Kalian ngapain gais nunggu buku berdebu ini? Mari meluncur cerita yang sudah lama menganggur ini hehehe..
***
Pertama adek mengikuti kegiatan bersama teman-temannya lalu setelah selesai mereka bisa kembali melanjutkan acara berkeliling jika berkenan.
Dan disinilah mereka, di depan aquarium ikan kecil. Adek sedang ribut ingin memfotokan abangnya.
“Abang gaya dulu yang bagus, adek mau foto.”
“Gaya bagus itu gimana sih? Tunjukkin dulu caranya.”
“Haduh Abang ini kan sudah biasa bantuin Om Tian foto-foto kenapa malah tanya adik sih?”
Arjuna menggeleng melihat perseteruan keduanya tapi melihat Bima akhirnya mengalah dan bergaya sesuai arahan adeknya membuatnya tertawa.
*Ckrek
“Nih, lihat hasil fotoin Abang,” ucap si bontot mendekat ke Abangnya.Bima tertawa melihat hasilnya, “Ini kejauhan dong dekkk, mana tau itu kalo abang.”
“Adek aja tau kalo itu Abang, masa orang-orang nggak tau kalo itu abang. Tau ah aku malas fotoin Abang, Dada aja nih fotoin Abang,” ujarnya menyerahkan ponsel ke Arjuna. “Adek mau lihat ikan pari aja.”
Abim berlari ke arah tangki raksasa yang sedang memanjakan mata pengunjung dengan ikan pari berenang kesana kemari.
“Cepet gaya biar Dada fotoin terus kita kejar adekmu.”
Beberapa kali bergaya, Bima langsung berdiri. “Udah ah entar anakmu yang oke itu keburu jiwa sales-nya muncul, aku nggak mau malu disini.”
Bima dan Arjuna bergegas menuju tempat yang disebutkan Abim tadi. Dan siapa yang sangka Abim masih tenang melihat ikan berlalu-lalang dalam tangki raksasa tersebut.
“Da, kalo kita bikin aquarium sebesar ini dirumah bisa nggak ya?” tanya Abim tanpa menengok kedatangan Dada dan Abangnya.“Kamu tanya dulu uangnya ada nggak yang bener, dek.” jawab abangnya berada disampingnya.
“Uang Dada banyak tau buktinya Dada punya hotel tinggi-tinggi ya, kan?”
“Lagian buat apa aquarium besar gini? Beli yang kecil aja masih gampang rawatnya,” jawab Dada ikut menatap ke ikan-ikan yang berenang.
“Jadi adek boleh rawat ikan?” tanyanya berbinar ke arah Dada.
Arjuna mencolek hidung Abim, “Modus kamu!”
“Nggak usah nanti ikan kamu obok-obok cepat mati karna mabok entar. Dosa menyiksa makhluk hidup tau. Lagian yang rawat siapa pula nambah kerjaan,” protes Bima.
“Iya yahh adek sibuk soalnya. Nggak jadi deh. Abang seneng nggak lihat ikan sama adek?”
“Seneng kok. Bahagia banget punya adek dengerin omongan abangnya.”
Bima mengangguk senang sambil tersenyum lebar. Abang bahagia adek lebih bahagia.
***
Mobil sedang melaju menuju rumah. Setelah lelah memutari aquarium tersebut dan membeli beberapa cendramata khas, mereka memutuskan menyudahi aquarium trip.
Abim pun sudah kehabisan baterainya. Dia sudah memasuki alam mimpi bahkan sebelum mobil keluar dari parkiran.
“Miguel jadi berangkat kuliah di luar bang?”
“Jadi, lagian itu universitas tujuan yang dia pengen banget. Abang bahkan disamping Bang Miguel waktu pengumuman.”
“Abang mau lanjut ke luar negeri juga kayak Miguel nggak?”
Bima menoleh ke Arjuna yang fokus menyetir, “Abang belum kepikiran. Jurusannya aja belum tau apalagi universitasnya.”
Arjuna yang merasa ditatap si sulung ikut menolehkan pandangannya sesaat lalu kembali fokus.
“Yaudah dipikirin pelan-pelan aja. Dada selalu dukung kemauan kamu.”
Bima kembali fokus melihat pemandangan gerbang perumahan didepannya, “Kalo Abang nggak punya tujuan apa Dada nggak kecewa?”
“Semua orang punya tujuan, Bang. Abang Bima juga pasti punya nanti. Saat ini belum ketemu aja. Dipikirin aja pelan-pelan, nanti kalo masih belum muncul bisa kita omongin lagi bareng-bareng. Gak perlu buru-buru.”
Arjuna memarkirkan mobilnya di halaman rumah, bergegas hendak mengangkat si bontot.
“Makasih, Da. Abang lega, Dada nggak menuntut Abang,” ucapan si sulung sebelum menuruni mobil dan berlari memasuki rumah.
“Gengsinya gak pernah mau kalah.”
Arjuna tertawa sambil membetulkan si bontot dalam gendongannya.
***
AAAAA APA INI GARING GAK SIHH SUDAH LAMA TIDAK MENULIS NARASINYA?
POKOKNYA MAKASIH 18JUTA PENDUDUK SUDAH MAU MENUNGGU CERITA INI. LOVE BANYAK!!