Encounter

157 13 10
                                    


Jakarta, 2022

"Ladies and gentlemen we've arrived at Soekarno Hatta International Airport..."

Pengumuman itu memecahkan lamunan gadis yang terduduk di kelas pertama penerbangan Paris - Jakarta, menciptakan senyuman tipis di paras cantiknya. Hari ini adalah kali pertama ia menginjakkan kaki kembali di kota kelahiran setelah 5 tahun berkelana menjalani hari sebagai "Sherina" tanpa embel-embel lain. Kebebasan yang ia janjikan menjadi yang terakhir sebelum menjalani peran yang seharusnya ia emban bertahun yang lalu. 

Ia merasa beruntung, tidak pernah tidak, terlahir dan besar dengan figur orang tua yang sangat menyayangi dan mendukung kecintaannya pada seni, sehingga ia diberi waktu dengan dalih me-time berkelana di negeri orang sekedar melukis atau menulis. Namun Sherina lebih dari tau, bahwa nama Darmawan tidak akan bisa ia lepaskan, termasuk peran sebagai pewaris tunggal dari salah satu grup terbesar di negeri ini.

Sherina menuruni pesawat menuju private lounge dengan pikiran yang tak henti memenuhi asa, seperti alasan ia memilih kabur 5 tahun lalu. Menjajaki kebebasan bisa jadi benar, tapi penyebab utama suasana hatinya tak menentu bukanlah semata mencari kebebasan. Jika ditanya saat ini pun, ia belum bisa menemukan jawaban tepat. Meskipun sudah bisa menyebutkan beberapa faktor, namun logikanya menolak mentah mentah karena dirasa tak masuk akal. Logika ya bukan hati, hehe. 

Tapi apalah arti suara hati bagi Sherina. Meskipun besar penuh kasih sayang tidak menutup kenyataan bahwa ia dididik tangguh dengan kepentingan grup menjadi prioritas utama.

Sesampainya di lounge, Sherina mengedarkan pandangan sesaat lalu tersenyum mendapati Kira, asisten pribadinya, telah menunggunya. 

"Welcome home, Miss Sherina"

"Hahaha thank you Ra, miss miss apaan, how do you do? Good, huh?"

"All is good, Sher,"ungkap Kira, orang kepercayaan Sherina nomor 1, perjanjian tak tertulis diantara mereka adalah Kira memperlakukan Sherina as Sherina. Drop all formalities, dude

"Sher, i know that you just landed, but im so sorry today you have to attend moon ceremonies this evening. Madame (she refers to Sher' mom) makes it clear, you have to be there," Kira said apologetically. Sherina stared blankly through her car' window, until she nod her head. 

"Kalo gitu tolong di-arrange salon sama book jadwal Catherine hari ini bisa ga, Ra?"

"Already done that, rest assured. Kamu mau balik condo dulu atau mau langsung aja Sher,"Kira melirik jam tangan,"agak mepet sih ini sorry ya."

"Langsung aja kalo gitu.""Aku udah minta Miss Catherine siapin outfit kamu, bahagia banget dia tau kamu balik."Sherina hanya tersenyum. 

Baru juga balik, langsung harus perang aja haha, eh tapi perang apa Sher? 

—————

Setelah menghabiskan cukup waktu mempersiapkan penampilan prima sembari quick catch up dengan Catherine, designer kepercayaan Sherina di sini, Sherina kini tengah dalam perjalanan menuju lokasi moon ceremonies. Pada dasarnya moon ceremonies adalah gathering lingkaran elite pertemanan para pengusaha dengan banyak formalitas dan rangkaian acara yang itu itu saja. Kenapa moon? Karena diadakan di malam hari. 

Agenda makan malam dilaksanakan terpisah antara lelaki & perempuan, dimana para lelaki akan membicarakan politik dan bisnis, sementara para perempuan bertukar informasi tentang investasi, perhiasan dan gosip terupdate. Setelahnya dilanjutkan acara minum teh (not literally tea, bcs they serve wine too, lol) dengan setting generasi tua dan muda terpisah. Sherina berpikir keras mencari alasan agar ia bisa pergi dari acara itu secepat mungkin, meski sedetik kemudian dia bersyukur karena ia bisa menggunakan alasan jetlag

Fy NemesisWhere stories live. Discover now