6

932 136 3
                                    

Hari sudah menunjukkan pukul 19:00 malam waktu Paris, renjun dan jaemin saat ini tengah menunggu pesanan mereka datang ke kamar, tapi tak kunjung datang membuat jaemin menatap Renjun.

"Injunie, aku tanya dulu mengenai pesanan kita ke resepsionis ya."

"Hmm." Angguk renjun.

"Kau jangan sampai mengerjakan apapun, mengerti?"

"Ne." Angguk renjun lalu jaeminpun keluar dari kamar mereka itu. Renjun lantas melihat ponselnya dan diapun mulai melihat hal-hal baru di ponselnya termasuk tempat indah di Paris yang wajib dikunjungi.

Drrtt...Drrtt... Drrtt...

Renjun menatap bingung ponselnya yang menampilkan nomor seseorang tak dikenal lalu diapun melihat ponsel jaemin berada di dekatnya dan berpikir mungkin jaemin menghubungi dengan ponsel seseorang lalu diapun mengangkatnya.

"Hallo?"

"Wah, apa kau senang saat ini Huang Renjun? Kenapa kau berbahagia setelah hampir menghancurkan perusahaan keluargaku? Apa kau tak tahu malu."

"Lai Guan Lin?"

"Kenapa? Kaget? Kau benar-benar jalang tak tahu diri sama sekali."

"Aku tak mengerti maksudmu Lai Guan Lin. Dan jangan menghinaku! Aku bukan jalang!" Teriak renjun sembari menangis.

"Kau itu jelas jalang, mengaku hamil anakku sedangkan itu adalah anak na jaemin. Kau benar-benar jalang yang tak cukup dengan satu penis Huang!"

"Enggak! Hikss..." Renjun melemparkan ponselnya sampai hancur dan menangis hingga dia mencengkram perutnya yang mendadak sangat sakit sekali.

"Akh! Hiksss.... Sakit." Ucapnya bahkan sampai terduduk dan diapun melihat darah yang mengalir dari kakinya yang hanya menggunakan celana pendek. Renjun menggelengkan kepalanya juga menangis sejadi-jadinya. Hingga hitam menjemputnya.

Beberapa menit kemudian jaemin kembali ke kamar hotelnya dan renjun, diapun menjatuhkan nampan yang dia bawa karena melihat istrinya telah pingsan dengan darah yang mengalir di kakinya.

"Renjun!" Lalu jaemin pun membawa kepala sang istri pada dekapannya dan berusaha membangunkannya tapi tak ada pergerakan sama sekali. Jaemin lantas menggendong istrinya dan segera membawa kerumah sakit.













At. Hospital.

Jaemin menunggu dengan terus mondar-mandir karena sangat mencemaskan keadaan renjun, padahal tadi dia meninggalkan renjun dengan keadaan yang baik-baik saja. Bahkan sangat baik, kalau tahu begini dia pasti akan membawa renjun bersama dengannya tadi.

Ceklek.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?"

"Istri bapak sudah kami tangani. Tapi, sekali lagi maaf, kandungannya tak bisa kami selamatkan karena kandungannya sangat lemah dan sudah terlambat. Maafkan saya." Ucap dokter itu, membuat Jaemin benar-benar kaget bahkan terdiam begitu saja. Dia tak tahu harus mengatakan hal ini nantinya bagaimana pada renjun sama sekali. Renjun pasti akan sangat sedih walaupun dia juga mengucap syukur karena setidaknya bayi sih brengsek itu tak terlahir ke dunia.

"Saya permisi tuan." Ucap dokter itu kembali laku pergi.

Renjun sudah di pindahkan keruangan rawatnya dan jaemin saat ini terus menatap Renjun yang belum siuman dengan terus menggenggam tangan istrinya itu. Hingga mata indah itu perlahan terbuka.

"Sayang? Apa ada yang sakit?"

"Tidak, aku dimana Nana?"

"Di rumah sakit sayang."

"Bagaimana dengan anakku? Apa yang terjadi Nana?"

"Dokter tak bisa menyelamatkannya njun. Kau keguguran. Maafkan aku, seharusnya aku membawamu bersama denganku." Ucap jaemin menunduk. Renjun hanya terdiam lalu memegang perutnya dimana tak ada janin yang tumbuh sama sekali dan meneteskan airmata lalu diapun mengulurkan tangannya untuk menggenggam kembali tangan suaminya. Membuat sang empu menatap istrinya itu.

"Gwanchana. Aku memang sedih Nana, tapi aku senang dia tak terlahir. Setidaknya kau tidak perlu bertanggung jawab bahkan menyayangi anak yang bukan darah dagingmu, mungkin ini takdir, dan aku menerima semua ini Nana. Setidaknya kita bisa memulai semuanya hiksss... Aku tak mau dikatai jalang nana hiksss..." Ucap renjun mulai terisak membuat Jaemin lantas memeluk istri mungilnya itu. Dia benar-benar sangat marah karena istrinya bisa mengatakan kata-kata jalang tentang dirinya sendiri, lihat saja dia akan menghabisi siapapun yang mengatakan hal itu pada istrinya nanti.

"Sssttt... Jangan menangis lagi sayang, kau bukan jalang. Kau hanya istriku yang sangat sempurna. Mengerti?"

"Aku bukan jalang na hiksss..."

"Kau bukan jalang sayang. Kau mengerti?"

"Hmm." Angguk renjun dan jaemin terus mengelus punggung sempit istrinya itu, agar istrinya tenang. Dia tak mau istrinya sampai lebih sakit lagi saat ini.
























































🐇🐇🐇

Stay Here (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang