Unclear explanation

310 53 24
                                    


 
 
Pada akhirnya Taeoh tidak menemui Ibunya saat Luhan dan Sehun sudah sampai di kediaman Jongin.
 

Putera pertama Luhan itu masih belum berdamai dengan kemarahannya, bahkan bujukan Jongin pun tidak dihiraukan. Malah mendorong Jongin keluar dari kamar dan mengunci pintu dari dalam.
 

Kekecewaan tentu harus Luhan telan, hatinya kembali berduka karena penolakan yang diberikan oleh Taeoh. Selama hidup, ini adalah kali pertama Taeoh marah sebegitu besarnya.
 

Menumpahkan tangisan hebatnya saat perjalanan pulang, dan Sehun hanya bisa menghamparkan pelukan, elusan penenangan serta jutaan kalimat untuk menghibur isterinya yang tengah bersedih.
 

Untung saja saat mereka sudah sampai di rumah, tuan muda kecil kesayangan Oh Sehun tersebut sudah pulas bersama mimpi tidurnya sehingga tidak perlu menyaksikan kesedihan Ibunya yang cukup dalam karena penolakan kakak beda Ayahnya.
 

Semalaman Luhan merayakan kesedihannya dengan tangisan, bahkan di atas ranjang dan di dalam pelukan hangat suaminya, Luhan tiada hentinya mengeluarkan air mata. Rasa bersalah yang datang dari masa lalu seolah berkomplot menggempurnya dengan rasa bersalah yang datang di hari sekarang.
 

Perasaan Luhan memang begitu sensitive terhadap Taeoh karena putera pertamanya lah korban paling dirugikan dari pertikaian asmara antara Sehun dan Jongin. Dan diam-diam Sehun juga memendam rasa bersalahnya melihat Luhan yang begitu menderita, namun di sisi lain penyesalannya tidak bergema karena memang seharusnya ia mengambil apa yang menjadi miliknya.
 

Setia mendampingi kesedihan Luhan sepanjang malam, memejamkan mata setelah memastikan sang isteri tertidur karena kelelahan menangis. Dari segala perhatian dan sikap yang diberikan kepada Luhan, jelas saja Sehun bukan seorang suami yang buruk.
 

Yang membuatnya terlihat seperti penjahat adalah menyalahgunakan kekuasaannya untuk merebut Luhan. Bahkan di masa lalu, dengan teganya Sehun bermain-main dengan keselamatan nyawa Taeoh.
 

Dua hari setelah penolakan Taeoh untuk menemui Luhan di rumah Jongin, disini lah Sehun berada.
 

Café yang pelanggannya didominasi anak remaja sekolahan. Hari nyaris petang, dan Sehun menyempatkan waktunya untuk bertemu dengan Taeoh, tentunya setelah membuat perjanjian dengan anak pertama isterinya.
 

Memilih meja paling pojok dengan batas kaca, dan membooking beberapa meja di sekitarnya agar tidak terlalu bising oleh anak-anak sekolah yang juga ada di café tersebut.
 

Kehadiran Sehun di café tersebut tentu menjadi pusat perhatian anak-anak sekolah. Dari tampilan saja, mereka yakin bahwa lelaki dengan jas yang terlihat mahal tersebut menunjukkan aura konglomerat yang melekat pada Sehun. Ditambah lagi beberapa bodyguard yang berjaga di sekitar pintu dan sekitaran meja yang sudah terbooking.
 

Café ini adalah pilihan Taeoh, tentu termasuk syarat juga karena Taeoh enggan menemui Sehun jika suami Luhan tersebut yang memilih.
 

Saat Taeoh memasuki café, ia dipersilahkan. Menjadi perhatian tentu ia dapatkan karena anak-anak sekolah yang ada di café tersebut juga berasal dari almamater yang sama.
 

“Kim Taeoh..”. Sehun menyeru agar Taeoh mendekat pada meja pilihannya.
 

Taeoh segera melenggang, duduk di kursi yang berseberangan dengan Sehun sehingga keduanya berhadapan.
 

Nampak sekali wajah gugup Taeoh meski tidak mendominasi. Entahlah, setiap kali melihat wajah suami Ibunya ia selalu merasa terintimidasi. Aura suami Ibunya terlalu kuat, seolah akan memberi hukuman berat jika sedikit saja ia melakukan kesalahan.
 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY BLOODSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang