Berbincang - 1

86 8 0
                                    

Sungguh, ayah dan ibunya tidak tahu situasi apa yang sedang mereka ciptakan. Yoongi sebenarnya kesal, harus ditinggal berdua hanya dengan sang paman seperti sekarang. Mereka beralasan ingin ke supermarket untuk membeli kebutuhan rumah dan juga beberapa kebutuhan yang mungkin akan pamannya butuhkan selama dirumah ini.

Ck!

Ia jadi kesal karena harus menemani sang paman, bahkan mengajaknya berbincang-bincang sendirian seperti ini.

Jimin menoleh dari perhatiannya pada TV setelah mendengar decakan sang keponakan yang kini malah menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

"Jika kau punya kegiatan lain, lakukan saja Yoongi, tidak perlu menemaniku jika kau keberatan." ucapnya sambil tersenyum.

Lagi-lagi senyum itu!

Ah sial! Kini justru Yoongi menjadi sangat kikuk didepan pamannya karena ditegur seperti itu. Mau tidak mau ia harus berusaha mencairkan suasana ini.

"Em– tidak paman aku tidak ada kegiatan lain. Anu itu– kegiatan ekstra ataupun les juga belum mulai karena baru masuk sekolah setelah semester baru." jawabnya kaku sambil mengusap belakang lehernya. Hell, ia bahkan tidak berani menatap pamannya sama sekali.

"Baiklah kalau begitu." Jimin mengendikkan bahu dan melanjutkan kegiatannya menonton TV. Gelak tawanya mengalun pelan saat menonton adegan lucu pada variety show yang tengah berlangsung.

Yoongi semakin frustasi. Suara lembut itu kembali memenuhi pikirannya. Entah kenapa suara Jimin begitu berbeda dengan orang-orang yang pernah ia temui sebelumnya. Tidak, suaranya tidak berat. Bahkan suaranya merdu untuk ukuran seorang pria. Lembut dan halus, seakan begitu lancar masuk dan keluar dari pendengarannya. Apakah suara malaikat selembut ini juga?

Ah, ngawur!

Yoongi segera menggelengkan kepalanya. Apasih yang dia pikirkan sedari tadi. Jimin ini pamannya, apa yang salah? Paman adalah keluarga. Dan hal-hal yang ada pada keluarga adalah hal yang biasa, lumrah. Tidak perlu terlalu dipikirkan dan dikagumi. Benarkan?

"Apa paman lapar? Aku akan em– mencoba membuat sesuatu kalau mau." Yoongi kembali kikuk. Kenapa sih di depan pamannya ia jadi seperti ini? Padahal ia bisa bersikap acuh di depan keluarga dan kerabat yang lain. Tapi kenapa di depan Jimin ia menjadi aneh begini? Mana bicaranya sedari tadi gagap dan kikuk.

"Memangnya kau bisa masak?" tanya sang paman terkejut.

"Jangan mengejekku, ya!" Yoongi berdecak semakin kesal. Punggung yang tadi sudah tegap kini kembali bersandar malas keatas sofa. Pamannya ini apa suka cari ribut ya? Sepertinya kehidupannya kedepan akan lebih sering ribut dengan pamannya ini. Sekarang saja sudah kelihatan.

"Loh loh loh~ aku hanya bertanya, Yoongi. Kamu benar bisa masak?" Jimin merasa bersalah karena mungkin nada bicaranya kurang tepat hingga membuat keponakannya salah paham.

Yoongi menghela nafas, kembali menegakkan punggungnya, "Bisa, paman. Kalau tidak bisa aku tidak akan menawari."

Jimin tertawa kecil, memperlihatkan gigi-gigi putihnya yang sedikit tidak rapi di bagian depan. "Baiklah, aku mau. Buatkan aku sesuatu yang bisa aku makan. Kalau bisa rasanya yang enak, ya?"

Yoongi mengangguk, bangkit dari sofa dan berjalan malas ke dapur untuk memasak sesuatu. Dibelakangnya, Jimin tertawa tanpa suara melihat figur sang keponakan yang terlihat malas namun masih niat untuk memasakkannya sesuatu. Yah, memang sejak ia datang tadi kakak dan iparnya belum sempat memasakkan sesuatu untuknya.

"Kelihatannya malas begitu tapi memaksa ingin masak sesuatu, yasudahlah~" Jimin kembali menetapkan perhatiannya pada layar TV yang masih menampilkan variety show yang sama.

"Paman?"

Namun kini perhatiannya teralihkan pada sosok mungil yang kepalanya tengah terjulur miring dari balik kulkas di dapur.

"Mau makan ramyeon?"

Astaga, apa keponakannya tahu bahasa apa itu?
 
 
 
 
 
 
 
to be continued
 
 
 
 
 
 
 
 
 
hy dear, tipis-tipis aja yaa hehe

As Long As You Love Me -MyWhere stories live. Discover now