The Psychiatrist - Loid Forger

54 0 0
                                    

"Bagaimana kabarmu?"

Pertanyaan yang selalu dilanturkan sang psikiater kepada pasiennya yang baru saja duduk di ruangan sang dokter, tak lupa dengan senyuman yang selalu melekat pada wajahnya setiap menyapa pasien.

"Baik, dok", jawabku, sama seperti biasanya.

"Syukurlah, apa ada keluhan yang dirasakan selama sebulan terakhir?", Tanya Dr. Forger sembari duduk di sofa seberangku.

"Tidurku kurang nyenyak 2 malam dalam sebulan terakhir dok", jawabku.

"Ada alasan tertentu? Seperti banyak fikiran?" Tanya Dr. Forger.

"Iya dok....", ku bingung bagaimana menjelaskannya karena alasannya cukup lucu.

'Mana mungkin aku bilang bahwa aku kepikiran terus tampang penuh karisma psikiaterku ini' ku membatin.

Dr. Forger menatapku seakan menunggu penjelasan setelah jeda dalam ucapanku.

"Saya kepikiran mas crush aja sih dok...", jawabanku tidak termasuk bohong, kan?

Mendengar itu Dr. Forger tertawa kecil. "Itu wajar saja, lagipula kau masih muda. Hal yang normal jika di fikiranmu terus terbayang orang yang kamu sukai", Dr. Forger tersenyum.

"Bagaimana dengan rasa cemas berlebih? Masih merasakannya?", Tanya Dr. Forger.

"Sudah lama tidak merasakannya, dok"

"Baiklah, karena sudah sekitar 10 bulan kamu tidak merasa cemas berlebih, obatmu saya kurangi, ya"

"Baik, dok", jawabku singkat, dalam hati ku merasa senang ada obat rutin yang sudah tak perlu ku konsumsi lagi.

"Sudah tidak mendengar suara-suara lagi?"

Ku tau persis apa maksud pertanyaaan Dr. Forger.

"Tidak, dok, sudah lama", jawabku.

"Syukurlah", Dr. Forger tersenyum, "Ada lagi yang mau diceritakan?"

Ku berpikir sejenak.

"Sepertinya sudah dok, tidak ada lagi"

"Baiklah, sehat-sehat selalu ya. Ini kartu kontrolmu"

Aku menerima kartu kontrol bulanan itu, sekaligus mengecek tanggal kontrol bulan selanjutnya.

"Terima kasih dok, saya permisi"

Ku meninggalkan ruangan Dr. Forger sembari memberi senyuman kepada sang psikiater, yang dibalas olehnya.

Ku harap kontrol bulan selanjutnya akan ada hal menarik yang terjadi.

======

"Selamat datang!!"

Siapa anak kecil ceria berambut pink ini? Anaknya Dr. Forger?

Sudah sebulan berlalu sejak kontrol terakhir yang artinya sekarang aku kembali berada di ruangan Dr. Forger.

"Anya, kau tunggu di luar. Sesi kontrol pasien adalah privasi antara dokter dengan pasien"

Anak kecil bernama Anya itu berekspresi shock mendengar perkataan Dr. Forger.

'Sebenarnya tak apa jika dia mendengarnya, toh kondisiku sudah jauh membaik dan tak ada hal-hal aneh yang ingin aku diskusikan dengan Dr. Forger' batinku berkata.

Anya menatapku dengan manik mata hijaunya.

'Cute banget sih kamu, dek'

Mata Anya berbinar-binar.

"Anya mau di sini bersama kakak ini!", Seru Anya sambil berhadapan dengan Dr. Forger.

"Tidak boleh", Dr. Forger berkata dengan tegas.

"Anya mau di sini!!", Rengek anya. Sekarang dia tantrum dengan berguling guling di lantai, Dr. Forger tetap berkata tidak pada Anya.

Sebuah ide terbesit di fikiranku.

"Anya, nanti kalo sesi kontrol kakak sudah selesai, kita ke luar sama-sama gimana?", Tawarku.

Anya berhenti berguling-guling di lantai.

"Anya mau dibelikan apa sama kakak?", tanyaku.

"Kacang!!" Wajah anak itu kembali ceria lagi.

"Oke! Nanti kakak belikan kacang, tapi Anya tunggu di luar dulu sebentar ya?"

Anya mengangguk dan segera berlari ke luar ruangan.

"Maaf ya, jadi merepotkan", ujar Dr. Forger

"Gapapa dok. Anak dokter?", tanyaku.

"Begitulah. Bagaimana jika ku traktir makan siang sebagai permintaan maaf?"

"Eh? Tak perlu repot-repot dok"

"Gapapa, di kantin ada yang berjualan kacang juga, sekalian saja"

Semoga Dr. Forger tidak menyadari semburat merah yang muncul di pipiku.

[Author's Note]: Ada yang bisa tebak pasien Dr. Forger pernah menderita disorder apa?

Sudah lama saya tak membuat fanfiksi dalam Bahasa Indonesia, maaf ya kalo tata kata dan cerita keseluruhannya aneh wkwkwk.

#CyanHydrangea
24/12/2023

[The Psychiatrist - Loid Forger]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang