[10]

9.6K 320 16
                                    

(namakamu) merasakan Iqbaal menyurukkannya ke dalam

kamar mandi. Dan... harus ia sadari, mulai hari ini, wajah

mesum itu akan ia lihat setiap hari—Oh, tidak, maksudnya

setiap saat.

***

“Aku harus pamit dulu sama ibu, Baal.” Sebelah lengan

(namakamu) ditarik-tarik sementara sebelahnya lagi berusaha

memasukkan tumitnya ke dalam flat shoes yang masih belum

terpasang dengan baik. “Baal! Bentar!” (namakamu) yang

gagal memasukkan tumitnya ke dalam flat shoes kini berjalan

dengan kaki terseret-seret.

“Kita gak ada waktu lagi, (namakamu).” Iqbaal mendorong

(namakamu) untuk masuk ke dalam mobil.

(namakamu) mendengus, ia membungkuk untuk kembali

membenarkan sepatunya. Iqbaal memang menyebalkan.

Bukankah mereka akan berangkat ke klinik? Ini baru jam 9

pagi. Dan (namakamu) tidak akan keberatan jika ia dipecat

sebelum bekerja menjadi perawat karena datang kesiangan.

(namakamu) segera terhenyak saat Iqbaal dengan terburu

masuk ke dalam mobil dan segera melajukan mobilnya, dan

tentu saja setelah berhasil memelototi (namakamu) untuk

segera memakai seat belt.

(namakamu) mendengus lagi, lalu menyandarkan punggungnya

pada sandaran jok dengan gerakan jengah. Duduk dengan

wajah cemberut ketika Iqbaal kini menjalankan mobilnya

dengan kecepatan seolah keraksukan setan pembalap. Setelah

pria itu menyeret dan memelototinya, kini Iqbaal sangat fokus

pada kemudinya. Sempat Iqbaal terlihat menggerutu dan

menekan klakson dengan kencang ketika ada mobil di

hadapannya yang menghalangi jalan dengan kecepatan

lamban.

“Baal!” (namakamu) menghentakkan suaranya saat Iqbaal

kembali mengomel tidak jelas. “Kita mau ke klinik, kan?

Kenapa harus buru-buru kayak gini, sih? Kamu kayak dikejar

setan tau, gak?!”

Iqbaal tidak menanggapi, ia sibuk melihat jam tangannya lalu

mengumpat tidak jelas saat harus mengerem mendadak

karena ada kendaraan yang berhenti sembarangan di

depannya. Menghiraukan (namakamu) yang terhuyung ke

depan lalu terpelanting ke belakang, ia bertanya, “Kamu gak

apa-apa?” Suara sambil lalu, seperti pertanyaan basa-basi

agar ia seolah-olah memperhatikan (namakamu).

(namakamu) hanya menatap Iqbaal dengan tatapan malas

lalu beralih ke luar jendela. Mendapati deretan gedung tinggi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Face syndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang