Chapter 1

526 12 1
                                    

Di sebuah rumah yang terbilang mewah, tinggallah seorang wanita setengah paruh baya, kedua anak laki laki dan satu orang anak perempuannya, anak laki laki pertama berusia 27 tahun, anak perempuan kedua berusia 25 tahun dan  anak bungsu laki laki berusia 20 tahun.

Wanita itu tengah tersenyum melihat foto seorang pria yang tengah memandangnya, tangan wanita itu terulur dan menyentuh bingkai foto tersebut, tepatnya di wajah pria itu.

“ Mas aku rindu! ” ucap wanita dalam hati, seulas senyum merekah di wajah wanita itu, seolah ada memori yang terulang kembali di dalam ingatannya.

“ Ibu ayo! semuanya sudah menunggu. ” ucap salah seorang anak laki laki kepada wanita itu, yang terlihat dari pintu kamar yang terbuka.

Laki laki itu menghampiri ibunya, dan memegang kedua bahunya dari belakang.

“ Tenanglah bu, kami tidak memaksa kalau memang ibu tidak mau. ” ucap laki laki itu sambil mengelus kedua bahu ibu nya, wanita itu berbalik dan menatap wajah si bungsu dengan tatapan sendu, lalu ia tersenyum dan tak lama mengangguk.

Di ruang tamu, lebih tepatnya di lantai satu sudah terdapat seorang laki laki dan perempuan keduanya sedang sibuk menyiapkan kamera dan tempat untuk ibu mereka duduk.

Kedatangan wanita setengah paruh baya dan tentunya bungsu dari arah tangga menyita perhatian keduanya.

Dengan wajah yang tersenyum anak perempuan itu menghampiri wanita yang berbeda generasi dengannya.

“ Ayo duduklah di sini ibu! ” kata anak perempuan itu lalu menggandeng tangan ibunya untuk duduk di tempat yang sudah disiapkan.

Anak laki laki yang satunya, duduk di depan kamera lalu ia melihat sang ibu.

“ Apa ibu sudah siap? ” ucapnya, wanita setengah paruh baya itu tersenyum sambil mengangguk.

“ Cerita ini dimulai dari kedatanganku ke negeri tempat di mana ayah kalian sedang bertugas bersama dengan ayahku, yaitu kakek kalian. ” ucap wanita itu bayangan 25 tahun yang lalu kembali muncul.

__________

1 Maret tahun 1998

Di tengah kepadatan ibukota Jakarta, terjadi kehebohan di sebuah mation tempat seorang putri dari jendral angkatan darat Amir Malik, nama sang ayah yang sering muncul di surat kabar berkat pekerjaannya yang memuaskan di bidang kemiliteran. 

“ Ayolah ayah izinkan aku untuk menyusulmu! ” ucap gadis berusia 23 tahun itu dengan ayahnya di telepon.

Sejak kemarin Amara Navisha Malik, atau yang sering orang memanggilnya Mara. Gadis itu sedang merengek ke ayahnya untuk memperbolehkan menyusul ke tempat ayahnya berada saat ini.

“ Tidak bisa sayang, di sini sangat berbahaya. ” ucap pria yang usianya sudah setengah abad.

“ Ayah! Ayah pasti berbohong kan? Kalau berbahaya bagaimana bisa menghubungiku? ” rengek Amara lagi pada ayahnya.

“ Lalu bagaimana dengan tugas akhirmu nak? ” tanya sang ayah.

“ Aku bisa menyelesaikannya di sana, dan kembali kesini untuk wisuda. ” ucap gadis itu dengan entengnya.

Terdengar suara helaan nafas panjang dari telinga Amara.

“ Baiklah, bersiaplah sekarang, nanti sore akan ada yang menjemput mu. ” ucap ayahnya pasrah. 

Terlihat wajah kegembiraan Amara, gadis itu sejak tadi duduk  kasur sekarang ia meloncat loncat di kasur tersebut.

“ Yey Yey yey terimakasih! ” Amara dengan penuh kebahagiaan.

Bab Terbaik Di hidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang