasi goreng buatanku yang sangat sedap ini? "
Bintang mendecih dan memutar bola matanya. "Aku hanya lapar. Nasi goreng buatanmu sama saja dengan nasi goreng lainnya. " Meskipun Bintang berkata nasi goreng buatan Angkasa sama saja rasanya dengan nasi goreng lainnya namun dalam hati Bintang sebenarnya, rasa nasi goreng buatan Angkasa tiada bandingnya dengan yang lain. Bintang hanya mencari suasana bercanda saja.
Angkasa sekali lagi terkekeh, namun dia tahu jika perkataan Kakaknya itu adalah kebohongan. Jelas sekali bagi adik yang dekat dengan kakaknya, Angkasa tahu segala jenis hal favorit Bintang. Dan masakan nasi goreng buatanya adalah salah satu makanan favorit Bintang. Maka dari itu, pagi ini Angkasa berencana memasakkan nasi goreng buatanya untuk sarapan mereka berdua, sebelum Bintang berangkat sekolah.
"Kau bahkan tsundere pada nasi gorengku?" Angkasa berkata sambil merucutkan bibirnya dan membawa dua piring nasi goreng yang baru saja dia buat, meletakkannya ke atas meja makan yang di mana sudah ditunggu-tunggu oleh Bintang.
Melihat wajah cemberut adiknya. Bintang memutar kedua bola matanya dan tertawa sembari menggelengkan kepalanya pasrah. "Baiklah, aku akui. Nasi goreng buatan adikku memang yang paling top." Bintang memberikan jempolnya di akhir kalimatnya dan itu membuat wajah ceria Angkasa terpatri lagi. Mereka berdua kemudian tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH
Teen Fiction'Sorot matamu sarat akan kekosongan namun benakmu seolah membohongi dirimu sendiri dengan menghadirkanku ke dalam hidupmu lagi.' ................................... 'Diantara bentangan waktu yang panjang. Mengapa takdir memberhentikan waktu kita?' ...