04

405 30 1
                                    

Happy reading 📖

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mentari mulai menunjukan sinarnya, mengintip melalui sela kecil tirai jendela yang sedikit terbuka. Sinarnya mengusik seorang pria yang masih bergelung di tempat tidurnya.

Wira membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia beranjak dari tempat tidurnya lalu berjalan memasuki kamar mandi berniat membersihkan diri.

Tak lama ia keluar dengan handuk melilit di pinggangnya. Ia segera memakai seragamnya yang tergantung di dinding kamarnya. Tak lupa dengan atribut sekolah yang sudah menjadi kewajiban seorang waketos untuk berpakaian lengkap dan rapi supaya menjadi panutan siswa/i lain.

Wira turun kebawah setelah selesai berpakaian. Ia menemukan mamanya tengah menata sarapan mereka pagi ini.

"Pagi ma."

"Pagi wir, kamu sarapan duluan aja deh mama mau bangunin papamu dulu."

Wira mengangguk, tapi ia belum menyentuh sarapannya. Wira mengeluarkan ponselnya menekan nomor yang baru tadi malam dipintanya.

Wira tersenyum puas lalu kembali mengantongi ponselnya. Ia mulai melahap sarapan yang sempat ia tunda. Tak lama setelah ia berhasil menyelesaikan sarapannya, Papanya tampak turun dengan setelan kerja nya. Wira berdiri berniat berpamitan kepada orang tua nya.

"Pa, ma wira berangkat ya."

"Iya nak. Hati-hati dijalan. Jangan ngebut ngebut."

"Iya ma."

Wira merogoh kunci motornya. Memasukannya kedalam slot kunci lalu mulai menyalakan motornya. Wira kemudian segera memacu motornya ke kediaman Cakrawala.

~••••••••~

Wira sampai di depan kediaman cakrawala. Ia sedang menunggu satya keluar setelah sempat memberi tahu anak itu bahwa ia sudah ada di depan.

Tak lama kemudian terlihat satya baru saja keluar. anak itu sedikit berlari menghampiri wira yang tengah berdiri di sebelah motor besarnya.

"Udah lama kak?."

"Nggak. Baru aja."

"Kak, tapi nanti turunin satya di halte bus deket sekolah aja ya."

"Kenapa harus turun disitu?."

"Nngg... Aku gak mau jadi pusat perhatian aku takut."

"Udah gausah takut. Gausah mikir yang nggak nggak buruan naik ntar telat."

Wira menepuk kepala satya pelan lalu naik ke motor nya. Satya menatap motor wira bingung ia belum pernah naik motor sebelumnya katakanlah ia katrok tapi itu memang kenyataan.

"Nungguin apa ayo buruan naik." Ucap wira

"Mmm.. itu kak gimana naiknya itu tinggi banget."ujar satya sambil menunjuk jok belakang dengan kikuk

Wira tertawa kecil mendengarnya .

"Pegang pundak gue trus kaki lo yang satu injek foot step trus naik."jelas wira

"Tapi gak akan jatoh kan?." Satya memastikan

"Nggak. Percaya sama gue."ucap wira

"Yaudah deh." Satya mulai menaiki motor wira sesuai instruksi yang diberikan. Tangannya menyentuh pundak wira sebagai pengangan kemudian ia menaikan kakinya untuk bertumpu pada foot step lalu menopang tubuhnya untuk naik ke motor wira. Hap. Dan akhirnya dia sudah duduk diatas motor dengan selamat.

"Pegangan."ucap wira

Satya memegang ujung jaket yang dikenakan wira. Wira berdecak lalu melajukan motornya tiba-tiba membuat atensi dibelakangnya terkejut dan refleks memeluk pinggangnya.

"Ish! Kakak kalo mau jalan bilang-bilang dong!."satya memeluk wira erat dirinya takut jatuh

"Udah diem." Wira diam diam tersenyum puas karena satya memeluk nya erat.

~••••••••~

Motor besar wira memasuki kawasan sekolah. Satya dibelakangnya menyembunyikan wajahnya di punggung wira ia malu, sebelum sampai tadi ia sempat merengek minta diturunkan di depan saja. Namun wira menolak jadinya mau tidak mau ia harus mempersiapkan dirinya menghadapi reaksi penghuni sekolah.

Wira memarkirkan motornya. Perlahan satya turun dari motor dibantu wira. Reaksi penghuni sekolah? Mereka sudah sibuk berteriak merengut kesal pokoknya tak karuan.

"Kak aku takut." Cicit satya

"Lo bilang takut terus. Gak usah takut ada gue." Wira menatap lekat satya

"Tapi.. bakal aneh gak sih, aku yang baru disini tiba-tiba berangkat bareng kakak kayak gini." Satya memilin ujung jaket yang dipakainya

Wira menghela napas lalu melangkah mendekat ke arah satya. Ia memegang kedua bahu satya.

"Jangan takut ya? Gue gak bakal biarin mereka macem macem sama orang yang gue sayang." Wira tersenyum hangat

Satya balas tersenyum lalu mengangguk kecil. Wira mengusak rambut satya lalu merangkul pria manis itu mengajaknya pergi ke kelas.

Banyak pasang mata yang melihat mereka dengan tatapan yang berbeda beda. Hal itu membuat satya merasa tidak nyaman ia mencengkram ujung jaket yang dikenakan wira membuat sang empu menoleh.

"Kenapa?."tanya wira

Satya menggeleng. Tapi wira paham pria di depannya tengah gelisah. Wira mempercepat langkah nya supaya tidak berlama-lama di koridor dengan banyak orang berbincang tentang pria disampingnya.

Mereka sampai di depan kelas satya. Wira menatap lekat persona di depannya.

"Lo yakin gak papa?."

Satya bergeming. Ia tidak terbiasa menjadi pusat perhatian, ia terlalu takut. Tapi jika begini terus ia jadi merepotkan wira bukan? Satya menatap wira yang tengah menatapnya khawatir.

"Gapapa kok kak. Kakak ke kelas aja satya oke kok." Satya tersenyum

"Yaudah kalo gitu gue pergi dulu. Kalo ada apa-apa telfon gue aja oke?." Ucap wira

"Iya kak." Satya mengangguk

Wira kemudian berbalik melangkah menjauh dari sana. Satya memperhatikan punggung wira yang perlahan menghilang di tikungan koridor yang tak tertangkap oleh penglihatannya. Ia menghela nafasnya pelan lalu menegakkan tubuhnya ia masih harus menghadapi tiga teman barunya yang pasti menunggu penjelasan darinya.























Enjoy the story!!

Jangan lupa vote-nya ✨

-Desember 2023




At The First Sight- [WINNYSATANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang