Bia terbangun dengan tubuh yang lemas dan rasanya sakit , matanya lebih menatap tajam lelaki yang tidur disampingnya , kali ini benar tubuh bia terasa sakit , terus saja bia melanjutkan tidurnya lebih nyenyak
"Bangun dah jam berapa " Tristan hanya memakai handuk kearah kamar bia terlihat bia sangat letih dan pucat
Bia membuka mata menatap Tritan yang tidak mengenakan pakaian , terlihat punggungnya yang berbentuk doritos apalagi ketika dia berbalik dilengkapi dengan dengan perut yang kotak-kotak
"Ehm suka banget apa ? " Tritan mengucapkan sesuatu yang membuat bia langsung ngeh dengan kata-katanya , jujur saja bia sangat penasaran apakah rasanya ketika disentuh
"Bangun oyy gak masak apa " Tristan menatap bia dengan mata yang memalas
"Ehmm badan bia sakit " Tristan menatap lekat wanita itu sembari menunjuk kearah kamar mandi
"Udah mandi dulu sana biar aku yang masak " seiring berjalannya waktu seperti Tristan sudah bisa membuka hatinya dengan menunjukan sikap romantis untuk beberapa hari ini
"Emang bisa ? " Tentu saja bia tidak yakin Tristan bisa memesak seorang anak sultan bisa masak sangat mustahil
"Bisa mandi yah " bia mengangguk dengan manis itu membuat Tristan tersenyum sendiri entah kenapa rasanya iya ingin sekali menggigit pipi wanita didepannya itu
Tritan pergi ke dapur melihat apa yang bisa di masak jujur saja walaupun sebanyak. Itu makanan yang complit sayangnya untuk menghidupkan kompor saja dia sudah tidak bisa
Namun Tristan pernah membuat roti bakar , dia mencoba membakar roti yang di beri sley pisang dan strawberry membawa itu kekamarnya bukan kekamar bia
"Bia kamu tidur dikamar aku yah gak bagus tidur Disini " demi apapun bermimpi apa bia semalam akhirnya dia bisa tidur dikamar utama jantung bia seakan ingin meledak , jika dia sedang sendirian mungkin dia sudah meloncat kegirangan
"Tristan boleh minta tolong gak ..? " Tanya bia yang meminta dengan ragu karna iya tau persis suaminya itu tidak mau direpotkan
"Apa? "
"Eh enga jadi kmu tunggu diluar aku mau beresin semua barang-barang dulu " Bia mengelak walaupun sikap Tristan sudah berbeda tetap saja dia tak berani merepotkan lelaki itu , dengan penuh kesabaran bia memanjat kursi untuk mengambilnya yang pernah di tarok diatas lemari
Tas yang jauh susah untuk dijangkaunya tapi dengan usaha kerasnya iya dapat mengambil ujung tas tetapi kursi yang di jadikan tanjakan tidak seimbang sehingga oleng
'dunkk '
"Bisa gak kalo ada sesuatu itu minta lotong jaan main sendiri sakit kan " untung saja Tritan cepat kekamar bia karna hp nya yang tertinggal , dengan hati yang penuh dengan kesabaran Tristan membantu bia membersihkan segalanya
"Tris bia mau cerita" bisa ingin memberi tahu Tristan apa yang sedang dia rasakan namun dia cukup malu
"Apa"
"Tadi pa_ "
"Eh bentar aku lupa matiin oven " hmm gagal deh lagi-lagi mau cerita susah banget
Bia membaringkan tubuhnya di kamar suaminya itu dengan mata yang masih lemas bia tertidur akhirnya
"Heyy bangun makan jaan tidur terus" Tristan menggoyangkan badan bia yang membuatnya terbangun
Tritan menyodorkan roti bakar ke dalam mulut bia , namun hanya diberi tatapan heran
"Makann " Tritan mendekat kearah bia supaya wanita itu mau memakan sedikit saja makanan
Bia memakan sedikit demi sedikit jujur sekarang dia lebih merasa kenyang karena kasih sayang Tristan lebih kenyang dari apapun
"Enak banget kamu bisa masak " bia menatap Tritan yang sedari tadi berwajah datar
"Ya "
"Aku mau cerita " bia menarik tangan Tristan mendekap ke arahnya , namun itu lebih dekat dari yang iya inginkan ujung hidung Tritan yang mancung bertemu dengan hidung bia yang mancung kedalam alias pesek
"Kenapa hmm "
"Kamu malam tadi gak ngapa-ngapain aku kan ...? " Bia menatap Tristan serius namun tidak Ada jawaban sama sekali Tristan malah pergi berlalu begitu saja
"Tristan jangan pergi akui semuanya pliss " entahlah Tritan tidak cukup sadar untuk adegan tadi malam
"Aaaakkkuu " jujur Sangat malu untuk mengakui hal seperti itu
"Ya maaf aku melakukannya Jujur aku tidak sadar "bia memeluk selimut itu dengan rasa takut dan Tritan yang terpaku ditempatnya
"Aku belum siap " bia mengatakan semuanya dengan mata yang berkaca-kaca , Tritan tau betul kenapa wanita kesayangan belum siap untuk hal itu mungkin dikarenakan dia masih sekolah
Tristan kembali duduk kearah bia dan mendekap wanita itu
"Maafin aku " Tritan merasa tidak bersalah sama sekali karna yang diinginkan mom hanya seorang cucu dan itu kunci utama dia menikah
"Gakpapa kok tapi badan bia sakit banget sumpah "
"Tapi aku mau lagi " tristan tersenyum jahat kearah bia namun bia lebih dahulu memberi tatapan kejamnya , namun hanya diberi tatapan kejam oleh bia
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISTAN (END)
RomancePerjodohan pemain tinju dunia dengan wanita cantik bercadar tentu bagi Tristan wanita seperti itu bukan seleranya , wanita seperti itu biasanya hanya gila dengan harta keluarga DIBRATA mana ada wanita yang bisa menolak itu