Setelah memastikan renjun kembali tertidur dengan damai, jaemin akhirnya mengabari orangtuanya dan renjun karena biar bagaimanapun dia harus berpura-pura untuk hal itu. Setelah mengabari mereka, jaemin lantas menghubungi asistennya.
"Buat perusahaan Lai semakin jatuh. Aku tahu kita bekerja sama dengan perusahaannya bukan? Batalkan kontrak kerja sama itu. Apa kau mengerti?"
"...."
"Baiklah, segera pergi ke china dan lakukan semuanya. Jangan sampai mereka baik-baik saja. Apa kau mengerti?"
"..."
"Aku tunggu kamarnya." Lalu jaeminpun mematikan ponselnya dan diapun kembali mendekat pada brankar istrinya itu sembari duduk disebelah brankar itu dan menggenggam tangan renjun yang bebas dari infusnya itu.
"Aku tak akan membiarkan sih brengsek itu bahagia renjun, aku janji padamu, dia akan menderita karena telah melakukan semua ini padamu." Ucap jaemin pelan karena tak mau mengganggu tidur istrinya itu.
Keesokan harinya renjun pun telah di perbolehkan pulang dan merekapun pulang walaupun renjun masih sangat bersedih atas apa yang terjadi dan jaemin akan memahami hal itu. Sesampainya di hotel mereka langsung segera menuju kamar hotel mereka itu dan jaemin langsung menyuruh renjun untuk istirahat dan tak memikirkan apapun saat ini. Dia hanya mau istrinya itu fokus pada kesembuhannya saat ini.
"Kau harus tetap istirahat. Kau mengerti sayang?"
"Hmm." Angguk renjun mengerti lalu jaeminpun menyelimutinya dan diapun mengecup keningnya.
"Aku akan membiarkanmu istirahat, setelah kau semakin sembuh nantinya kita akan jalan-jalan sepuasnya."
"Hmm." Angguk renjun mengerti lalu jaeminpun meninggalkan renjun untuk istirahat dan diapun keruang tengah hotel dengan sweet room itu.
Lalu diapun melihat ponselnya dan mengirimkan pesan pada jeno.
Jeno.
Jen, aku butuh bantuan.
Bantuan apa? Apa ini soal pekerjaan? Bagaimana mungkin kau masih memikirkan pekerjaan saat tengah honeymoon.
Ini terpaksa dilakukan.
Baiklah terserah kau saja.
Kau harus membatalkan kerja sama keluargamu dengan keluarga lai.
Wae? Kalau aku melakukan itu mereka akan bangkrut bukan?
Itu hal yang pantas.
Kau ada di balik ini semua bukan Na Jaemin?
Aku akan menceritakan semuanya. Tapi untuk sekarang tolong bantu aku.
Hmm baiklah. Terserah padamu. Aku akan melakukannya.
Oke. Makasih.
"Nana?" Panggil renjun dan jaeminpun langsung mendekat pada istrinya itu.
"Kenapa sayang?"
"Aku mau peluk." Ucap renjun dan jaemin pun langsung naik keatas tempat tidur lalu diapun langsung memeluk istrinya itu sembari mengelus kepala istrinya itu.
"Nana?"
"Kenapa sayang?"
"Saat aku telah sembuh ayo kita melakukannya. Untuk kelanjutan kita."
"Hmm, sekarang kau hanya boleh fokus akan kesehatanmu."
"Ne."
"Nana?"
"Hmm?"
"Apa aku akan hidup bahagia?"
"Tentu saja sayang. Kita akan hidup bahagia Dengan anak-anak kita kelak."
"Hmm." Angguk renjun.
"Injunie, saranghe."
"Nado saranghe Nana." Lalu merekapun saling berpandangan dan merekapun berciuman tanpa ada lumatan sama sekali.
At. Seoul, Lee corp.
Jeno memijat kepalanya lalu diapun langsung memanggil asistennya itu.
"Ada yang diperlukan Presdir?"
"Siapkan tiket pesawat ke China pagi ini dan juga pembatalan kerja sama dengan perusahaan Lai, karena kita tak bisa bertaruh pada perusahaan yang berada diambang kebangkrutan."
"Baik Presdir akan segera saya lakukan." Ucap asistennya itu lalu segera keluar dari ruangan jeno.
"Dasar Na Jaemin, aku yakin ini sejak awal dia benar-benar tak akan bisa tinggal diam jika berkaitan dengan renjun. Sungguh Na Jaemin membuatku sangat kesal. Untung saja dia jauh kalau dekat pasti akan aku hajar dia." Kesalnya.
🐇🐇🐇
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Here (jaemren)
FanfictionStatus cerita: On-Hold Start:? End:? "Aku akan menjadi ayah dari anak yang kau kandung Renjun." ~jaemin. "kenapa Jaemin? kau tak pantas sama sekali mengakui kesalahan yang bukan kau perbuat." ~renjun. "karena aku mencintaimu. maka biarkan aku melaku...