Bintang Jatuh - I

49 7 36
                                    

Peta pedoman untuk menjelajah dalam puzzle Oceanid Lui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Peta pedoman untuk menjelajah dalam puzzle Oceanid Lui.

Pemuda itu mengalih fungsikan matanya dari pengelihatan jarak dekat menjadi teropong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemuda itu mengalih fungsikan matanya dari pengelihatan jarak dekat menjadi teropong. Sejauh yang bisa ditangkap, hanya laut dan samar-samar pulau berselimut salju. Tidak ada cara lain selain menunggu. Sebab berenang bukanlah menjadi keahliannya saat ini. Semakin menjelang petang, angin semakin menggelitik. Menusuk pada lubang-lubang kecil di kulit.

Dia tidak memakai sehelai kain apapun, hanya celana sebetis warna hitam. Sedikit yang diingatnya, celana itu memang melekat ketika ia sebelum didorong oleh angin. Menunggu bagai waktu fajar, tataan papan kayu yang disusun sedemikian rupa seakan mengejar matahari senja. Barat-barat, sebelum dilahap permukaan barat, kapal meminum air lautan.

Sang pemuda peka, ia berlari pada batas pulau, melompat lalu merentangkan tangan tinggi-tinggi ingin menggapai langit. Lain sisi, seorang pemuda berusia sama, menyadari cahaya silau di dada sesuatu yang berada pada pulau hadapannya. Pemuda itu terdenyuh. Ia berpikir, beberapa kali kapalnya mengitari pulau kecil tersebut, baru kali ini ada seseorang yang singgah di sana hingga menjelang petang.

Pemuda berusia delapan belas tahun turun menghadap kapten kapal. "Tuan Himmel, ada seseorang di Zenette."

Pria separuh baya melipat kembali kertas-kertas daftar pengiriman. Napas sejenak tak membuat waktu terbuang sia-sia. "Semua diserahkan padamu, Kazu. Luruskan arah kapal menuju Zenette!"

"Baik, Tuan!" Pemuda yang terpanggil dengan nama 'Kazu' kembali menuju alat penggerak arah kapal.

Para besei kapal riang sumringah mengikuti perintah Kazu. Mereka saling mengeluarkan tenaga untuk meraup, kemudian melepaskan air dalam jangkauannya. Semilir angin ikut andil. Berbondong-bondong mendorong tataan kayu yang memiliki ukuran panjang kurang lebih sepuluh meter. Dari timur, mereka datang ke Zenette, dengan berkelabuh sebagai bala bantuan.

Kapal dan permukaan pulau kini saling bercumbu. Cap kaki dua awak kapal kolontotan mereka berbekas pada pasir putih yang mulai dilahap sang biru pengampung kapal. Pemuda dengan kalung berliontin cahaya bersorak girang. Dengan tangga yang sengaja diturunkan untuknya, kini pemuda tersebut sudah duduk menikmati tekstur papan kayu.

Oceanid LuiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang