Keagen? Keagen siapa? Sial!"Ben, lo bisa bikin tangan lo patah anjir kalo cara main golf lo kayak gitu."
Damian menatap Benji dengan dercakan. Mereka kini sedang berdiri di luasnya lapangan golf, karena Kale memberitahu kepada Damian dan Benji bahwa dirinya masih Jakarta. Hal yang sedikit tidak masuk akal karena Kale lebih sering menghabiskan waktunya di Manhattan dan kini Kale banyak waktu di Jakarta. Meskipun mereka penasaran apa yang menahan Kale berlama-lama di sini, tapi mereka tidak banyak bertanya.
"Ben." Damian berkata lagi. "Kenapa si lo?"
Benji tidak dapat memikirkan semua yang diucapkan Audinne. Selingkuh? Benji tidak habis pikir dengan tindakan perempuan itu.
Sedangkan Kale menatap tenang seraya tersenyum sekilas. Ada tatapan geli karena Benji menjadi laki-laki paling menyedihkan sekarang hanya karena perempuan.
Benji yang tidak menceritakan masalahnya lebih memilih untuk bungkam, sedangan Damian dengan segala caranya berkata kepada sahabatnya ini. "Lo udah tanya sama Audinne, Ben? Alasan dia kasih lembar perceraian itu?"
"..."
"Bener alasan lo pulang gara-gara gue bilang karena Audinne dibantu temen cowoknya?"
"Nggak." Iya.
"Lo ngga mau cari tau soal Keagen Mattew Marini?"
Oh. Keagen Mattew Marini. Benji menyimpan rapat-rapat nama lengkap itu. Kemudian ia sadar. Mau lo apain, Ben?
"Mereka emang deket waktu di exhibition. Tapi cuman buat projek doang. Santai."
Damian mau berkata itu tapi bukannya lebih baik membuat Benji semakin kepanasan? Maka dari itu Damian berkata. "Iya si, gue liat makin deket aja mereka. Lucu banget anjrit. Lebih lucu dia sama Keagen si dari pada sama lo, sorry to say nih ye."
"..."
"Apalagi Keagen seumuran, jadi pasti nyambung si ngobrol apapun itu." Damian masih berceloteh. "Fun, lah."
"..."
"Kalau sama lo kan agak jauh usianya. Lo udah tiga puluh lebih, nah Keagen seumuran sama Audinne. Dua puluh lima. Jadi ya seru ketemu temen seumuran."
Benji diam tapi semua tahu muka lelaki itu terlihat sangat kesal sekarang. Tapi yang muncul hanya wajah datar seperti biasanya.
"Makanya lo tu bilang, jujur ke Audinne kalo lo emang masih cinta, that's the point." Damian melirik Benji yang berdiri menatap luasnya bukit hijau. "Inget ngga kata Abra. 'Be a man, dan lo pulang'. Nah itu diganti 'Be a man, dan lo jujur.' Cakep."
Kale tertawa mendengar pemilihan kalimat itu klise itu. Sedangkan Damian nyengir karena paham Kale tertawa pada konteks yang mana 'cinta'. "Aneh, ya? Tapi semua tau Benji cinta sama sepupunya Abra. Siapa yang nggak tau posesifnya Benji ke Audinne."
"..."
"Awal tunangan aja kayak ogah, ternyata dinikahi juga." Damian tertawa lagi. "Lo inget ngga waktu Benji keliatan pusing mau tunangan?" Damian melihat Kale. "Dia ajakin ilangin stress ke South Pole, yagak mau gue anjir."
Kale tertawa, teringat saat itu. Agak ada gilanya si Benji.
"Lagian gue juga agak shock karena Audinne kasih lo berkas perceraian. Pantes juga lo ngga balik Jakarta selama ini. Sedangkan Audinne ngga mau balik New York."
Benji sendiri bergelung dengan pikirannya, sejujurnya ia tidak pernah di taraf semarah ini dengan Audinne. Tapi ada banyak tahanan yang menyuruhnya untuk tidak bertanya kepada perempuan itu. Sebenernya kamu kenapa si?
KAMU SEDANG MEMBACA
theme from New York, New York | ✓
RomanceHe's never met anyone like her, and she's never been so smitten, when they meet by chance at a charity in Venice, their instant attraction is undeniable. Sebuah kesalahan yang buram dan gelap, membuat semua hancur dan tak tersisa. Puing-puing masal...