002

175 24 2
                                    

" Maaf, Hinata salah... "
- H. Hinata

.
.
.

Pada akhirnya ketiga nya pergi ke gedung olahraga untuk menonton latihan tanding dengan sekolah lain. Ada banyak orang  disana yang di dominasi oleh kaum hawa yang merupakan fans fans fanatik nya Sasuke.

Mereka bertiga harus berdesak-desakan guna mengambil tempat di depan agar permainan yang dinantikan dapat terlihat jelas. Nafas mereka memburu setelah mendapat tempat bagus untuk menonton.

"Fuck! Fans tu anak gak ngotak bet gila banyak nya.", Ino merapalkan banyak umpatan. Ini cuma nonton latihan tanding doang kayak rebutan barang diskon sama ibu ibu.

"Hosh.. Bener banget cok. Rame bener sial", Ucap sakura dengan nafas yang masih belum stabil. Drama desak desakan benar benar menguras energi.

"Hahaha ini... Resikonya" Hinata hanya tertawa kecil menanggapi keluhan sakura dan Ino. Yah itu memang resiko nya kalau mau liat sasuke. Latihan tanding doang udah kayak fansmeet idol. Heran pelet nya kuat bener.

Keluhan keluhan itu pun hilang terendam oleh sorakan sorakan ketika peluit tanda permainan dimulai mengambil atensi ketiganya. 

"KYAAA SASUKE-KUN GAMBARE"

"SEMANGAT CALON SUAMI"

"GANTENG NYA KELEWATAN BANGET"

"KYAAA SASUKE"

Teriakan demi teriakan yang menyoraki Sasuke memenuhi gedung meski permainan baru saja dimulai. Sakura dan Ino sendiri itu dalam menyoraki Sasuke sang pangeran sekolah sedangkan Hinata hanya menonton dengan tenang.

Hinata hanya menggelengkan kepalanya melihat Sakura dan Ino yang amat bersemangat meneriaki nama Sasuke. Hinata tau Sasuke itu punya banyak fans dengan tampang rupawan nya yang mematikan itu, memang nya ada yang tak tahu uchiha Sasuke? Hinata rasa semua orang tahu. Hinata hanya sedikit kaget fans nya sebanyak ini dan itu belum semuanya...

Hinata sejujurnya tidak terlalu mengerti aturan permainan ini. Setiap kali ada pelanggaran Hinata bingung pelanggaran apa itu. Meski ujung-ujungnya dia menikmatinya.

Terlihat Sasuke tengah di hadang 2 orang lawan untuk menuju ring dan dengan mudah Sasuke lewati. Pria itu kemudian melemparkan bola hingga masuk ring dan menuai lebih banyak teriakan. Entahlah Hinata tidak tau teknik apa yg jelas bola nya masuk.

Karna terlalu menikmati permainan yang disajikan Hinata tidak sadar menonton hingga permainan berakhir. Saat tim Sasuke diumumkan menang Hinata melotot kaget. Gadis itu panik.

"Kenapa Hin? Kok panik lu itu Sasuke menang loh" Tanya sakura yang menotice kepanikan Hinata

"... Gimana nih.... Les nya..." Tuhan Hinata mau menangis rasanya

"Lah iya katanya ada les" Ino juga baru sadar kalau Hinata tidak jadi pamit pada mereka di tengah permainan

"... Mampus aku. Duluan ya!" setelah pamit Hinata langsung berlari keluar gedung dengan kecepatan halilintar.

"Eh Hin?!" Teriak Sakura

"Buset cepet amat." ucap ino saat tak menemukan hinata dalam pandangan nya lagi

"Semoga dia baik baik aja ya..." sakura berucap khawatir

.
.
.

Hinata sampai di depan gerbang rumahnya yang mewah bak istana putri. Dia menelan air liur nya gugup. Gerbang perlahan terbuka dan Hinata memasukinya dengan perasaan gundah.

Setelah berjalan beberapa menit ia sampai ke pintu utama. Hinata dengan keringat dingin mendorong pintu tersebut sambil berharap bahwa ia akan baik-baik saja. Berharap sang ayah tak terlalu marah padanya. Hinata sungguh berharap....

Prang

Lemparan gelas kaca yang menyambut kepulangannya lebih dari cukup untuk membuat Hinata tau bahwa ayahnya marah besar. Gelas yang dengan naas nya menghantam pintu di belakang Hinata itu hancur berkeping-keping. Pipi kanan Hinata sedikit tergores dan mengeluarkan darah.

Hinata melirik gelas yang hancur dibawahnya itu dan kemudian beralih menatap pria paruh baya yang berdiri tak jauh darinya. Tubuh Hinata gemetaran, tatapan nya penuh ketakutan.

Pria paruh baya yang merangkap menjadi ayah nya itu terlihat begitu mengerikan dimata Hinata. Tuhan kali ini saja... Hinata mohon redakan amarah ayah nya....

Hyuuga Hiashi ─ayahnya─ itu mengeram kesal menatap putri sulung nya. Dengan langkah cepat ia menghampiri Hinata sambil berkata

"DARI MANA SAJA KAU DASAR ANAK SIALAN!" Hiashi berteriak pada Hinata yang menundukkan kepalanya.

"..." Hinata tak berani menjawabnya. Ia terlalu takut untuk sekedar mengeluarkan suaranya.

"TADI GURU LES MU MENGATAKAN PADA AYAH BAHWA KAMU TIDAK ADA DI RUMAH UNTUK MENGIKUTI LES! KEMANA KAMU HAH!" Suara Hiashi yang bernada tingga membuat Hinata semakin menciut menahan tangis nya

"ORANG TUA NGOMONG TU DI JAWAB BODOH! JANGAN DIEM DOANG! KENAPA HAH?! BISU KAMU? IYA! BISU HAH!"  Isak tangis sukses keluar dari bibir Hinata dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya dikala Hiashi mencengkram erat kedua pipinya memaksa Hinata melihat nya.

"SAYA TANYA KAMU DARI MANA HYUUGA HINATA! SAYA GAK NYURUH KAMU NANGIS, KENAPA KAMU GAK PULANG? KEMANA KAMU? UDAH BERANI KELUYURAN HAH?!", Hiashi menghempas kasar Hinata

".... M-maaf ayah..." Suara lirih Hinata yang disertai isak tangis terdengar.

"Ck! JADI ANAK TU GUNA DIKIT" Hiashi menendang tubuh Hinata yang terduduk miris di lantai mewah rumah itu dengan kasar dan kemudian pergi meninggalkan Hinata.

Hiashi bahkan tak sengaja menginjak tangan Hinata yang ada di lantai tapi ia tidak peduli. Kapan ia pernah peduli?

'Sakit......'

TBC

segini dulu ya ges ya. Aku ngetik emang pendek pendek :) maaf kan lah diriku ini....

Dapat ide ini abes nangisin SuguSato kemarin :)

25 Desember 2023

Home (?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang