Bab 23. Pertanda?

12 2 0
                                    

"Ini beneran nggak apa-apa?" tanya Valeri memastikan kembali kepada Klana. Padahal di tangan perempuan itu sudah tertenteng tas belanja berisikan sepasang pakaian, lengkap sampai dalamannya, serta sebuah tas selempang yang semuanya dari sebuah merk pakaian yang cukup ternama.

"Iya, Cantik. Santai aja. Emangnya kamu mau pulang pakai jubah mandi begitu? Hemm?" Valeri pun memberikan cengiran kepada Klana. Kemudian perempuan itu kembali masuk ke dalam kamar tamu tempatnya tadi menumpang mandi.

Sementara Klana yang sudah selesai bersih-bersih dan ganti baju pun menunggu Valeri di ruang tengah. Tangannya memegang ponsel dengan suara berisik yang tidak teratur. "Gusti Prabu sedang apa?" tanya Gemuris yang baru datang dari dapur setelah membuatkan coklat panas untuk Valeri.

"Game," jawab Klana singkat. Gemuris meletakkan cangkir berisi coklat panas ke atas meja, kemudian mendekati Klana untuk mengintip. "Apa, sih? Lagi main game berantem."

"Oalah ... Gusti Prabu ini. Berantem langsung aja jago, pakai berantem di game," goda Gemuris dengan iseng. Mengingat-ingat masa saat dulu mereka bertempur bersama.

"Heem." Klana berdehem. Dia enggan menanggapi. Mata dan tangannya fokus memainkan game online di ponsel yang terkadang juga dia mainkan saat butuh hiburan ketika sudah pusing dengan pekerjaan dan pendidikannya.

"Mas Klana." Klana spontan menolehkan kepala ke belakang-ke arah kamar tamu. Gemuris juga mengatupkan kembali mulutnya yang hampir terbuka lalu ikut menolehkan kepala ke asal suara.

Saat mereka berdua menolehkan kepala, Valeri sudah berdiri di depan pintu kamar. Mini dress selutut berwarna cream yang dipilih Gemuris tampak elegan dan pas pas di tubuh Valeri yang memiliki kaki jenjang. Klana pun terpukau, dia belum pernah melihat Valeri memakai gaun yang seperti itu.

"Kenapa? Aneh, ya?" tanya Valeri dengan tidak percaya diri karena Klana dan Gemuris hanya terus diam dengan mulut yang tertutup rapat.

Klana menggelengkan kepala. "Cantik," komentarnya singkat. Sementara Gemuris memilih tetap diam karena takut dikira macam-macam oleh tuannya. Akan tetapi, di dalam hati dia memuji pilihannya sendiri yang sangat pas.

"Cantik? Aku kurang percaya diri pakai ini." Valeri tidak terbiasa memakai pakaian yang tidak menutupi lututnya. Dia tidak sepercaya diri itu memakai bawahan pendek meskipun teman-temannya di Jakarta sana bisa memakai pakaian yang jauh lebih pendek dari yang Valeri kenakan sekarang.

Klana berdiri dari duduknya untuk menghampiri Valeri. Dia mengelus kepala perempuan itu yang masih setengah basah karena tidak sampai tuntas memakai hair dryer. "Kamu cantik Valeri, nggak usah khawatir. Emm ... atau kamu mau saya belikan baju yang lain? Kamu bisa pilih sendiri yang kamu bisa merasa lebih nyaman."

Namun, setidaknya pujian dari Klana membuat Valeri merasa sedikit lebih percaya diri. Selain itu Valeri juga tidak ingin merepotkan Klana dengan meminta ganti pakaian yang lain. "Nggak usah, Mas. Aku pakai ini aja nggak apa-apa." Valeri tersenyum.

"Oh, iya. Kita habis ini mau lanjut ke mana?"

"Makan malam, saya sudah pesankan tempat." Klana menolehkan kepala kepada Gemuris. "Sepatu buat Valeri udah sekalian tadi?"

Deg. Gemuris melupakannya. Dia lupa jika harus membelikan sepatu juga untuk Valeri. Perlahan Gemuris bangkit dari tempatnya duduk dengan wajah yang membuat Klana merasa curiga dengan anak buahnya itu.

Gemuris mendekat dengan takut ke arah Klana lalu berbisik. "Ngapunten, Gusti Prabu. Sepatunya kelupaan." Klana menghela napas. Menekan rasa kesalnya kepada Gemuris, mengingat masih ada Valeri di sekitar mereka.

"Saya kasih waktu lima menit, dari sekarang. Kalau dalam lima menit belum siap-"

"Lima menit cukup, Tuan!" tegas Gemuris lalu segera berlari keluar dari rumah Klana.

The Curse of True Love (Kutukan Cinta Sejati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang