BAB 1 : AWAL DARI SEGALANYA

9 1 0
                                    

Kehampaan, materi tanpa wujud melayang di lintas kosmik yang luas tak berujung. Terlihat benih kehidupan yang mulai menampakkan dirinya. Salah satu Dewa kecil sang Dewa penyakit Nanahuatl (Nanahuatel) memperhatikan kekosongan dengan matanya. Di tempat tertinggi surga ke tiga belas yaitu Omeyōkān Dewa dualitas memandang itu sebagai sebuah awal baru dari segalanya, awal untuk memulai sejarah semesta. Dualitas Dewa-Dewi menjadi dua sisi dari alam semesta ini.

Ketika kekosongan dan kehampaan mendominasi semesta, di surga ke tiga belas Omeyōkān Dewa Ometeotl (Ometeotel) sang Dewa ganda dualitas merasa bahwa semesta harus diisi oleh makhluk fana dengan memasukan kehidupan di dalamnya, dualitas Dewa ganda ini ialah Tonacatecuhtli (Tonakatecutli) sang Dewa kesuburan dan istrinya Tonacacihuatl (Tonakasihuatel) sang Dewi kesuburan. Mereka memiliki empat orang anak yaitu Quetzalcoatl (Ketsalkuatel) Dewa pencipta dan langit, Tezcatlipoca (Teskatlipoka) Dewa pemelihara, kegelapan dan malam, dan Xipe Totec (Sipe Totek) Dewa kekuatan, musim semi dan kelahiran kembali.

Dualitas Dewa-dewi ini dan anak-anaknya bekerja sama membangun penciptaan dunia, Mereka menciptakan Tlalticpac (bumi) yang masih kosong tanpa kehidupan.

Para Dewa merasa dunia terasa hampa mereka pun memutuskan untuk menciptakan waktu, mulai dari hari, bulan, dan tahun yang terdiri dari 1 minggu 7 hari, 1 bulan 21 hari, 1 tahun 18 bulan.

Para Dewa masih merasa bahwa dunia masih terasa hampa dan hambar, maka diciptakanlah dunia bawah (Mictlan). Para Dewa pun menciptakan Dewa-dewi baru, sekaligus Dewa dunia bawah bernama Dewa Mictlantecuhtli (Miktlantecutli) dan Dewi Mictecacihuatl (Miktekasihuatel). Sekarang dunia mulai terasa baru.

"Kehampaan ini akan segera berakhir. " ucap Tonacatecuhtli pada istrinya.

"Semesta sudah menentukan takdirnya, selanjutnya kita serahkan sisanya pada anak-anak kita." Ucap Tonacacihuatl.

Quetzalcoatl dan Tezcatlipoca kemudian menciptakan air di bumi mereka memasukan Cipactli ikan raksasa di dalamnya sebagai pelindung. Quetzalcoatl dan Tezcatlipoca membuat bara api dari sisa-sisa penciptaan dunia untuk menerangi seluruh dunia, api itu kemudian menjadi matahari, namun hanya setengah yang bersinar, cahayanya masih belum cukup untuk menyinari dunia.

"Ini tidak akan cukup Kakak." Ucap Quetzalcoatl.

"Kita harus membuat sesuatu yang lebih panas dan terang, namun apa? Api ini saja tidak akan cukup menerangi dunia." Ucap Tezcatlipoca.

"Mungkin Ayah dan Ibu akan memberi jawabnya." Ucap Quetzalcoatl.

Tezcatlipoca yang mendengar saran dari adiknya menukik kan kedua alisnya, "Ayah dan Ibu sudah mempercayakan ini pada kita, mereka tidak mau ikut campur dalam urusan ini Quetzalcoatl." Ucap Tezcatlipoca sembari menatap adiknya itu.

Quetzalcoatl pun terdiam hening tak bersuara sembari menundukkan kepalanya ke tanah. Saat di keheningan Quetzalcoatl tiba-tiba terlintas memikirkan sebuah kehidupan nyata di bumi, ia pun mulai merancang makhluk yang akan menghuni bumi.

Dalam awal penciptaan terjadi pertarungan besar para Dewa yang berebut kekuasaan

atas bumi, Dewa- Dewi yang berseteru itu ialah Dewi tanah Tlaltecuhtli (Telaltecutli) , Tezcatlipoca dan Quetzalcoatl. Tezcatlipoca dan Quetzalcoatl bekerja sama untuk mengalahkan Tlaltecuhtli, akhirnya mereka pun menang. Tlaltecuhtli yang kalah tidak bisa kembali ke air dan memutuskan untuk tinggal di permukaan, tubuhnya melebur menjadi daratan, gunung dan pepohonan, tubuhnya menjadi pijakan para makhluk di atasnya.

Di daratan pertama bumi setelah pertempuran para Dewa-Dewi, Dewi bumi Coatlicue (Koatlikue) Ibu para Dewa menemukan sebuah bola bulu, ia pun membawanya ke Omeyōkān, tanpa diketahui tiba-tiba ia hamil. Hal itu membuat seluruh penjuru Omeyōkān gempar, ke 400 anaknya curiga jika ibunya telah berzina maka mereka berencana menghabisi ibunya.

Legenda Dewa MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang