02. Like Mami Like Son

3K 278 18
                                    

Vomment sayang, happy reading 🧡
.
.

Hema ingin mengeluh ketika dengan santainya Tennie—maminya, menyerahkan barang belanjaan padanya. Sudah seperti rutinitas di keluarga Hema untuk bergantian menemani ibu negara berbelanja. Sebenarnya hari ini adalah giliran abangnya, tapi tiba-tiba si Henza itu mendadak membuat tugas. Jadinya Hema dikorbankan untuk membantu Tennie.

Dan sekarang Hema menyesal, ibunya itu sibuk memilih banyak barang, mengabaikan Hema yang sudah lelah mengikutinya ke sana kemari.

"Mami, udah dong, capek nih." Pasalnya jika sesuai list, mereka sudah mendapatkan semuanya. Tapi yang namanya emak-emak, pasti ada saja barang yang keluar dari list.

"Duh, Chan ini lagi diskon. Ambil dulu deh, mikir fungsinya nanti." Hema tepuk jidat melihat Tennie sudah menaruh fry pan, kedalam keranjang belanjaan mereka.

"Mam, nanti dimarahin papi loh." Sungguh Hema ingin pulang, apalagi sekarang Tennie berjalan ke arah tempat tanaman hias.

"Kamu ini berisik, mending sama abang mami pergi, dia nggak protes apapun." Hema berdengus, tentu saja abangnya tak protes, karena dia juga dapat mempengaruhi ibunya ini untuk kepentingan pribadinya. Dasar si sulung licik.

Hema pasrah melihat Tennie, namun tiba-tiba langkahnya terhenti melihat pria cantik dan pemuda tampan yang sangat ia kenali, tengah memilih barang juga. Hema tersenyum kecil, sepertinya punya ide baru lagi.

"Eh, dek, dek." Tennie tiba-tiba memanggil, membuat Hema menoleh.

"Apa mam?"

"Lihat-lihat di situ ada cowok ganteng!" seru Ten.

"Mana? Mana?" Hema antusias mencari seseorang yang dimaksud ibunya.

"Jangan diliatin ya, disana-disana. Ganteng banget kan dek!"

"Eh? Chan? Adek?" Tiba-tiba Hema sudah menghilang dari jangkauan Ten. Betapa terkejutnya Tennie mendapati si bungsu itu sudah berada dihadapan pemuda yang ia maksud tadi.

Astaga memang benar-benar anaknya yang satu ini, bahkan ketika melihat Hema tersenyum centil dan menggoda lelaki itu, Tennie hanya berdiri seraya tertawa kecil. Ada rasa kebanggaan di dirinya.

That's my boy. Memang agak lain ibu yang satu ini.

"Loh Ten?" Mendengar suara seseorang Ten menoleh.

"Lah Tae, disini juga? Sama Mael?" Orang yang dipanggil Tae itu mengangguk, tak menyangka bertemu sahabatnya disini.

"Iya sama Mael--lah si Mael nya man—astaga! Lihat itu Ten!" Kedua pria cantik itu mendapati Hema dan Mael yang tengah berada di depan pemuda berbelanja.

Dua orang tua itu tertawa. "Astaga Hema bibit-nya lo banget." Ten tertawa, ia merasa itu pujian dari sahabatnya.

Sedangkan Hema yang tadi asik menggoda lelaki tampan itu, tiba-tiba merasakan pinggangnya ditarik. Sesaat Hema tersentak, lalu tersenyum manis pada Mael.

"Sorry, bro. Istri gue emang lagi ngidam liat orang jelek." Mael berkata, membuat pemuda tadi menatapnya bingung.

"Oh dia emang istri gue bro, dan lagi ngidam. Maaf karena gangguannya ya." Pemuda tadi hanya bisa mengedipkan mata cepat, sebenarnya ia ingin marah ketika Mael menyebutkan 'istrinya mengidam liat orang jelek' karena secara tak langsung ia terhina.

MaelHema | Markhyuck AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang