Pada malam pertamaku dengan Widia, aku melepaskan keperjakaanku pada vagina wanita itu di usiaku 27, setelah bertahun-tahun hanya bisa onani. Di persetubuhan kami yang pertama, aku melakukannya dengan terburu-buru hingga hanya beberapa genjotan didalam jepitan vagina istriku aku ejakulasi. Kemudian aku menahan tempo dengan melayani istriku dengan permainan oral / mandi kucing, menjelajahi betis mulusnya, paha, pinggul, payudara, ketiak, leher, wajah dan kuentaskan dengan mengoral vaginanya dengan liar hingga Widia terengah-engah dilanda birahi serta orgasme. Kujilati habis juice orgasme yang keluar dari liang vaginanya bercampur dengan air mani yang kutembakan di dalam sana. Setelah berkumur-kumur, kami berciuman dan menghabiskan malam dengan sekali lagi bersetubuh lalu tidur pertama kali sebagai pasangan suami istri.
Yang dapat kutangkap dari persetubuhanku dengan Widia, pada malam pertama kami dia sudah bukan perawan. Tampak dari tingkahlakunya di ranjang yang sangat terampil melaksanakan tugas sebagai istri di ranjang, sementara aku masih sangat kaku. Sebulan dua bulan pernikahan kami, hubungan seks sangat intense hingga fokusku selama itu hanya berejakulasi di vagina Widia, sukur-sukur bisa bikin dia orgasme. Diluar itu, Aku masih belum banyak menyinggung tentang hubungannya dengan mantan-mantannya dulu, kami selama ini hanya obrolkan hal-hal lain selain masa lalu.
Aku hanya bekerja pada hari Senin-Rabu, sisanya aku hanya diam di rumah kadang mengunjungi teman atau rumah orangtuaku, sementara jadwal Widia berkuliah dari Senin-Jumat. Widia sangat menghormati diriku sebagai suaminya, dia memanggilku Abang dan setiap akan berpergian dia selalu cium tangan padaku.
Hingga suatu hari aku kedatangan kakak iparku laki-laki yang sebaya denganku, aku baru diceritakan tentang dua mantan pacar istriku: seniornya bernama Ardi yang pacaran 3 tahun lebih, dan Lutfi temannya berorganisasi di sebuah komunitas luar kampus. Kakak iparku tidak tahu pasti kenapa Widia putus dengan mantannya, padahal setaunya mereka sudah lumayan dekat sebelum akhirnya Widia kunikahi.Jumat malam pukul 22.00 istriku baru pulang dari kuliahnya, dia beralasan pergi dengan teman-temannya mengerjakan tugas. Alasan klise yang seringkali kupakai sejak SMP saat pulang keluyuran, saat itu aku belum tidur masih berselancar di internet mendownload gambar dan cerita tentang "cuckold" yang belakangan ini membuatku tertarik. Meskipun mayoritas konten yang kudapatkan dari barat, namun sensasi menggairahkan bisa kudapat lewat gambar gambar pasangan suami istri, sang suami memakai pakaian dalam istrinya, sementara pria lain yang lebih maskulin menggenjotkan penis di liang vagina istri si cuckold, si cuckold hanya membersihkan dengan jilatan sisa sperma yang diejakulasikan pasangan istrinya di dalam vagina.
IIstilah-istilah juga kupelajari seperti Mistress (tuan wanita), Hotwife (istri yang 'bersenang2 dengan pria lain'), Bull (lelaki pejantan yang menggagahi hotwife, biasanya negro), Slave (budak, biasanya diikat leher atau tangan kakinya dan memakai ball gag/ bola yang disumpalkan di mulut), Bimbo (perempuan yang biasanya berdada besar dan berbibir tebal sensual dengan tangan terikat betugas melayani laki-laki dengan seks dan oral seks), Chastity Chest (alat dari kaca berukuran kecil yang dipasangkan ke penis cuckold lalu digembok sebagai hukuman, menjaga penis si cuckold tidak ngaceng).