{TEEN FICTION) WARNING! TYPO BERTEBARAN!! HARGAILAH PENULIS. On going}
Sebuah perusahaan raksasa dengan pendirinya yang tak pernah menampakan diri di acara apapun menjadikannya pengusaha misterius dengan pendapatan terbaik yang telah dihasilkan oleh...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Reina hanya memandang Olivia dengan tatapan datar, tak menggubris apa yang gadis itu katakan tadi, ia sudah sangat menduga tidak akan bisa terlalu lama menyembunyikan hal ini dari keluarga Anderson, Olivia Elara Anderson adalah anak kedua dari 3 bersaudara, keluarganya cukup terkenal dalam bisnis perhotelan, sudah dengan nama ANDERSON COMPANY cabang dari perhotelan ini sudah sangat banyak dan menjalar keluar negeri tak heran banyak yang ingin bekerja sama dan menanam sahamnya pada perusahaan mereka contohnya Reina, MIDDE VENUE adalah pemegang saham terbesar di ANDERSON COMPANY dengan persentase nilai sampai mencapai angkat 36%.
Reina sudah melihat gerak gerik Olivia yang terus memperhatikan sedari pertama kali menginjakan kaki di sekolah ini. "Sangat susah untuk mengelabui anak perempuan kesayangan Anderson" Ujar Reina dingin tanpa perlu menoleh kepada Olivia dan kembali fokus pada tuts pianonya
"Aku telah mengenalmu dari kecil Rein walaupun 10 tahun ini kau menghilang bagaikan di telah samudera, namun aku tetap mengingat bagaimana karakter mu walau kau merubah penampilan mu sekaligus" Sahut Olivia tenang
"Aku salut, ternyata masih ada yang mengingat keberadaan ku" Tukas Reina tidak juga menoleh
"Semua orang menunggumu kembali Rein, apakah kamu tidak ingin melihat keluarga mu? Mereka sangat tersiksa dengan kepergian mendadak mu" Ujar Olivia mampu membuat Reina menghentikan kegiatannya.
"Aku juga sangat ingin mengunjungi mereka, tapi aku belum cukup kuat sekarang, banyak hal yang harus aku urus dan aku tidak ingin Pertahanan ku runtuh" Sahut Reina yang kini sudah menatap Olivia lekat
"Apa itu? " Tanya Olivia
"Belum saatnya kamu tau lara" Sahut Reina, Olivia termenung di sudut dirinya ia begitu merindukan seseorang yang selama ini ia rindukan memanggilnya lara, sekarang ia makin yakin bahwa gadis yang masih duduk di hadapannya ini adalah orang yang selama ini ia cari.
"Apapun keadaan mu aku akan tetap ada di sisimu na, jangan menghilang dan mengusir ku lagi, sudah cukup 10 tahun ini kau menghilang" Ujar Olivia parau
Seketika perasaan bersalah menjalar dalam hatinya, dulu Olivia adalah salah satu orang yang sudah ia anggap Melebihi keluarga, Olivia sangat tulus berteman dengannya hatinya sangat baik dan sifatnya pun sangat lembut, di Saat Reina kecil sangat dingin memperlakukan semua orang, hanya Olivia lah yang sangat sabar dan tenang dalam mendekatinya.
"Aku tidak akan meninggalkan kalian lagi, selama ini aku selalu memantau kalian disini aku tentu tidak ingin orang-orang yang aku sayangi terluka" Sahut Reina yang mulai beranjak mendekati Olivia yang tertunduk
"Kak lara jangan nangis ya, ina sudah kembali, ina akan memperbaiki semuanya, ina akan membalas semua rasa sakit yang kalian rasakan dahulu, tapi ina perlu waktu ya kak, agar semuanya berjalan sesuai rencana aku mohon agar kakak merahasiakan identitas ku dulu" Ucap Reina memeluk Olivia.
Tangisan Olivia makin tak bisa ia bendung dengan di tambah pelukan hangat dan aroma yang sangat ia rindukan "maafkan aku ina, dulu aku tidak bisa menjagamu, Maafkan aku, sekarang aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini lagi, aku akan melindungi mu dengan seluruh kemampuanku" Sahut Olivia membalas pelukan Reina tambah erat.
"Kak, aku hanya ingin kakak aman, walaupun aku belum cukup kuat tapi tenang saja kekuatanku Sudah mampu untuk melindungi diriku sendiri dan kalian, semasih ada aku, kalian akan aman" Sahut Reina
"Aku akan tetap melindungimu" Balas Olivia batu
"Baiklah baiklah aku tidak akan bisa melawan batu yang satu ini, kamu tidak pernah berubah kak, masih sama batunya seperti dulu" Ujar Reina mengalah yang dihadiahi kekehan oleh Olivia
Setelah pembicaraan sentimental Tadi mereka memutuskan untuk keluar dari ruangan ini dan menuju kantin untuk mengisi kekosongan perut mereka.
