Sunghoon terbangun pada jam biologisnya. Sunghoon menatap alarm yang menunjukkan pukul 6 pagi, kemudian pandangannya beralih kepada Sunoo yang berada dalam pelukan dirinya. Tubuh Sunoo masih hangat, bibir bengkak itu masih merintih walau hanya sesekali.
Sunghoon menaruh tangannya di dahi Sunoo, masih hangat. Sunghoon bangkit dari tidurnya, sebelum benar-benar beranjak Sunghoon menaruh sebuah guling di punggung Sunoo agar Sunoo berpikir bahwa dirinya masih ada disana. Setelah itu Sunghoon menyelimuti Sunoo dan mengecup dahi Sunoo.
Sunghoon berjalan menuju dapur, dia akan membuat bubur serta memberikan Sunoo obat demam.
Sunghoon dengan telaten memotong bawang dan bahan masakan lainnya, dirinya memasak dengan penuh kehati-hatian takut jika salah sedikit mungkin rasanya tidak akan enak.
Sunghoon menatap ponselnya, saat ini dia hanya tinggal menunggu bubur buatannya matang. Sunghoon mengirim pesan ke nomor asistennya, dia memutuskan untuk bolos bekerja dan memfokuskan perhatiannya kepada Sunoo yang sedang demam.
'Hari ini saya tidak akan masuk. Gantikan saya di rapat nanti dan juga kirim berkas-berkas melalui email!'
Setelah selesai mengirim pesan, Sunghoon menatap kompor dan mematikannya. Bubur itu dia pindahkan ke mangkok, Sunghoon mencicipi bubur itu kemudian bergumam, "Apakah Sunoo akan menyukai masakan ku ini?"
Sunghoon berjalan menuju kamarnya, Sunghoon tak henti-hentinya merasa khawatir apakah masakannya akan terasa enak atau tidak.
Tapi jika Sunoo menolak Sunghoon tetap akan memaksa Sunoo untuk memakannya, karena pasangannya itu harus makan dan minum obat. Sunghoon tidak ingin Sunoo terus-terusan sakit seperti ini.
Disisi lain Sunoo terbangun dari tidurnya, dia menatap ke sekeliling tidak menemukan Sunghoon sama sekali.
"Apakah semuanya adalah mimpi?" Gumam Sunoo yang kini memegang dahinya.
Sunoo merasakan ada handuk yang sudah kering, bibirnya tersungging senyuman indah saat tahu bahwa kejadian kemarin bukanlah mimpi. Sunghoon benar-benar merawat dirinya saat sedang sakit, walaupun itu adalah hal yang biasa namun, menurut Sunoo hal itu tetap mendebarkan.
Sunoo langsung terduduk, walaupun karena perpindahan itu dia mengalami pusing. Sunoo langsung memegang dadanya, dirinya teringat bagaimana Sunghoon memerah malu karena ketahuan merawat dirinya dan juga menangis. Jujur saja karena kejadian itu Sunoo dapat mengambil kesimpulan bahwa Sunghoon sebenarnya peduli dan sayang padanya hanya saja tertutupi dengan gengsi yang tinggi.
Sunoo kembali tersadar dari fantasinya saat pintu kamar miliknya terbuka, di ujung sana dia melihat Sunghoon yang menatapnya dengan tatapan datar.
Sunghoon membawa nampan yang berisikan semangkok bubur dan juga obat.
"Sudah bangun?" Tanya Sunghoon dengan tatapan tajamnya.
"Iya," jawab Sunoo lemas, dirinya masih sakit dan lemas. Belum lagi tubuhnya juga merasa kelelahan karena ulah seorang Park Sunghoon tentunya.
"Makan ini!" Sunghoon menyodorkan nampan itu kepada Sunoo.
Sunoo menatap bubur itu dengan keheranan, siapa yang memasak? Dirinya kan sedang sakit. Apakah Sunghoon memasak untuk dirinya? Walaupun dia kelihatan khawatir, Sunghoon pasti tidak mau repot bukan? Jadi buang pemikiran aneh itu.
Melihat Sunoo yang termenung, Sunghoon berdecak. Dirinya langsung duduk di depan Sunoo, "Kau benar-benar menyusahkan!" Hardik Sunghoon.
Sunoo hanya menunduk, walaupun Sunoo tahu bahwa Sunghoon tidak bersungguh-sungguh mengatai dirinya hanya saja Sunoo tetap merasa sakit hati.
"Maaf," seru Sunoo dengan penuh penyesalan, matanya berair rasanya dia ingin menangis karena demam dan sakit hatinya.
"CK, makan ini!"
Sunoo akan mengambil mangkok itu hanya saja Sunghoon langsung menarik mangkok itu.
"Kau lama! Benar-benar menyusahkan," dengus Sunghoon kemudian mengambil sendok kemudian mulai menyuapi bubur kepada Sunoo.
Sunoo semakin dibuat terkejut, dirinya menatap Sunghoon dengan tatapan kebingungan.
"Cepat buka mulutmu! Tanganku sudah pegal!" Seru Sunghoon tidak sabaran.
"Maaf, biar aku makan sendiri saja!" Tolak Sunoo, dirinya masih merasa tidak enak dengan Sunghoon yang berubah tiba-tiba seperti ini.
"CK, cepat buka mulutmu! Aku tidak suka mengulang kalimatku!" Seru Sunghoon penuh penekanan.
Sunoo dengan terbata mulai membuka mulutnya, Sunghoon langsung menyuapkan bubur itu kepada Sunoo.
"Bagaimana? Enak?" Tanya Sunghoon.
Sunoo menggeleng, "Rasanya hambar!"
Sunoo dapat melihat Sunghoon sedikit kecewa, "Seharusnya aku beli saja tadi," gumam Sunghoon yang terdengar oleh Sunoo.
Sunoo menggenggam tangan Sunghoon, "Rasanya hambar karena aku masih demam," gumam Sunoo berusaha menyenangkan Sunghoon.
"Aku tahu itu," balas Sunghoon, dengan telinga yang memerah.
Ada sedikit senyuman yang terlampir di wajahnya yang datar Sunghoon. Tentunya hal itu membuat Sunoo sedikit senang nyatanya Sunghoon tidak seburuk yang dia pikirkan seperti selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Cold Man : SungSun/SunSun
FanfictionSunoo adalah seorang pemuda penyayang yang dipaksa menikah dengan pemuda dingin seperti Sunghoon