Hai Hai Haii
Beribu maaf untuk update Bab yang sangat terlambat😩
Biasakan tekan tombol bintang sebelum mulai membaca yaa, tinggalkan juga komentar🍓
Happy Reading all😍🥳
.
.
.
.
.Shanaya Pov
Ponselku berdering, aku tersenyum malu melihat nama yang muncul disana, dengan berusaha menahan semburat merah di kedua pipi, aku menggeser tombol hijau yang ada di layar ponsel dan mendekatkan benda pipih itu ke daun telinga,
Halo, sayang. Iya sebentar lagi aku kebawah~
Aku menutup panggilan dan meletakkan ponsel itu kembali ke atas meja. Satu tanganku beralih memegangi bagian jantung yang sedari tadi berdetak dengan kecepatan dua kali lipat dari kerja normalnya. Aku menghela dan menghembuskan napas dalam tempo singkat, berusaha mengusir kegugupan. Terakhir, kupandangi lagi diriku di depan cermin panjang, penampilanku sudah sangat sempurna.
Aku membuka pintu kamar dan mulai menuruni satu persatu anak tangga ke lantai bawah. Kedua netraku langsung tertuju kepada Ibu dan Ayah yang melihatku dengan tatapan bangga. Juga, seluruh keluarga besarku yang mengulas senyuman lebar seiring dengan langkah kakiku yang makin dekat ke arah mereka. Sampai akhirnya aku sampai dibawah, Tante Arum, adalah orang pertama yang memelukku dan menepuk pelan punggungku menggunakan kedua tangannya.
"Terimakasih sayang, Terima kasih karena sudah mau mengikuti keinginan keluarga." bisiknya padaku.
Aku menarik kedua sudut bibirku keatas. Meskipun awalnya aku menolak, pada akhirnya aku merasa perjodohan ini patut untuk dicoba.
"Ayo Shana, kita mulai acaranya." ucap Ayah padaku. Aku menganggukkan kepala, Ibu mengambil tanganku dan menggandengku untuk duduk di tempat yang telah disediakan. Disana, Darren dan seorang pria seusia Ayah sebagai penghulu pernikahanku sudah duduk menunggu kehadiranku dan Ayah.
Setelah aku duduk disamping Darren yang menyapaku dengan senyuman hangatnya, Ibu meletakkan selembar kain diatas kepalaku dan Darren, di depannya, Ayah sudah menjulurkan tangannya kepada Darren. Darren menyambut uluran tangan Ayah dengan yakin dan senyum yang sedari tadi belum terlepas dari wajah tampannya.
"Baiklah semuanya, acara akan kita mulai." Pak Penghulu di sebelah Ayah membuka suara, suasana ruangan yang tadi masih terdengar ramai menjadi bisu sementara. Semua orang kompak melihat ke arahku dan Darren. Aku bisa merasakan tekanan luar biasa dari pandangan-pandangan mata yang tidak sabaran itu.
"Darren Mahendra, saya nikah dan kawinkan engkau dengan anak kandung saya Anindita Shanaya Adiningrat binti Marwan Adiningrat dengan maharnya 150 gram logam mulia dibayar tunai."
Satu tangan Darren yang bebas meraih tanganku yang kuletakkan diatas paha. Kuterka, ia sedang berusaha mengumpulkan keberanian untuk menaklukan rasa gugupnya yang luar biasa.
"Saya terima nikah dan kawinnya anak bapak Anindita Shanaya Adiningrat binti Marwan Adiningrat dengan mahar tersebut tunai." Darren menyelesaikan kalimat panjang itu dalam satu tarikan napas. Kedua alisnya bertaut saat melafalkan kalimat sakral pengikat diriku di hadapan Tuhan. Aku bisa melihat titik-titik peluh yang turun perlahan dari keningnya.
"Well done, Mas. Kamu udah lewatin ijab kabulnya dengan sangat lancar." ucapku setengah berbisik. Darren menjawab dengan mengedipkan sebelah matanya padaku, aku mengatupkan bibir atas dan bawahku menahan tawa melihat tingkahnya. Sial, aku takut kalau aku benar-benar akan tersihir oleh pesonanya.
