Cinta Seorang Musafir

3 0 0
                                    


Sebuah epilog tanpa monolog.

Prolog

Seorang Musafir yang menganggap dirinya kaya dan suci.
Berkelana membawa kain sutra panjang dan elok hendak Menghadap sang Raja.
Kuberikan atasmu segala nikmat dan kecukupan sebagai bentuk kasih dan sayangku terhadapmu.
Kubiarkan kau kekasih, pergi berjuang dan berjalan setelah kau mengambil segalanya dengan mesra.

Musafir bertanya kepada setiap tanda kehidupan yang ditemuinya.
Apakah ada penjahit yang paling pandai membuatkanku baju yang indah, aku punya banyak kain sutra.
Di setiap langkahmu, aku selalu ada bersamamu dan mendampingimu memberi petunjuk.
Namun mengapa kamu masih belum percaya terhadapku dan memilih berpaling walaupun kita sudah terikat janji dalam satu ikatan.

Beberapa tanda kehidupan menjawab, Ada.
Penjahit itu berada jauh di ujung desa namun ia adalah pendongeng sekaligus penipu yang ulung.
Baik tidak apa, aku akan kesana dan menyulap kain sutraku menjadi baju yang indah untuk menghadap kepada sang raja.
Mengapa kamu lebih mementingkan ego mu dan melupakanku.
Kau sudah berubah dan merubah haluan, kamu sudah berjalan terlalu jauh meninggalkanku.

Hai penjahit, aku adalah seorang musafir yang berkelana mencari penjahit, akan aku buatkan baju dari kain sutra indah sebagai syarat agar bisa menghadap sang raja.
Baik dengan senang hati, dari kain sutra yang indah aku akan menyulapkanmu baju paling terindah yang belum pernah ada.
Nikmat dan keindahan apalagi yang sebenarnya engkau cari? Aku sudah memberikannya.
Aku tidak meminta banyak terhadapmu  lalu mengapa kau lebih memilih yang lain.
Memang ia bisa menawarkan mu segala hal yang menggiurkan syahwat, namun tidakkah kamu berfikir segala nikmat tak ada yang abadi.

Sebentar akan aku buatkan, sambil menunggu sudikah anda mendengarkan saya berdongeng?
Musafir mendengarkan dan larut masuk ke dalam cerita.
Kulihat kamu sudah tersesat jauh meninggalkan  belaian jiwamu dari lubuk hati yang terdalam.
Kamu lebih memilih berpindah ke lain hati.

Musafir tertawa, sedih, bahagia, dan geram.
Berbagai macam perasaan yang diungkapkan  tidak bisa ia sembunyikan mendengar dongeng dari penjahit.
Aku mengetahui isi hatimu yang tak pernah ingkar.
Walaupun seberapa pintar kamu menyembunyikan, aku sudah tau kau telah khianat terhadapku.

Musafir sudah lupa dan tak sadar terbawa arus dari cerita seorang penjahit.
Penjahit pun dengan cepat menggunting kain sutra panjang di setiap kedipan musafir dan menyembunyikannya.
Kamu sudah berjalan terlalu jauh, kau tak dapat lagi tersentuh.
Kamu telah direnggut dan direbut perlahan hingga masa kesempatan memilikimu akan berakhir.

Maaf, panjang kain anda tidak cukup untuk dibuatkan baju yang indah.
Mengapa tidak cukup, aku membawa kain yang panjang namun nyata nya sisa semeter.
Kamu lebih lama bersamanya dan justru kamu terkena tipu daya muslihat yang teramat dahsyat.
Nikmat yang kuberikan untuk kau kembalikan sudah habis lalu bagaimana caramu mengembalikannya?

Ternyata benar apa kata orang, penjahit adalah penipu yang ulung.m telah memotong dan mengambil kain saya.
Aku sudah tidak memiliki apa-apa, bahkan aku sudah tidak memenuhi syarat menghadap kepada sang raja pinta musafir yang menyesal.
Aku sudah tau apa yang kamu mau, namun kau tidak pernah memahamiku dengan peringatan dan petunjuk yang aku mau.
Kamu sudah terlambat menyesalkan, waktu terus berjalan sedangkan aku setia menunggu dalam kesesatanmu.

Kitab Orang-orang MunafikWhere stories live. Discover now