Dua

144 4 0
                                    

Udara malam ini berhembus cukup kencang, membuat dedaunnan berterbangan bertabawa angin. Disinilah Alana sekarang, disebuah halte yang cukup sepi mengingat hari yang sudah larut.

Alana baru saja pulang dari caffe tempatnya bekerja, Alana sebenarnya ia masih kuliah. Ia kerja part time di caffe milik orang tuanya. Ya sebenarnya dia anak orang punya, namun ingin mandiri saja katanya.

Setelah hampir satu jam berlalu, namun tak menemukan angkutan umum yang lewat. Ia memutuskan untuk jalan kaki saja menuju apartemennya. Toh tak terlalu jauh, pikirnya.

Alana terus menyusuri jalan itu, hingga tak sengaja matanya melihat seseorang yang berjalan sempoyongan dan menangis. Ia takut akan sosok itu, tapi juga penasaran.

Akhirnya ia memutuskan menghampiri orang tersebut. "heii! kamu kenapa?"

orang itu hanya terisak dalam tangisnya enggan menjawab Alana. Hingga penciuman Alana menyadari bau alkohol dari orang itu.

"Eh? kamu mabuk ya? Dimana alamatmu?

"Gak tau, Dea pergi sama orang," racau Arka semakin tak karuan.  Ya orang itu Arka, ia berjalan hingga tak tau seberapa jauh jarak yang telah ia tempuh.

"Ku anterin ke hotel aja ya? disekirar ini ada hotel."  Alana  dengan susah payah membopong  tubuh Arka yang lebih besar darinya.

~~


Setelah selesai dengan urusan check-in, ia membawa Arka ke kamar yang sudah dibokingnya. Alana merebahkan Arka di atas kasur.

"Aku pulang dulu ya, kamu istirahat sini dulu." Ucapnya berpamitan, namun baru beberapa jangkah kakinya melangkah, tangannya ditarik Arka hingga mereka berdua terjatuh di kasur dengan keadaan tumpang tindih.

"Jangan pergi Dea! Jangan sama dia!" kata Arka sambil kembali menangis

Alana mencoba melepaskan diri dari dekapan cowok itu dengan sekut tenaga yang ia punya, namun hanya sia-sia walaupun sedang keaadaan mabuk kekuatan cowok itu lebih besar dibanding dirinya.

"Aku bukan Dea! Lepaskan! Tolong lepaskan aku!"  Alana berteriak namun tetap saja dimata Arka dirinya adalah kekasih yang meninggalkannya.

"Kau bermain main denganku Dea, sekarang saatnya aku ikut permainanmu!" katanya masih belum sadar

"aku bukan Dea, aku Alana! Tolong lepaskan aku!" Alana terus berteriak. 

"Kita lihat saja siapa yang menang Dea!" bisiknya di telinga Alana dengan serak, yang membuat Alana semakin menangis histeris.

Tubuh Alana bergeter hebat, di bawah kendali pria tak dikenalnya gadis itu hanya bisa merintih karena kehabisan tenaga dan suara. Tentu saja teriakkannya tak membuahkan hasil karena kamar yang ia pesan memiliki peredam suara.

Ia menyesal, sangan menyesal. karena menolong cowok gila ini kini dininya malah terjebak disituasi seperti ini.

"A-ahh" Alana menggeleng kuat merasakan rasa sakit yang menjalar ditubuhnya. "I-ini sakitt.. Aku mau pulang" Alana meremas sprei dengan kuar, memejamkan matanya rapat-rapat ketika Arka mulai melancarkan aksinya.

Rasanya ia ingin mencakar wajah cowok gila yang sekarang berada diatas tubuhnya.

Ini sakit, sangat sakit.

Cowok itu benar benar gila. Gila di atas tubuh gadis tak dikenalnya.

ARKALANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang