C] III

66 9 0
                                    

  "Pak, kaya biasanya ya satu" ucap Riki sembari menghampiri gerobak penjual nasi goreng langganannya itu.

  Pak Jono, seorang penjual nasi goreng pinggir jalan yang telah menjadi langganan Riki selama hidupnya itu. Pria yang sangat ramah dan cenderung ceplas ceplos itu menjadi penjual nasi goreng favorit Riki, begitu pula dengan Eyi.

Sebenarnya Eyi tidak terlalu suka dengan nasi goreng disini karena menurutnya terlalu menggunakan banyak kecap, namun ya kalau ditraktir ya syukurin aja.

Riki menarik satu kursi plastik di sampingnya untuk Eyi, gadis itupun langsung duduk di kursi itu sembari menaruh tas nya di atas meja disana. Riki pun menarik kursi plastik satu lagi dan duduk disamping Eyi.

Riki memperhatikan Eyi yang sibuk memainkan ponselnya kemudian mencubit pipi gadis itu.

"Awas lo dimakan sama itu hp Yi" ucap Riki.

"Yeuu ganggu aja lu, ini gue lagi balesin chat mbak Epi" sahut Eyi.

  Sontak Riki pun mendekatkan kepalanya ikut menyimak percakapan dari handphone sang sahabat itu.

  "Mbak Epi mau manggung di sekolah? Busett udah kek biduan aja" ucap Riki sembari terkekeh.

  "Belum tau aja lo, dia dirumah latihan nyanyi terus dia, kepala gue sampai hafal sama lagu lagu yang dia bawain" sahut Eyi sembari menggunakan bahasa tangannya.

  Riki pun terkekeh kemudian bersandar di bahu Eyi.

  "Ihhh jangan nyender monyett" Eyi pun menggeser dirinya agar Riki tidak bisa bersandar di bahunya.

  Riki pun mengerutkan alisnya.

  "Awas ya lo nanti di motor ngantuk terus nyender, ntar gue anter lo pulang ke rumah lo yang sebenarnya" ancam Riki.

  "Lah rumah gue kan cuma satu, rumah sebenarnya yg mana" tanya Eyi kebingungan.

  "Rumah sakit jiwa" sahut Riki sembari tertawa terbahak bahak.

  Sontak Eyi menggeram kesal dan memukul lengan Riki dengan keras, meski tidak berasa apa apa pada tubuh Riki.

  Selang beberapa saat, Pak Jono pun datang membawa satu piring nasi goreng serta dua gelas es jeruk untuk Riki dan Eyi.

  "Nih dari pada pacaran mulu, mending makan nih" ucap Pak Jono sembari menghidangkan makanan itu di depan mereka berdua.

  "Kita mah ga pacaran pak, cuma satu perkumpulan aja" sahut Riki sembari tersenyum.

  "Perkumpulan apa?" Tanya Eyi kepada Riki dengan nada serius.

  "Perkumpulan cewe monyet dan cowo pangeran" sahut Riki kembali.

  Sontak Pak Jono tertawa mendengar sahutan dari Riki, benar benar jokes bapak bapak.

  "Nah udah, kalian selamat makan ya" Ucap pak Jono kemudian berlalu dari pandangan mereka.

Sepiring nasi goreng itu pun dinikmati oleh Eyi sembari sesekali menyuapi Riki dengan sendok yang sama yang ia gunakan, bukan bermaksud pelit maupun jorok, tapi nasi goreng disini terlalu banyak untuk porsi satu orang dan mereka sudah melakukan hal ini sejak kecil memang.

Riki sesekali membuka mulutnya ketika Eyi mengisyaratkan ia untuk membuka mulutnya.

"Yi" panggil Riki.

"Hmm paan" sahut Eyi.

"Kalau misalnya gue suka sama cewe gimana?" Tanya Riki dengan nada serius kepada Eyi.

Sontak gadis itu menghentikan kegiatan makannya dan menatap Riki.

"Ya wajarlah lo suka cewe, kalau suka cowo mah agak lain" sahut Eyi.

Riki sontak tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, salah tapi ga bener juga.

"Kalau gue suka sama cewe, lo ga bakal cemburu Yi?" Tanya Riki kembali.

Eyi nampak berfikir sejenak dan melihat Riki dari ujung kepala sampai dada lelaki itu.

"Kaga lah, yang ada itu ya lo harus mempertanyakan hal itu ke cewe yg lo sukai nanti, jangan jangan dia lagi yang cemburu sama gue" sahut Eyi sembari memakan nasi gorengnya kembali.

"Yi kalau misalnya gue ternyata suka sa—

"EH lo tau ga kasus Hani sama Juan? Hani ngambek tau sama Juan karena Juan ga ngerepost SG nya dia!" Pekik Eyi memotong pembicaraan Riki.

Riki yang paham pun langsung menghela nafasnya sejenak dan melnjutkan topik dari Eyi.

"Iya tau, padahal Juannya lagi ke toilet, ya jelas lah belum dibales".

"Nah iya tuhh, sumpahh Hani ada ada aja, nih makan lagi" ucap Eyi sembari menyuapi Riki kembali.

Dalam hati, Eyi tau siapa yang ingin dibicarakan oleh Riki, bukan orang lain, bukan ibunya, apalagi adiknya, orang yang disukai Riki adalah dirinya sendiri, Cheria, seorang yang menyuapi Riki nasi goreng saat ini. Namun, ia takut apabila Riki menyatakan perasaannya, tentunya ia sudah tau tentang perasaan Riki dari banyak teman yang lain, tapi ia berusaha terlihat tidak tau, lebih baik ia tak pernah tau dari pada harus kehilangan Riki nantinya.

—-

"Masih laper ga?" Tanya Riki dari atas motor Vespa berwarna merahnya itu kepada Eyi yang ada di belakangnya.

"Jujur gue pengen risol, tapi ntar gue gendut" sahut Eyi.

Riki terkekeh.

"Lo mah, dibandingin sama gajah pun pasti bakalan ga segemuk gajah kok" ucap Riki.

"Iyalah kan gue kurus!" Sahut Eyi bangga.

"Maksudnya tuh, ga segemuk gajah, karena lo lebih gemuk dari gajah yang hamil sekalipun hehe" ucap Riki.

Sontak Eyi memukul kepala Riki yang terlapisi helm itu hingga hampir membuat Vespanya itu oleng.

"Anjing, kalau bawa motor tuh pelan pelan, hampir aja Mas Jay sama mbak Epi nangisin gue disini" teriak Eyi.

"Siapa suruh lo mukul bego" teriak Riki balik.

Mereka berdua pun tertawa karena pertengkaran kecil itu.

Tangan Eyi melingkar di pinggang Riki, memeluknya.

Berselang lama tak ada ucapan dari Eyi, Riki menoleh kebelakang dan melihat ternyata sahabatnya itu telah tertidur sembari memeluknya dengan erat.

Ia pun terkekeh lalu menggenggam tangan Eyi yang ada di pinggangnya dan mengendarai Vespa nya dengan satu tangan saja. Sesekali ia menoleh ke spion untuk melihat wajah Sahabatnya yang ia cintai lebih dari seorang sahabat itu.
























fin_.

__________________
« CHOICES »
when we have to choose
__________________________

Choices [Chaemura ft haerin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang