Tlahuizcalpantecuhtli dan Nanahuatl pun pergi bergegas ke pusat panggilan di Omeyōkān. Sesampainya di kuil Omeyōkān para Dewa-Dewi duduk melingkar di singgasananya masing-masing, para Dewa-Dewi Aztec kini berkumpul dalam satu atap.
Tlahuizcalpantecuhtli melihat keagungan bangunan yang menakjubkan Omeyōkān terpana melihatnya. Ia baru pertama kali melihat dan menginjakkan kakinya di tanah para Dewa Omeyōkān. Pilar-pilar penyangga kuil berdiri kokoh tegak menopang langit-langit kuil yang setiap sisinya dilapisi batu zamrud. Tangganya dilapisi marmer-marmer putih yang indah.
"Wah indah sekali, aku baru pertama kali kesini." Kagum Tlahuizcalpantecuhtli.
***
Gemuruh petir terdengar menggelegar menandakan Dewa Tlaloc telah tiba, Angin kencang yang menghembuskan raga menandakan kehadiran Dewa Quetzalcoatl, langit menjadi gelap seketika dan suhu mendadak menurun, muncullah dari bayangan hitam Dewa Tezcatlipoca, dan masih banyak hal yang menakjubkan ketika para Dewa berdatangan.
Pertemuan para Dewa-Dewi pun dimulai, Dewa Tonacatecuhtli membuka pertemuan dengan sebuah batu giok yang dilemparkan ke langit-langit kuil kemudian batu giok itu berubah menjadi cahaya berwarna tosca yang menyinari seluruh ruang pertemuan.
"Selamat datang, para Dewa dan Dewi di Pertemuan pertama ini, terima kasih sudah menjawab panggilanku." Sambut Tonacatecuhtli.
Para Dewa dan Dewi menerima sambutan dari Tonacatecuhtli dengan baik, namun tiba bagi Quetzalcoatl yang terlihat diam memperhatikan yang lain. Ketiga matahari sebelumnya tampak saling diam dan menatap penuh benci di wajah mereka.
"Wahai Dewa Tonacatecuhtli, kenapa kami di panggil, ada keadaan darurat apa?" Tanya Dewa Xolotl.
"Benar, kenapa kami dipanggil?" Tanya Dewi Citlalicue (Sitalikue) .
Tonacatecuhtli berdiri dari tahtanya dan turun menuju pusat meja bundar tempat para Dewa-Dewi duduk melingkar. Ia membuka sebuah kain emas yang diikat oleh akar pohon kalpataru, ia lalu menunjukan sebuah batu obsidian.
"Alasan aku memanggil kalian adalah ini, batu obsidian kini mulai ditemukan di bumi, material obsidian yang keras dan tajam akan membahayakan para manusia. Aku memanggil kalian semua untuk meminta sebuah jawaban, karena satu pilihan dariku tidak akan cukup untuk menentukan takdir manusia." Jelas Tonacatecuhtli.
"Bagaimana bisa batu obsidian bisa ada di bumi? Bukannya batu itu hanya Omeyōkān lebih dari ribuan tahun?" Heran Dewi Chalchiuhtlicue.
"Mungkin ini adalah awal baru dari peradaban di bumi, batu obsidian tidak akan salah memilih tempatnya." Ucap angin Dewa Ehecatl.
Saat perbincangan berlangsung, tiba-tiba Dewi Chalchiuhtlicue tubuhnya mendadak lemas tubuhnya tersungkur ke lantai, seketika matahari redup dunia menjadi temaram. Kejadian itu membuat para Dewa-Dewi terkejut, Dewa Mictlantecuhtli yang duduk di sampingnya segera membantu Chalchiuhtlicue untuk bangkit.
"Kau tidak apa Chalchiuhtlicue, ada apa?" Tanya Mictlantecuhtli.
"A-aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir." Jawab Chalchiuhtlicue.
Dewa Nanahuatl yang melihat tanda-tanda dari Chalchiuhtlicue mulai muncul, ia mau tidak mau harus bersuara di Pertemuan para Dewa-Dewi ini demi keseimbangan yang tertunda.
"Aku Nanahuatl Dewa penyakit dan rasa sakit, gejala yang dialami Dewi Chalchiuhtlicue adalah akibat keseimbangan kosmis dunia mulai goyah, poros dunia kini di ambang kehancuran. Hal ini disebabkan karena Chalchiuhtlicue tidak mengizinkanku untuk membuat bumi tetap seimbang." Jelas Nanahuatl.
Dewi Chalchiuhtlicue menatap sinis Dewa Nanahuatl, "Sialan Dewa penyakitan itu ingin menjatuhkan ku di hadapan para Dewa lain, aku tidak bisa tinggal diam." Ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Dewa Matahari
Viễn tưởngKejatuhan Nanahuatl ke Tlaltipac (Bumi) menjadi awal baru bagi dirinya. Tahta matahari kini sedang diperebutkan oleh para Dewa-Dewi sampai salah satu Dewa yang terpilih menjadi matahari untuk memulai zaman yang baru. Namun rencana pemilihan matahari...