Acara ijab kabul tadi berlanjut ke doa untuk kedua pengantin dan keluarga, disebelahku, kulihat Darren menyeka sebutir air mata yang lolos dari satu sudut matanya. Yang dilakukannya sekarang sungguh berbanding terbalik sekali dengan dia yang tadi mengedipkan sebelah matanya, kini kulihat dia menangis bahagia. Aku yakin teramat yakin, itu bukanlah air mata kesedihan, melainkan memang air mata bahagia.
Aku melirik ke kiri dan kekanan di sela-sela waktu berdoa, menyadari bahwa semua anggota keluargaku dan Darren berkumpul dalam satu ruangan yang sama. Tak kusangka, aku yang awalnya menganggap perjodohan ini adalah malapetaka dan mati-matian melawan, pada akhirnya memilih untuk menerima. Aku memilih untuk menerima takdirku yang harus dinikahkan melalui cara dijodohkan oleh keluarga besar.
Sedikit cerita, Darren adalah seorang pengusaha tambang dan batu-bara di Kalimantan Selatan. Usai menamatkan pendidikan sarjananya di kota kembang, Darren bertolak ke Pulau Kalimantan untuk meneruskan usaha tambang turun-temurun milik keluarganya. Dan semenjak pindah ke Kalimantan, Darren bisa dibilang sangat jarang datang berkunjung lagi ke kampung halamannya di Cianjur ini.
Comeback Darren ke Cianjur kali ini sebenarnya hanya karena ia mendengar berita perjodohannya denganku. Awalnya aku merasa sedikit sangsi saat mendengar penuturan dari Kak Vina bahwa Darren tidak memiliki satupun pacar di Kalimantan, mustahil saja rasanya pria setampan dan semapan dia tidak punya wanita istimewa alih-alih memilih untuk tetap menunggu aku yang cinta pertama nya ini. Tapi setelah kucari tahu kebenarannya kepada sesama rekan kerjanya, mereka kompak bersuara bahwa Darren memanglah seorang lajang. Aku mempercayainya saja saat itu dan akhirnya memutuskan untuk mencoba perjodohan ini dengannya.
"Ayo Shana, Darren kita mulai sesi fotonya, fotografernya sudah menunggu didepan." ucap Ibu padaku mengingatkan. Saat ingin berdiri, aku merasakan seseorang menginjak bagian ujung gaunku dari belakang yang membuatku hampir terjungkal kedepan, nyaris saja. Darren disampingku sigap menahan tubuhku menggunakan kedua lengannya, aku berterima kasih atas gerak refleksnya yang cepat.
"Hati-hati, sayang. Bahaya kalau kamu jatuh."
"Iya, Mas. Makasih udah bantu aku."
Kali ini, aku berjalan bersisian dengan Darren, tapi dengan satu tanganku menggamit lengannya. Itu atas intruksi Darren, dia tampaknya masih ragu untuk membiarkan aku berjalan sendirian.
"Mba Shana, Mas Darren lihat ke kamera, ya. Gaya foto nya bebas." Intruksi fotografer itu padaku. Aku tersenyum canggung. Meskipun aku seorang pecinta fotografi dan seorang fotogenik, rasanya canggung saja jika harus berfoto dengan diperhatikan oleh orang banyak.
"Sayang, ayo mulai fotonya." bisik Darren padaku intens. Bulu kudukku berdiri merasakan hangat napasnya yang sangat dekat dengan daun telinga. Aku meringis sambil menggelengkan kepala, merasa keberatan dengan konsep foto diperhatikan oleh banyak orang seperti ini.
Anehnya, tiba-tiba saja Darren meletakkan kedua tangannya di pinggangku, aku terkejut dengan tindakannya yang menurutku impulsif. Setelahnya, ia lurus menatap kearahku yang masih malu harus berpose seperti apa. Persetanlah, aku memalingkan kepala ke arah samping dan tersenyum singkat, apapun hasil fotonya, aku tidak peduli. Aku bisa mengulangi sesi foto ini di kemudian hari.
^To Be Continued^Ada yang mau nitip ucapan selamat buat Shana dan Darren?
KAMU SEDANG MEMBACA
There's Only Us
FanfictionCast : Suzy Bae || Oh Sehun || Lee Jong Suk || Kim Se Jeong || Krystal Jung Genre : Romance, Angst, Fan Fiction Length : Chaptered Author : Rizka Arrizki *** Shanaya yang awalnya sangat menentang perjodohan yang diatur keluarganya, pada akhirnya men...