Chapter. 9

1.9K 176 6
                                    

Sebulan kini sudah berlalu. Meski Wang Yi sudah menekatkan dirinya untuk benar-benar bersekolah dengan baik. Dirinya tetap saja masih belum bisa mengikuti KBM sesuai waktu yang ditentukan. Ia sering tak hadir sampai beberapa kali dipanggil oleh guru badan konseling. Bahkan sampai kedua orangtuanya dipanggil pun Wang Yi tetap dalam tabiat buruknya itu. Bukan karena orangtua Wang Yi tak menegur, namun karena mereka yang asli tidak tahu sama sekali. Pasalnya setiap kali guru BK meminta Wang Yi untuk membawa orangtuanya ke sekolah, Wang Yi tidak benar-benar melakukannya. Ia selalu mendatangkan paman pemotong rumput atau bibi yang sering menyiapkan ia makanan di rumah.

Meskipun Wang Yi terlampau sering tak masuk sekolah, ia dikenal sebagai murid yang sangat pintar karena mampu menjawab soal-soal yang tak ia hadiri pembahasannya tapi dengan cepat dan benar ia bisa menyelesaikannya.

Seperti hari ini, setelah kemarin tidak masuk selama 3 hari berturut-turut. Wang Yi pun diberikan hukuman untuk mengerjakan soal Matematika tingkat akhir. Dia disuruh mengerjakan 30 soal di lapangan terbuka dengan waktu kurang dari satu jam. Alias 45 menit.

Ya, hukuman mengerjakan soal itu di luar ruangan. Tepatnya di tengah lapangan terbuka dengan satu meja dan kursi. Tidak dibawah pohon ataupun di pendopo tapi tepat dibawah sinar matahari langsung yang perlahan naik. Panas sekali bukan? Tapi Wang Yi mampu mengerjakannya.

Untuk ukuran anak secerdas Wang Yi, ia sempat diberikan penawaran untuk mengikuti tes kelas akselerasi. Namun Wang Yi bersikeras menolak dengan alasan... ia ingin masa sekolahnya berjalan sesuai dengan usia anak-anak seumurannya. Itu saja. Kemudian tak ada yang bisa membujuknya lagi.

Waktu sudah berjalan sekitar 20 menit dan 15 soal telah terjawab dilembar kertas jawaban Wang Yi.

Meski panas matahari pagi kini telah melintang mengenai punggungnya, fokus Wang Yi masih tetap sama. Ada keringat membasahi wajahnya tak membuatnya merasa terganggu sedikit pun. Ia tetap bisa serius mengerjakan soalnya.

Wang Yi bisa saja pergi meninggalkan soal itu di sana begitu saja mengingat dirinya yang gemar kabur-kaburan. Namun ia tidak pernah melakukannya. Ia malah selalu disiplin dengan hukumannya. Aneh sekali bukan.

"Lihat bocah bongsor itu. Lagi-lagi dia jadi langganan setia hukuman soal. Apa dia tidak lelah melanggar peraturan terus menerus lalu berakhir dengan mengerjakan soal dibawah terik matahari begini? Ck, mau jadi apa dia nanti? Mafia?" Su Shanshan mencibir Wang Yi saat dirinya dan Zhou Shiyu berjalan melewati selasar yang menuju persimpangan jalan mengarah antar gedung. Di sisi selasar terdapat lapangan outdoor yang biasa digunakan untuk bermain bola rugby. Di sanalah Wang Yi berada.

Zhou Shiyu tidak merespon, ia hanya diam saja. Tapi matanya tidak pernah lepas memantau Wang Yi yang dari tadi begitu tenang di sana.

"Segala hukuman berat sudah kita beri pada anak itu. Tapi ia selalu bisa melakukannya seolah itu adalah hal yang biasa baginya. Bisakah kita lepas tangan untuk murid nakal yang satu itu, Shiyu?" Tanya Su Shanshan sambil berhenti di depan Zhou Shiyu. Mereka tepat berada di persimpangan jalan.

"Aku sedang memikirkannya." Jawab Zhou Shiyu dengan datar.

"Ah, sudah kuduga kau pasti akan mengatakan hal yang sama." Su Shanshan meniupkan poninya dengan wajah bosan.

"Bagaimana menurutmu? Apa kau sendiri punya ide?" Tanya Zhou Shiyu dengan menaikan sebelah alisnya.

Su Shanshan tampak berpikir sejenak. "Ada." Cetusnya kemudian.

Zhou Shiyu menaikkan kedua alis menyimbolkan keingintahuannya tanpa suara.

"Tapi---"

"Zhou Shiyu! Su Shanshan! Apa yang kalian lakukan di sini? Cepat masuk kelas!" Tegur guru Jian pada keduanya yang masih berdiri di tempat.

Dream Catcher (SQHY 4331)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang