9.Upacara

666 105 14
                                    

"Yang tidak memakai perlengkapan, silahkan berdiri di sebelah kanan menghadap ke arah teman-teman!" Perintah Nando salah satu anak osis.

"Shit! gue lupa bawa topi. Mana upacara, udahlah, palingan di jemur. " Jasmine merutuki dirinya yang ceroboh. Karena semalam,ia terlalu sibuk menerka semua clue yang diberikan oleh si kucing tengil.

Jasmine dengan langkah malas,menuruti perkataan Nando sang anggota Osis bagian Keamanan dan Kedisiplinan.

“Anjir kei, lo kagak bawa topi?” Jasmine menggeleng lesu.

“Aduuh gue pengen bantuin lo, tapi sayangnya gue cuman bawa satu topi.” Ujar Arin, teman sekelas jane.

“Santai rin, lo mending baris sana. Entar kena omel anak Osis.” Jasmine mengintrupsi arin untuk segera pergi. Sejujurnya ia sudah pasrah, lagian matahari pagi sehat kok.

“Gue dijemur, berarti dua kali, habis ini pelajaran olah raga. Segala ganti mata pelajaran anjing!” Ujarnya diakhiri dengan umpatan.

“Keinna, lo anak XII Mipa 2 kan?” tanya seorang pria,yang Jasmine yakini itu adalah, Malvin. Gadis itu menatap sang lawan bicara dengan cuek.

“Ada titipan dari Ravelino, katanya topi lo jatoh di jalan. Terus gue disuruh ngasih, biasa anaknya alergi cewek.” Jasmine mendelik tak percaya, ini pasti akal-akalan pacarnya saja. Mana ada dengan drama topi jatoh, topi ia saja tersimpan rapi di dalam lemarinya.

“Dipake, jangan cuman diliatin cantik.” Rasanya ia ingin menginjak kaki lelaki di hadapannya.

“Iya, thanks.” Jasmine segera memakai topi itu, kemudian berlalu pergi meninggalkan malvin seorang diri.

“Beneran cantik njir diliat dari deket, tapi sayang cuek banget buset.” Malvin menggeleng tak percaya, pesona mematikan yang dimiliki jasmine, mampu membuat seekor buaya jantan terpaku tak berdaya.

Jasmine memilih untuk berdiri di barisan paling belakang. Walaupun peraturannya yang tinggi di depan, sedangkan yang paling tinggi di belakang. Namun, gadis itu memilih untuk menghindari kontak mata langsung dengan para guru. Terutama, jika di depan ia tidak leluasa bergerak kesana kemari. Apalagi kalau pegel, dia gabisa jongkok ataupun semacamnya.

Untungnya, ia mempunyai teman-teman yang pengertian. Dengan senang hati, mempersilakannya untuk memilih tempat sesuka hati.

“Lo dikirimin topi dari rumah?” tanya Arin yang berada tepat di sebelah Jasmine.

Gadis itu mengangguk singkat, tidak mungkin ia mengatakan hal yang sebenarnya.

“Ketua pentolan SMANTENOFA kena lagi cuy. Berandalan banget asli dah, padahal udah ditegur langsung sama Kepala Sekolah buat pakai perlengkapan.” Jasmine yang mendengar nama pacarnya disebut-sebut, mulai terlihat gusar. Semua ini pasti gara-gara dirinya.

“Baju dikeluarin, kancing baju dilepas 2, sepatu warna putih. Rambut acak-acakan, damage nya emang gak ngotak. Tapi pasti kena pelanggaran berat nih si Ravelino.”

“El, kalau lo kena pelanggaran berat. Gue bakalan ngerasa bersalah banget. ” Monolog nya pada diri sendiri.

Upacara berlangsung dengan khidmat, diakhiri dengan pengumuman penghargaan atau nasehat yang akan disampaikan oleh kepala sekolah. Semua murid, menggerutu tak terima. Matahari semakin terik, banyak para siswi yang berteriak kesal akibat wajahnya yang mulai terbakar. Takut, jika wajahnya gosong ataupun skincare mereka yang terbuang sia-sia akibat kepanasan.

Jasmine sendiri sudah jengah, ditambah rasa khawatirnya saat bertatapan langsung dengan El. Jarak mereka terbilang cukup jauh, bedanya jasmine dapat merasakan kedamaian untuk kakinya dapat beristirahat dan duduk. Sedangkan,El, lelaki itu masih dengan posisi berdiri yang sama. Tegap, dan jauh dari kata nyaman. Ditambah, hanya lelaki itu yang berdiri sendirian di depan.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang