1

152 23 10
                                    

-Mareattaa-

˖⁺‧₊˚ ˚₊‧⁺˖------- ᡣ𐭩ྀིྀིྀི -------˖⁺‧₊˚ ˚₊‧⁺˖

Hinata membuka matanya perlahan, merasakan dinginnya lantai kayu yang dingin menyentuh kulitnya. Pandangannya masih kabur, namun samar-samar, ia mulai mengenali ruangan di sekitarnya—sebuah kamar yang tampak usang dan kumuh. Dinding-dinding kayu yang penuh debu, perabotan reyot yang seakan tak pernah tersentuh, serta udara lembap yang menyelimuti ruang itu membuat Hinata merasa seperti terasing di tempat yang tak dikenalnya.

Dengan susah payah, Hinata bangkit, menopang tubuhnya yang lemas. Tangannya yang mungil terangkat untuk memijat pelipisnya ketika rasa pusing menyerang tanpa peringatan. "Ugh..." gumamnya pelan, merasakan denyut yang menyakitkan di kepalanya. Setelah beberapa saat, pusing itu perlahan-lahan menghilang, dan Hinata mulai mencoba memahami di mana ia berada.

Kamar itu kecil, hanya berisi beberapa perabotan tua yang tampak tidak pernah digunakan. Jendela di sudut ruangan berlapis debu tebal, hanya sedikit sinar matahari yang berhasil menerobos masuk. Namun, ada sesuatu yang lebih mengganggunya—ia tidak bisa merasakan chakra sedikit pun di sini. Aliran energi yang biasanya selalu ada, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun, kini seolah lenyap.

Ia mencoba mengaktifkan Byakugan-nya, dan penglihatannya segera melebar. Namun, yang dilihatnya hanya pepohonan yang tak berujung, seolah-olah ruangan ini terletak di tengah hutan yang luas. Tak ada desa, tak ada tanda-tanda kehidupan manusia lain. "Di mana semua orang...?" gumamnya lirih.

Hinata berusaha mengingat kejadian terakhir sebelum ia terbangun di tempat ini. "Bukankah aku sedang bertarung... dengan Pain?" pikirnya dengan dahi berkerut. Ia ingat betul saat itu—kekacauan, kehancuran Konoha, dan Naruto... Semua itu begitu jelas dalam pikirannya.

Tiba-tiba, ingatan itu menghantamnya—rasa sakit yang amat sangat ketika tubuhnya dihantam oleh serangan mematikan dari Pain. Ia seharusnya tidak bisa selamat. Dengan cepat, Hinata memeriksa tubuhnya. Tangannya menyentuh dadanya, tempat di mana ia yakin pernah ditusuk. Namun, yang ia rasakan hanyalah kulit halus, tak ada luka, tak ada rasa sakit yang tersisa.

Hinata tercengang. "Bagaimana mungkin...?" bisiknya, tidak percaya dengan apa yang dirasakannya. Luka yang seharusnya membekas dalam kini lenyap begitu saja, seolah-olah kejadian itu tak pernah terjadi. Pandangannya kembali menyusuri ruangan, namun ia tak menemukan jawaban apapun.

“Ini… pasti ada hubungannya dengan serangan Pain… mungkin ini genjutsu?” pikirnya, mencoba mencari penjelasan. "Aku harus menemukan Naruto... atau Kakashi-sensei. Pasti ada sesuatu yang sedang terjadi."

Setelah mengumpulkan keberaniannya, Hinata berdiri dari tempatnya berbaring. Suara kayu tua yang berderit di bawah langkah kakinya terdengar jelas di tengah kesunyian. Matanya masih menelusuri setiap sudut kamar yang kumuh itu, berharap ada petunjuk tentang di mana ia berada. Namun, yang ada hanyalah kehampaan.

In Another World |H. Hinata x Kimetsu No YaibaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang