Bagian 1

3 1 0
                                    


"Assalamualaikum, pagi Anin!" salam Lala.

"Waalaikumsalam, pagi juga Lala."

"Pagi yang cerah,Nin!"

"Alhamdulillah, karena kalo musim hujan, kamu jadi rajin bolos nya."

Plak

Lala menggeplak tangan ku pelan, sembari terkekeh kecil, "Hehehe, iya juga,ya?"

"Eh, kalian tau gak? Katanya Khalil bakal  ta'aruf Ning Inka," beber seorang gadis, pada temannya.

Aku jelas mendengar nya, saat aku dan Lala melewatinya.

Langkah ku berhenti sejenak, Ta'aruf?

Khalil ta'aruf Ning Inka?

Duar!

Berita pagi macam apa,ini?

Berita yang mengejutkan, sekaligus menyakitkan!

Khalil Gharafy.

Mahasiswa dengan nilai terbaik di universitas Gadjah Mada.

Bukan hanya nilainya, tetapi juga ke pintar nya dalam ilmu agama.

Laki-laki dengan sejuta pengagum rahasia.

Termasuk aku salah satunya. Sampai saat ini, belum ada yang mampu mendapatkan hati seorang Khalil.

Tau, tau dikabarkan ta'aruf bersama seorang Ning.

Inka Asnamira, seorang mahasiswi dengan segudang prestasi. Dan juga, anak seorang Kyai.

Aku?

Hanya seorang Anindya Raespati, bukan santriwati ataupun anak Kyai. Seorang gadis yang merubah hidupnya, demi menjadi pribadi yang lebih baik.

Aku hanyalah gadis sederhana. Dan aku sadar, akan hal itu.

"Beneran?" tanya Lala.

Gadis yang memberi berita itu mengangguk, "Beneran, La! Gue cukup sakit hati, but I'm fine."

"Aku setuju banget,sih. Soalnya mereka berdua cocok. Sama-sama pinter dan famous," sahut Lala.

Hati ku seperti hancur berkeping-keping. Lihatlah, Lala pun mendukung, dan ikut memuji keduanya.

Aku tak memiliki pendukung satu pun, hanya diri sendiri, dan Allah.

Itupun, jika Ia merestui aku dan Khalil.

Ya Allah, mungkin dia bukan bagian dari tulang punggung ku dan bahu untuk ku bersandar. Aku rela dan aku ikhlas, apapun yang terjadi. Semoga dia bahagia dengan pilihannya.

••••

Malam ini aku akan keluar asrama sebentar, untuk membeli camilan di minimarket. Pengganjal lapar.

Aku memang tinggal di asrama, karena jarak rumah ku dan kampus lumayan jauh. Jadi, Abi memilih untuk membiarkan ku tinggal di asrama.

"Hei ukhty," panggil seorang laki-laki, yang berlawanan dengan ku.

"Kenapa,ya?"

Laki-laki itu memajukan wajahnya, pada telinga ku, "Lo mau sesuatu,gak? Gue ada sesuatu buat lo!"

"And this, limited edition! Just for you."

Aku memundurkan langkahku, "Gak mau."

"Dih, sok jual mahal banget sih, lo. Apa karena lo pake jilbab?"

Laki-laki itu melangkah maju, aku langsung mundur beberapa langkah.

"Biasanya, yang pake jilbab itu..., justru banyak yang hamil duluan. Dan, apa lo salah satunya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketidakmungkinan Yang Menjadi Mungkin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang