[5]

6.2K 248 1
                                    

“Satu hal yang harus kamu tahu.” Menarik napas untuk

menjeda. “Kamu gak ada apa-apanya buat aku sekarang.

Jadi... lupain semuanya.” Dan setelahnya, dengan jarak yang

terlampau dekat, membuat wangi vanila itu datang begitu

saja untuk menggoda. Membuatnya segera memejamkan

mata dan menggeram frustasi.

Ok, sepertinya seekor serigala tidak seharusnya menyukai

terkaman berbau vanila. Itu... tidak masuk akal. Serigala

menyukai daging segar, bukan semacam kue-kue manis

dengan menguarkan wangi vanila. Ya, serigala menyukai

daging segar... mungkin yang bisa digigiti dan berwarna

mauve.

“Aku tahu... Dan aku mohon, jangan berpikir kamu berarti

apa-apa.” Ucapan yang keluar saat dalam keadaan tertekan

dan nyaris terdengar sengau. Suara dengan volume

lemahnamun mampu membuat Iqbaal mengendurkan

cengkraman tangannya, lalu perlahan melepas. Menjauhkan

tubuhnya dan... tercenung. Seharusnya ia memang ingat, dari

dulu ia memang tidak berarti apa-apa.

***

Satu hal yang (namakamu) benci saat ini, pukul 7 pagi. Oh,

mungkin ia bisa meralat? Ia membenci ‘setiap pagi’. Waktu

yang merupakan awal untuk melangkahkan kaki ke rumah itu,

rumah besar itu. Sungguh, (namakamu) sangat tidak

keberatan untuk bekerja menjaga Ve. Hanya saja, bisakah

Tuhan menyimpan makhluk bernama Iqbaal selama ia berada

di rumah itu? Pria itu benar-benar membuat (namakamu)

seperti menjalani hari-harinya di antara hutan rimba yang

menyembunyikan serigala di balik semaki-semak,

menyembunyikan binatang buas yang bisa menerkamnya

kapan pun, tanpa ia tahu.

“Bu.” (namakamu) hanya menatap sarapannya tanpa

menyentuh, saat ibunya duduk di sampingnya ia mulai

berbicara lagi. “Bu, (namakamu)—”

“Betah kerja di sana?” Tidak dipungkiri saat pertanyaan itu

terdengar, wajah ibunya seolah mengharapkan jawaban yang

terdengar baik-baik saja.

Tekad (namakamu) yang sudah menggantung di pangkal lidah,

kini tertahan. Sesaat melihat wajah ibunya yang berseri-seri,

(namakamu) memutuskan hanya mengangguk. Menelan ludah

beserta niatnya untuk menceritakan persiapan lamaran baru

ke tempat kerja lain.

“Aku pengen ketemu deh sama Ve. Dia cantik?” Sabriya yang

sudah mengenakan seragam putih abu-abunya kini tengah

Face syndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang