10. baper

27 7 0
                                    

"Denganmu aku pastikan bahwa hidupku akan selalu merasa bahagia."

***

Agatha duduk didepan balkon kamarnya dengan rokok ditangannya. Walaupun ia baru saja terkena musibah, tapi sebat harus tetap jalan. Kalau kata Berlin ora sebat ora kece.

Ketukan dari pintu kamarnya membuat gadis itu menoleh kebelakang. Ia segera mematikan rokoknya dan membuangnya asal, bisa mati kalo yang mengetuk pintu mamanya.

"Masuk ma," titah gadis itu.

Setelah mendapatkan izin dari pemilik kamar orang tersebut langsung masuk dan menghampiri gadis itu yang membelakanginya.

"Gimana tangan lo?" suara yang sangat tidak asing bagi Agatha.

Ia menatap orang itu dengan sebisa mungkin menyembunyikan wajah terkejutnya.

"Ngapain?"

Leo memberikan sebuah paperbag kepada gadis itu, membuat Agatha mengangkat sebelah alisnya.

Lelaki itu berdecak kesal, "Tiramisusu kesukaan lo."

Agatha hanya ber-oh ria, ia menerimanya dengan senang hati. Kalau ditolak nanti nyesel lagi, apalagi ini tiramisusu kesukaannya.

Agatha duduk dikursi balkon diikuti oleh lelaki itu, "Thanks, Yo."

Leo memperhatikan Agatha dari samping, angin yang bertiup kencang membuat rambut gadis itu berterbangan menutupi wajahnya, dibawah sinar rembulan kecantikan Agatha bertambah seratus kali lipat.

Agatha menikmati suapan demi suapan yang masuk kedalam mulutnya, tak peduli sedari tadi Leo terus memperhatikannya. Ia tau Leo sedang memuji dirinya dalam hati.

"Ta?" panggilnya membuat gadis itu menoleh.

"Lo tau ga? Gue rasa akhir-akhir ini hidup gue penuh dengan rasa bersalah."

Mendengar hal tersebut sontak Agatha menatap lelaki itu lekat. "Kenapa?"

Leo mengehembuskan nafasnya kasar, dia mengambil satu batang rokok dimeja yang ia yakini bahwa sebungkus rokok itu milik Agatha.

Ia mengepulkan asapnya keudara, matanya terpejam sambil menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.

"Gue merasa bersalah sama lo," ujarnya.

Agatha terbatuk mendengar penuturan lelaki itu, membuat Leo dengan sigap langsung memberikan satu botol cimory kepada gadis itu.

Agatha meneguknya hingga tandas, tenggorokannya seketika menjadi panas setelah mendengar hal mengejutkan tersebut.

"Merasa bersalah dalam artian apa?"

"Karna gue nolak lo dan bentak lo waktu itu."

Gadis itu menggeleng pelan, "Gue ga masalah, Leo."

"Kita ga bisa kaya dulu apa, Ta? Gue kangen banget sama lo." lelaki itu berbicara masih dengan mata tertutup, enggan untuk menatap Agatha.

"Gue gamau nyakitin cewe lo, gue ngerti banget dari dulu dia jealous liat gue sama lo yang selalu bareng," jelasnya membuat Leo membuka mata dan memandang gadis itu.

"Bianca?"

"Ya cewe lo ada berapa emang anjing?!" sungut gadis itu yang membuat Leo terkekeh pelan.

"Kalo boleh sih mau dua, satunya Bianca, satu lagi lo," lagi-lagi Agatha dibuat terkejut, maksud lelaki ini apasih? mau membuatnya baper kah?

"Orang gila."

Leo mengepulkan asap dimulutnya, "Tapi lo mau ga Ta kalo pacaran sama gue?"

Pertanyaan yang sangat bodoh, jelas Agatha maulah, lagian wanita bodoh mana yang menolak ketika diajak berpacaran oleh lelaki yang dicintainya?

SELF INJURYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang